Bisnis Iklan Lesu - Pendapatan VIVA Ikut Terkoreksi 16,39%

NERACA

Jakarta –Berbeda dengan pemilik stasiun televisi SCTV dan Indosiar, PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) pada tiga bulan pertama tahun ini berhasil memperoleh untung sebesar Rp399,95 miliar naik 11,35% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp359,18 miliar. Sebaliknya, kompetitornya PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) di kuartal I 2019  ini masih belum menggembirakan. Pasalnya, emiten media ini mencatatkan pendapatan bersih Rp 522,96 miliar atau turun 16,39% year on year (yoy).

Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam laporan kinerja keuangan yang dirilis di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (9/5). Perseroan mengungkapkan, sebagian besar pendapatan perusahaan berasal dari pendapatan iklan yang mencapai Rp 521,25 miliar. Jumlah tersebut turun 16,49% dari tahun lalu di periode yang sama sebesar Rp 624,18 miliar. Sementara pendapatan dari non iklan justru naik 29,25% dari sebelumnya tercatat Rp 1,32 miliar menjadi Rp 1,71 miliar.

Adapun dari sisi kontribusi pelanggan, pendapatan dari PT Wira Pamungkas Pariwara juga turun tipis 19,51% yoy menuju Rp 104,17 miliar. Sementara untuk beban program dan siaran VIVA di kuartal I-2019 turun tipis dari Rp 226,91 miliar menjadi Rp 225,87 miliar. Alhasil, secara keseluruhan, beban usaha VIVA juga ikut naik tipis dari Rp 420,74 miliar menjadi Rp 520,77 miliar atau naik 0,005%.

Untuk selisih kurs sebesar Rp 58,92 miliar atau jauh lebih besar dari rugi selisih kurs di tahun lalu yang sebesar Rp 51,78 miliar. Dengan begitu VIVA masih membukukan rugi bersih sebesar Rp 88,9 miliar di akhir kuartal I-2019 ini. Rugi tersebut turun 1,84% dari dari tahun sebelumnya di periode yang sama sebesar Rp 90,58 miliar.

Sepanjang tahun lalu, pendapatan bersih turun 13% year on year menjadi Rp 2,40 triliun, dibandingkan priode yang sama tahun lalu. Perseroan menjelaskan, sebagian besar pendapatan VIVA berasal dari pendapatan iklan yang mencapai Rp 2,39 triliun atau turun 8% yoy. Sementara pendapatan non iklan juga turun 95% yoy menjadi Rp 8,03 miliar pada akhir 2018. Adapun dari sisi kontribusi pelanggan, pendapatan dari PT Wira Pamungkas Pariwara juga turun 13% yoy menuju Rp 554,36 miliar. Sedangkan pendapatan lain-lain turun 14% yoy menjadi Rp 1,84 triliun di akhir 2018.

Beban program dan siaran VIVA naik hingga 10% yoy menjadi Rp 1,01 triliun. VIVA juga mencatatkan kenaikan beban umum dan administrasi sebesar 17% yoy menjadi Rp 1,33 triliun di akhir tahun lalu. Selain itu, VIVA juga membukukan rugi selisih kurs sebesar Rp 242,58 miliar atau jauh lebih besar dari rugi selisih kurs tahun 2017 yang sebesar Rp 25,5 miliar. Alhasil VIVA masih membukukan rugi bersih sebesar Rp 1,11 triliun di akhir 2018 dari tahun sebelumnya masih untung Rp 209,6 miliar.

Pada akhir 2018, VIVA juga memiliki total aset Rp 8,02 triliun atau meningkat 4% yoy. Total ekuitas VIVA turun 39% yoy menjadi sebesar Rp 1,69 triliun dengan kenaikan liabilitas 28% yoy menjadi Rp 6,33 triliun. (bani)

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…