Produk Asal Indonesia Dipamerkan di Bangladesh

NERACA

Jakarta – Berbagai produk Indonesia seperti batik, perhiasan, kerajinan tangan, otomotif, obat-obatan, makanan, dan minuman dipamerkan dalam Indonesia Fair 2019 yang berlangsung di Dhaka, Bangladesh.

Pameran ini untuk kedua kalinya diselenggarakan di Bangladesh, menyusul kesuksesan Indonesia Fair 2018 yang berhasil membukukan transaksi termasuk potensi kesepakatan dagang senilai 274 juta dolar AS.

Menurut Duta Besar RI untuk Bangladesh Rina P Soemarno, Bangladesh dan Indonesia adalah dua negara besar di Asia, dilihat dari segi populasi dan ekonomi. Kedua negara memiliki situasi ekonomi yang stabil, kondisi makroekonomi yang sehat, dan pertumbuhan ekonomi tinggi.

"Sayangnya hubungan perdagangan dan ekonomi kita belum merefleksikan situasi tersebut," kata Dubes Rina saat menyampaikan pidato pembukaan pameran di Dhaka, disalin dari Antara.

Karena itu, KBRI Dhaka menggagas Indonesia Fair, yang diselenggarakan di International Convention City Bashundhara (ICCB), Dhaka, pada 25-27 April 2019, untuk memperkenalkan Indonesia kepada publik Bangladesh, serta mempertemukan para pelaku usaha kedua negara yang tertarik untuk menjalin kerja sama.

Lebih dari 40 pelaku usaha dan 13 BUMN asal Indonesia berpartisipasi dalam Indonesia Fair tahun ini, termasuk diantaranya PT Industri Kereta Api (INKA), PT Pertamina, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II, PT Pindad, serta Indonesian Railway Consortium.

Tidak ketinggalan, perusahaan karoseri CV Laksana yang baru-baru ini mengekspor 14 bus ke Bangladesh, juga berpartisipasi dalam pameran tersebut. Sejak 2014, pemerintah Indonesia berupaya meningkatkan kerja sama ekonomi dengan pasar non-tradisional di Asia, salah satunya Bangladesh.

Perdagangan bilateral kedua negara tumbuh setiap tahun. Pada 2018, total nilai perdagangan antara Bangladesh dan Indonesia mencapai 1,97 miliar dolar AS atau meningkat 48 persen sejak 2016.

Tren peningkatan nilai perdagangan berlanjut pada tahun ini, dengan total nilai perdagangan bilateral dalam dua bulan pertama mencapai 410 juta dolar AS atau meningkat 11 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kementerian Perindustrian menargetkan ekspor produk kerajinan Indonesia dapat meningkat hingga 9% pada tahun 2019. Sepanjang 2018, pengapalan produk handycraft nasional mencapai USD1,2 miliar ke 50 negara atau naik empat kali lipat dibandingkan tahun 1999 sekitar USD300 juta ke 20 negara.

Negara tujuan utama ekspor, antara lain Amerika Serikat, Jepang, Belanda dan Inggris. “Beberapa catatan untuk peningkatan ekspor produk kerajinan, dari hasil diskusi dengan pelaku IKM, antara lain membutuhkan pendampingan mengenai desain dan akses pendanaan,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada pembukaan Pameran Inacraft 2019 di Jakarta, sebagaimana disalin dari siaran resmi.

Menurut Menperin, guna menggenjot ekspor tersebut, kebijakan strategis yang bisa dijalankan adalah penguatan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). “Selain memfasilitasi pembiayaan bagi pelaku IKM yang ingin melakukan ekspor, lembaga tersebut diyakini mampu berperan untuk pengembangan IKM. Artinya, pembiayaan dalam jangka panjang,” tuturnya.

Industri kerajinan merupakan salah satu sektor industri kreatif yang mampu memberikan kontribusi besar bagi perekonomian nasional. Industri kerajinan yang didominasi oleh pelaku industri kecil dan menengah (IKM) ini dinilai terus berkembang, sehingga mampu membuka lapangan pekerjaan yang cukup banyak dan memberikan pemberdayaan yang berkualitas kepada masyarakat Indonesia.

“Berbagai produk kerajinan yang dihasilkan oleh tangan-tangan terampil yang umumnya adalah para pelaku usaha industri mikro, kecil dan menengah ini tidak hanya untuk memenuhi pasar lokal saja, tetapi juga telah merambah ke pasar ekspor,” paparnya.

Menurut Menperin, Indonesia memiliki keunggulan dalam pengembangan industri kerajinan karena keragaman budaya yang menjadi ciri khas di masing-masing daerah. Selain itu, keterampilan dan keuletan para perajin Indonesia juga membuat produk kriya nasional semakin kreatif dan inovatif, terlabih lagi ditopang melalui pemanfaatan teknologi terkini.

“Potensi lainnya adalah ketersediaan bahan baku yang berlimpah, menjadi keunikan tersendiri bagi produk kerajinan Indonesia,” ungkapnya. Bahan baku tersebut, antara lain kayu, rotan, bambu, keramik, serat alam, logam, perhiasan, lembaran kain, dan batu-batuan. “Saat ini juga sudah ada bahan baku dari hasil pengembangan teknologi modern,” imbuhnya.

Airlangga optimistis, industri kerajinan menjadi ujung tombak bagi pertumbuhan ekonomi nasional.  

BERITA TERKAIT

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…