Pasar Sarung Tangan Kesehatan Menjanjikan di Negara Berkembang

Menjadi negara dengan tingkat konsumsi sarung tangan kesehatan yang masih rendah, menjadikan Indonesia potensi pasar yang cukup menjanjikan. Kondisi ini berbalik dibandingkan dengan sebagian negara Eropa yang cuku besar tingkat konsumsinya.”Tingkat konsumsi di Indonesia tercatat hanya 3 sarung tangan perkapita, hanya mengalahkan India yang konsumsinya 1 sarung tangan perkapita,”kata Ridwan Goh, Direktur Utama PT Mark Dynamics Indonesia Tbk dalam siaran persnya di Deli Serdang, Senin (29/4).

Sementara tingkat konsumsi sarung tangan di China masih jauh lebih baik yaitu 4 sarung tangan per kapita. Namun masih kalah dibandingkan dengan Denmark sebagai negara dengan tingkat konsumsi sarung tangan kesehatan terbesar yaitu 335 sarung tangan perkapita. Berdasarkan data yang diperoleh dari MARGMA 2019, secara statistik pasar menunjukkan perbedaan besar dalam konsumsi per kapita antara negara maju dan negara berkembang. 

Disebutkan, negara-negara dengan konsumsi sarung tangan rendah per kapita yang memiliki populasi besar dan pertumbuhan PDB yang tinggi menunjukkan peluang besar untuk pertumbuhan permintaan sarung tangan. Diperkirakan pertumbuhan konsumsi global akan terus berasal dari peningkatan dari negara-negara berkembang di mana konsumsi per kapita yang ada jauh lebih rendah daripada negara-negara maju. 

Lebih jauh Ridwan Goh menyatakan, peluang pasar menguat di beberapa negara berkembang menyusul larangan penggunaan sarung tangan kesehatan berbasis PVC di China. Hal ini membuat sarung tangan kesehatan berbahan baku karet dan nitrile memperoleh peluang tumbuh yang lebih besar. “Pasar yang masih tumbuh antara 8 hingga 10 persen pertahun dalam 15 tahun terakhir berpotensi tumbuh semakin besar akibat bergesernya bahan produksi sarung tangan,” ungkap Ridwan Goh.

 Sebagai produsen cetakan sarung tangan kesehatan, informasi pasar ini memberi peluang besar bagi pertumbuhan perseroan. Tren pertumbuhan yang dicapai setidaknya dalam tiga tahun terakhir akan terus berlanjut. Menurut Ridwan, meskipun konsumsi dalam negeri masih rendah, tapi peluang menjaga pasokan ke pasar ekspor akan menjaga pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. Indonesia sendiri menurut laporan MARGMA, sudah menjadi sasaran ekspor sarung tangan kesehatan bagi produsen sarung tangan kesehatan (khususnya sarung tangan untuk surgical)  di Malaysia, yaitu mencapai 2,5% dari total ekspor sarung tangan surgical. Hal ini menunjukkan konsumsi sarung tangan kesehatan di dalam negeri akan terus meningkat.

Ridwan Goh menambahkan, saat ini perseroan memiliki beberapa pabrik dengan total kapasitas produksi sebesar 610.000 unit per bulan. Tahun lalu, perseroan telah melakukan investasi untuk pengembangan kapasitas produksi dan diharapkan akan berkontribusi positif mulai tahun 2019.

BERITA TERKAIT

Indika Energy Raih Proyek dari ExxonMobil

Di kuartal pertama 2024, PT Indika Energy Tbk (INDY) meraih proyek jangka panjang dari PT ExxonMobil Lubricants Indonesia (Exxon). Perseroan…

Laba Bersih Indah Kiat Terkoreksi 52,04%

Emiten produsen kertas, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) mencatatkan laba bersih US$ 411,46 juta pada tahun 2023…

Laba Bersih Erajaya Swasembada Turun 20,44%

Sepanjang tahun 2023, PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) mencatat pereolehan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk…

BERITA LAINNYA DI

Indika Energy Raih Proyek dari ExxonMobil

Di kuartal pertama 2024, PT Indika Energy Tbk (INDY) meraih proyek jangka panjang dari PT ExxonMobil Lubricants Indonesia (Exxon). Perseroan…

Laba Bersih Indah Kiat Terkoreksi 52,04%

Emiten produsen kertas, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) mencatatkan laba bersih US$ 411,46 juta pada tahun 2023…

Laba Bersih Erajaya Swasembada Turun 20,44%

Sepanjang tahun 2023, PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) mencatat pereolehan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk…