Laba Bersih Turun 13,5% - Dividen Adaro Menyusut Jadi US$ 200 Juta

NERACA

Jakarta - Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Adaro Energy Tbk (ADRO) memutuskan untuk membagikan dividen senilai US$200 juta untuk tahun buku 2018. “Nilai dividen ini turun 20% dibandingkan dengan tahun buku sebelumnya US$ 250 juta sejalan dengan penurunan laba bersih tahun lalu,”kata Direktur Utama ADRO, Garibaldi Thohir di Jakarta, kemarin.

Tercatat sepanjang tahun 2018, PT Adaro Energy Tbk membukukan penurunan laba bersih tahun berjalan 2018 sebesar 13,57% menjadi US$417,72 juta dari sebelumnya US$ 483,30 juta. "Jumlah dividen tunai itu termasuk dividen tunai interim sebesar US$75 juta yang telah dibayarkan pada 15 Januari 2019, sisanya segera dibayarkan sebagai dividen final,"ujarnya.

Dia mengatakan, sisa laba bersih selanjutnya akan digunakan sebagai cadangan dan laba ditahan. Disampaikannya, sepanjang 2018 memang menghadapi tantangan industri batubara dengan harga batu bara yang menunjukan tren penurunan akhir tahun. Namun, perusahaan berkomitmem untuk tetap membagikan dividen.

Disampaikannya, perseroan tetap optimistis setelah pemilu penjualan batu bara bisa kembali pulih. Apalagi komoditas batu bara saat ini adalah salah satu sumber energi yang paling murah dan efisien dibandingkan yang lainnya. Hal itu, juga didukung oleh kondisi geografis indonesia sebagai negara penghasil batu bara dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih tinggi dari negara emerging lainnya di Asia Tenggara.

Emiten tambang batu bara ini menargetkan produksi batu bara meningkat menjadi 54-56 juta ton, dari tahun sebelumnya 54,04 juta ton. Boy meyakini, penjualan batu bara di kawasan Asia Tenggara, China, India tetap tumbuh. “Saya yakin permintaan batu bara khsusunya di Asia Tenggara itu masih cukup kuat, tahun lalu terjadi kondisi kurang kondusif, tambang-tambang baru dan alat gak gampang, dari analisa kita ke depan ya masih challenging dan kita akan fokus bagaimana efisiensi,”ungkapnya.

Tahun ini, perseroan mengalokasikan belanja modal sebesar US$ 450- US$ 650 juta atau senilai Rp 9,26 triliun. Dimana belanja modal tahun ini memang lebih rendah dari tahun lalu sebesar US$ 750 juta - US$ 900 juta. Kata Chief Financial Officer Adaro Energy, Lie Luckman, sebagian besar belanja modal akan dialokasikan untuk pengembangan tambang batu bara Adaro MetCoal (AMC) dan peremajaan alat berat. Sumber pendanaan belanja modal dari kas internal perusahaan dan pinjaman bank. "Untuk pengembangan mining 2/3 dari total belanja modal," ungkapnya.

Selain menyepakati pembagian dividen, agenda RUPS lainnya juga menyetujui penunjukkan Mohammad Effendi sebagai komisaris independen.

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…