PEMERINTAH JAMIN HARGA PANGAN STABIL - Stok Pangan Tersedia Cukup Jelang Lebaran

Jakarta-Pemerintah memastikan ketersediaan bahan pangan selama Ramadhan hingga Lebaran 2019 akan tercukupi bahkan berlebih. Pemerintah juga menyakinkan harga pangan kepada masyarakat tetap terjaga stabil. Ketersediaan pangan terus dilakukan melalui berbagai program dan terobosan, diantaranya dengan menggencarkan program unggulan Upaya Khusus (Upsus) produksi padi, jagung, kedelai dan hortikultura.

NERACA

Menurut Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian Agung Hendriadi, pemerintah pada 3-5bulan sebelum Lebaran telah merencanakan adanya peningkatan produksi, yakni dengan menambah luas lahan tanam berbagai komoditas pangan.

Menurut dia, pihaknya telah berkoordinasi dengan kementerian/lembaga lain sehingga keberadaan pangan di pasar aman terkendali. Menurut dia, Ramadhan dan Lebaran adalah peristiwa rutin yang sudah diprediksi. Karena itu, untuk stok Kementan telah menyiapkannya empat hingga lima bulan sebelumnya.

Kementan bekerja sama dengan kementerian terkait. Misalnya dengan Kementerian Perdagangan, (Perum) Bulog, kemudian PD Pasar Jaya, pemerintah daerah, untuk bersama-sama bagaimana pengamanan survei sebelum-saat Ramadhan dan jelang Hari Raya Idul Fitri.

Selain itu, Kementan juga berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) demi kelancaran angkutan logistik saat bulan puasa. Adapun bentuk kerja sama antar instansi pemerintah ini menurut Agung, akan disetujui melalui Rapat Koordinasi di bawah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Dengan begitu, harga jualnya pun dapat dipastikan bakal tergolong stabil. “Insya Allah stabil, tidak sampai menekan konsumen. Kami harapkan juga tidak sampai merugikan produsen,” ujarnya dalam Forum Merdeka Barat (FMB9) di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Senin (13/5).

Menurut dia, tahun ini tidak ada gejolak harga yang berlebihan. “Sempat naik sedikit untuk komoditas cabai di bulan April, karena belum panen. Tapi Mei ini sudah panen. Di Tuban saya ketemu petani, harganya cuma Rp3 ribu. Kan kasihan petani, karena itu saya minta dibeli Rp8 ribu,” kata Agung.

Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian Musdalifah Machmud menyampaikan, berbagai instansi pemerintah telah berkoordinasi untuk mengantisipasi adanya tren peningkatan pangan seperti telur, daging sampai cabai hingga 10-20%.

"Sebenarnya antisipasi bulan Ramadan dan hari raya Lebaran, kita sudah lakukan koordinasi terkait penyediaan kebijakan stok. Seperti bersama Kementan, kita mengomunikasikan soal ketersediaan pangan pokok, dan bersama Bulog kita komunikasikan soal beras," ujarnya.

Upaya Khusus

Tidak hanya itu. Kementan berusaha meningkatkan ketersediaan pangan terus dilakukan melalui berbagai program dan terobosan.Salah satunya dengan menggencarkan program unggulan Upaya Khusus (Upsus) produksi padi, jagung, kedelai dan hortikultura.

"Kami juga memiliki program SIWAB (Sapi Indukan Wajib Bunting) pada peternakan yang mampu meningkatkan produksi pertanian secara signifikan, dan bisa menyediakan ketersediaan pangan dari produksi dalam negeri," ujar Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian, Ketut Kariyasa, dalam keterangan tertulis, kemarin.  

Menurut Kariyasa, kedua program tersebut terbukti secara nyata mampu menambah pasokan ketersediaan secara nasional. Lebih dari itu, program ini juga berdampak langsung terhadap stabilitas harga di tingkat konsumen dan mampu menekan inflasi bahan pangan secara signifikan. "Stabilitas harga juga terjadi setiap tahun, sekalipun pada hari hari besar keagamaan maupun tahun baru dalam 3 tahun terakhir. Termasuk pada bulan suci Ramadhan yang sedang berjalan saat ini," ujarnya.

Stabilnya harga, kata Kariyasa, juga menyebabkan posisi inflasi terus menurun setiap tahun. Hal ini dapat dilihat dari kelompok pengeluaran bahan makanan pada tahun 2013 yang masih sangat tinggi, yakni mencapai 11,35%. "Begitu juga pada tahun 2014, walaupun sempat mengalami penurunan, tapi kondisinya masih cukup tinggi, yaitu 10,57% dan jauh di atas inflasi umum yang mencapai 8,36%," ujarnya.

Namun, pada tahun 2015 dan 2016, inflasi bahan makanan mengalami penurunan drastis sampai 4,93% dan 5,69%, walaupun kondisi saat itu masih tetap berada di atas inflasi umum dengan angka masing-masing 3,35% dan 3,02%.

Pada tahun 2017, menurut Kariyasa, inflasi bahan makanan saat itu turun sampai 1,26%, yang berarti masuk pada level rendah jika dibandingkan dengan sektor lainnya karena berada di bawah inflasi umum, yaitu 3,61%. "Ini tentu saja harus menjadi catatan tersendiri karena masuk sebagai inflasi paling rendah yang pernah terjadi dalam sejarah Indonesia," ujarnya.

Kariyasa menambahkan, keberhasilan ini bahkan terus berlanjut baik pada tahun 2018 maupun awal tahun 2019, yaitu makanan/pangan mengalami deflasi -1,11% untuk bulan Februari dan -1,01%  untuk bulan Maret. "Penurunan inflasi ini terjadi dari berbagai kontribusi program yang dilakukan Pemerintah melalui Kementerian Pertanian saat ini," ujarnya.

Sedangkan program pembenahan rantai pasok dan distribusi pangan mampu berdampak pada harga jual produk yang diterima petani menjadi tetap menarik. Di sisi lain, konsumen juga dapat membeli pangan dengan harga yang terjangkau sehingga inflasi tetap terkendali.

"Di sini kita harus ingat bahwa sejak kemerdekaan, pemerintah sudah menetapkan pencapaian swasembada, ketahanan, dan kedaulatan pangan. Ketetapan ini penting karena menjadi salah satu prioritas pembangunan ekonomi nasional. Jadi apa yang kita lakukan hari ini untuk menuju ke sana," tutur dia.

Sementara itu, Ketua DPR Bambang Soesatyo mendukung secara penuh semua program yang sedang berjalan di Kementerian Pertanian. Menurut dia, program-program yang ada terbukti memberikan manfaat positif pada masyarakat dan ekonomi negara.

"Menurut kami di DPR, semua kebijakan dan regulasi pertanian di bawah kepemimpinan Mentan Amran Sulaiman harus dikawal secara baik. Tentu kita semua berharap inflasi pangan tetap rendah," ujar Bamsoet.

Menurut dia, keberhasilan ini dapat dilihat selama beberapa tahun terakhir, Indonesia terbukti mampu menekan semua gejolak inflasi pangan. Capaian ini harus diapresiasi bersama mengingat kerja Kementan sudah sesuai target dalam merealisasikan kedaulatan pangan.

"Inilah yang perlu kita harga terus supaya harga tidak bergejolak. Stok pangan perlu dijaga dan petani perlu diperhatikan. Jadi tidak semata-mata hanya sekadar terciptanya ketahanan pangan saja," ujarnya. bari/mohar/fba

 

BERITA TERKAIT

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…