Ramadhan Tiba

 

Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi

Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo

Ramadhan tiba bukan hanya ritual tahunan milik umat muslim tapi juga diharapkan bisa menjadi berkah untuk semua. Bahkan, ramadhan kali ini juga diharapkan bisa menjadi penyejuk pasca pilpres, terutama dikaitkan dengan semakin memanasnya iklim sospol pasca pilpres yaitu ketika kedua kubu merasa berkepentingan untuk melakukan klaim kemenangan. Padahal, ketika kedua kubu ngotot menang maka imbasnya adalah iklim sospol semakin memanas. Artinya kekhawatiran perilaku dunia usaha tentang wait and see bisa berubah menjadi wait and worry. Bahkan, bukan tidak mungkin investor akan menunda realisasi investasinya jika tidak ada kepastian terhadap kepemimpinan untuk periode 5 tahun ke depan.

Terlepas dari hiruk pikuk pasca pilpres yang semakin memanas maka ramadhan kali ini sangat diharapkan bisa merubah headline news sejumlah media, baik cetak atau online yaitu dari pemberitaan seputar konflik pasca pilpres menjadi berita religi yang mampu menyejukan publik. Setidaknya, pengalihan pemberitaan dari isu politik ke religi mampu memberikan persepsian yang berbeda.

Argumen yang mendasari karena masyarakat kini mulai jenuh dengan isu dan konflik pasca pilpres, apalagi ada upaya pemaksaan untuk mendapatkan kemenangan. Oleh karena itu, harapan rekonsiliasi pasca pilpres dan juga pertemuan para tokoh politik sangat diharapkan bisa meredam dan mereduksi panasnya iklim sospol pasca pilpres. Pertemuan antara Jokowi dan AHY kemarin adalah awalnya.

Memang tidak mudah mereduksi panasnya iklim sospol, terutama ketika tensinya tidak menurun tapi justru meningkat. Oleh karena itu, ramadhan tiba sangat diharapkan bisa meredam iklim sospol, meski di sisi lain ramadhan setiap tahunnya juga tidak bisa lepas dari ancaman inflasi musiman.

Keyakinan ini juga diperkuat oleh terhambatnya logistik akibat cuaca ekstrim dan bencana di sejumlah daerah sehingga bukan hanya pasokannya terhambat tapi juga kuantitas dan kualitas produk berkurang sehingga permintaan yang ada tidak sebanding dengan penawaran yang tersedia. Implikasi dari ketidakseimbangan ini adalah terjadinya lonjakan harga dan tentu ini berdampak terhadap laju inflasi. Fakta lain yang tidak bisa diabaikan adalah tekanan terhadap daya beli masyarakat. Padahal, inflasi April 2019 mencapai 0,44 persen dan ini menjadi yang tertinggi sejak 2008.

Laju inflasi April 2019 memang diyakini sebagai dampak musiman menjelang ramadhan meski di sisi lain juga terdampak dari berbagai bencana dan banjir. Bahkan, BMKG juga memprediksi masih akan terjadi cuaca ekstrim sampai pertengahan Mei 2019 sehingga ancaman terhadap berkurangnya pasokan komoditi pangan masih akan terjadi.

Terkait ini beralasan jika sejumlah harga sudah meroket pra ramadhan dan akan terus naik pada ramadhan sampai akhir lebaran. Fakta inflasi musiman memang menjadi persoalan yang serius, terutama ancaman terhadap daya beli masyarakat, sementara di sisi lain realitas yang ada juga menegaskan ketidakmampuan pemerintah dalam mengantisipasi pasokan barang dibalik tingginya permintaan.

Inflasi April menjelang ramadhan yang mencapai 0,44% lebih tinggi dibanding dari sebelumnya yaitu Maret yang hanya 0,11% atau April 2018 sebesar 0,10%. Oleh karena itu, beralasan jika salah satu faktor pemicunya adalah dampak mahalnya harga tiket pesawat. Salah satu komoditi yang menyumbang inflasi kali ini yaitu bawang putih (0,04 persen) dan harga tiket pesawat (0,03 persen). Jadi, tidak ada alasan untuk membiarkan inflasi semakin liar selama ramadhan sampai lebaran karena jika ini terjadi maka jerat inflasi akan membuai daya beli dan tentu akan rentan terhadap iklim sospol yang saat ini semakin memanas akibat kedua kubu pasca pilpres saling ngotot menang.

BERITA TERKAIT

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

BERITA LAINNYA DI

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…