Pahlawan Demokrasi

Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi

Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo

Pesta demokrasi telah usai dan hasil quick count sudah menunjukan pemenangnya meski di sisi lain sang penantang juga menyatakan kemenangannya. Bahkan, juga melakukan sujud syukur. Ironisnya, situasi ini justru menambah panas iklim sospol pasca hari H pencoblosan pada 17 April kemarin. Padahal, pada pilpres 2014 ketika terjadi kompetisi antara Jokowi vs Prabowo ternyata hasil quick count tidak meleset dari real count versi KPU. Artinya quick count bisa merepresentasikan real count. Oleh karena itu, di pilpres 2019 seharusnya juga sudah diketahui pemenangnya, meski tetap menunggu hitungan resmi real count dari KPU. Artinya, tidak perlu ada seremonial pernyataan kemenangan dari penantang yang pada akhirnya justru memicu sentimen negatif bagi iklim sospol.

Persoalan pasca pilpres ternyata tidak hanya menunggu hasil hitungan real count dari KPU tapi juga munculnya pertanyaan kemenangan dari sang penantang. Betapa tidak, hal ini tentu membuat situasi semakin memanas. Bahkan, ancaman pengerahan massa melalui people power juga dilontarkan, terutama jika terbukti terjadi kecurangan secara terstruktur, sistematis dan  masif.

Tidak bisa dipungkiri dalam pertarungan demokrasi selalu menyisakan persoalan tentang menang dan kalah. Mereka yang memang tentunya tidak perlu jumawa atau sombong sementara di sisi lain yang kalah juga harus legowo menerima kekalahannya. Yang terjadi justru sebaliknya karena petarung di hajatan pesta demokrasi selalu berikrar siap menang dan tidak siap kalah. Oleh karena itu semua harus diupayakan untuk mencapai kemenangan, apapun caranya dan dengan segala cara.

Komitmen siap menang dan harus menang ini menjadi ancaman dibalik suksesnya pesta demokrasi. Betapa tidak, ketika salah satu menang maka tentu pihak yang lain adalah kalah. Ironisnya, tidak ada yang mau disebut kalah dan ketika selisih suaranya sangat kecil maka muncullah tudingan kecurangan dibalik kemenangan.

Padahal, persoalan dari suksesnya pesta demokrasi tidak hanya dilihat dari siapa yang menang dan bagaimana reaksi dari yang kalah, tetapi juga bagaimana semua petugas yang bekerja di lapangan di hari H pencoblosan sampai selesainya rekapitulasi suara untuk diteruskan ke atas. Yang terjadi pada pesta demokrasi kali ini sangat ironis ketika 255 petugas dikabarkan telah meninggal akibat kelelahan dan beberapa diantaranya sakit, sementara hasil final belum diumumkan KPU. Selain itu. muncul juga berita tentang banyaknya caleg stres karena gagal mencapai target suara untuk menjadi wakil rakyat yang katanya terhormat.

Fakta meninggalnya sejumlah petugas di lapangan yang mensukseskan pesta demokrasi tidak bisa diabaikan begitu saja dan karenanya fakta ini harus dicermati dan dikaji juga untuk mengevaluasi pelaksanaan pesta demokrasi kali ini. Setidaknya pesta demokrasi di periode mendatang perlu dipisahkan antara pusat dan daerah sehingga pekerjaan bagi petugas di lapangan tidak terlalu berat.

Selain itu, banyaknya caleg gagal yang kemudian stress juga harus dicermati karena ini adalah imbas dari mahalnya ongkos demokrasi di republik ini. Memang tidak mudah untuk bisa menang pada pesta demokrasi yang konon  maharnya sangat besar. Jadi beralasan jika komitmen siap menang dan siap kalah tidak ada di kamus para petarung yang bersaing di pesta demokrasi di republik ini. Realitas ini menjadi pembenar ketika akhirnya hanya ada satu tekad untuk menang dan siap menang.

Terlepas dari suksesnya hajatan pesta demokrasi kali ini, pastinya perhelatan demokrasi kali ini diwarnai dengan insiden kelabu yaitu wafatnya 255 petugas di lapangan. Oleh karenanya ke depan perlu evaluasi lebih cermat dan tentu penghargaan kepada pahlawan demokrasi juga sangat penting karena mereka telah berkorban untuk suksesnya hajatan pesta demokrasi di tahun 2019. 

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…