Pendapatan Terkoreksi 13% - VIVA Juga Bukukan Rugi Kurs Rp 242,58 Miliar

NERACA

Jakarta – Pencapaian kinerja keuangan PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) sepanjang tahun 2018 kemarin, belum cukup memuaskan. Pasalnya, perseroan mencatatkan pendapatan bersih Rp 2,40 triliun, turun 13% year on year (yoy) dibandingkan priode yang sama tahun lalu. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Perseroan menjelaskan, sebagian besar pendapatan VIVA berasal dari pendapatan iklan yang mencapai Rp 2,39 triliun atau turun 8% yoy. Sementara pendapatan non iklan juga turun 95% yoy menjadi Rp 8,03 miliar pada akhir 2018. Adapun dari sisi kontribusi pelanggan, pendapatan dari PT Wira Pamungkas Pariwara juga turun 13% yoy menuju Rp 554,36 miliar. Sedangkan pendapatan lain-lain turun 14% yoy menjadi Rp 1,84 triliun di akhir 2018.

Beban program dan siaran VIVA naik hingga 10% yoy menjadi Rp 1,01 triliun. VIVA juga mencatatkan kenaikan beban umum dan administrasi sebesar 17% yoy menjadi Rp 1,33 triliun di akhir tahun lalu. Selain itu, VIVA juga membukukan rugi selisih kurs sebesar Rp 242,58 miliar atau jauh lebih besar dari rugi selisih kurs tahun 2017 yang sebesar Rp 25,5 miliar. Alhasil VIVA masih membukukan rugi bersih sebesar Rp 1,11 triliun di akhir 2018 dari tahun sebelumnya masih untung Rp 209,6 miliar.

Pada akhir 2018, VIVA juga memiliki total aset Rp 8,02 triliun atau meningkat 4% yoy. Total ekuitas VIVA turun 39% yoy menjadi sebesar Rp 1,69 triliun dengan kenaikan liabilitas 28% yoy menjadi Rp 6,33 triliun. Sebelumnya kabar beredar pengusaha Erick Thorir mengakuisisi VIVA usaidirinya menjual 31,05% saham miliknya di klub sepak bila asal Italia, FC Internazionale Milano atau Inter Milan. Namun hal tersebut dibantahnya,”Belum ada rencana mengambil VIVA. Sama juga waktu digosipkan, saham Mahaka melambung padahal tidak ada apa-apa. Ini kan spekulasi saja, orang melihat," kata Erick.

Erick mengatakan, hasil dari penjualan sahamnya di klub yang bermarkas di Stadion Giuseppe Meazza tersebut, digunakan untuk membayar utang dan mengembalikan modalnya. Meski begitu, dirinya tidak mau menyebutkan kombinasi besaran pembayaran utang dan pengembalian ekuitas. Ada pun, salah satu utangnya yaitu saat dirinya membangun stadion di Washington, Amerika Serikat.

Seperti diketahui, Stadion bernama Audi Field tersebut merupakan markas klub sepak bola Liga Amerika yaitu D.C. United, di mana dirinya bertindak selaku pemilik klub. Dibangun bersama kakaknya, Garibaldi Thohir, stadion tersebut memakan biaya pembangunan dengan nilai US$ 500 juta.




BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…