Pengusaha Diminta Gali Potensi Komoditas Pertanian Ekspor

NERACA

Jakarta – Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) meminta para eksportir bisa menggali potensi berbagai komoditas pertanian yang dapat diekspor dan diminati pasar internasional.

Kepala Barantan Kementan Ali Jamil mengungkapkan bahwa banyak komoditas pertanian yang mungkin tidak akan bernilai di pasar, namun ternyata diminati negara lain, contohnya petai dan jengkol yang sebelumnya diekspor melalui Bandara Soekarno-Hatta.

"Beberapa bulan lalu kami melepas ekspor yang selama ini mungkin tidak terpikirkan. Jengkol dan petai ternyata diminati dan diekspor ke Belanda, Cina dan Arab Saudi," kata Ali pada pelepasan ekspor komoditas pertanian di Tanjung Priok Jakarta, disalin dari Antara.

Ali menyebutkan pada Februari lalu, ada tiga komoditas pertanian yang mulai bertumbuh (emerging commodities), yakni petai sebanyak 930 kilogram dengan nilai ekspor Rp52 juta, jengkol sebanyak 610 kilogram senilai Rp34 juta dan ubi cilembu sebanyak 1.920 kilogram senilai Rp80 juta.

Selain komoditas tersebut, ia juga membeberkan komoditas pertanian lainnya, yakni daun ketapang yang biasanya hanya dibiarkan menjadi daun berserakan, bahkan bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah. Daun ketapang kering yang berasal dari Banyumas telah diekspor ke Jepang dengan harga Rp1 juta per kilogram.

Selain menggali potensi ekspor komoditas lain, Ali juga mengimbau agar para eksportir untuk produk pertanian umum, seperti kakao dan kopra dapat mengekspor tidak hanya dalam bentuk bahan mentah (raw material), tetapi juga dalam bentuk setengah jadi.

"Contohnya biji kakao ke depan tidak harus dalam bentuk mentah lagi, tetapi menjadi 'cocoa butter' seperti yang dilakukan di Batam. Itu sudah diekspor ke Ukraina, Prancis dan Jerman," kata Ali.

Ada pun Barantan saat ini tengah fokus menjalankan program peningkatan ekspor komoditas pertanian bernama "Agro Gemilang". Program ini bertujuan mempersiapkan para petani muda untuk memasuki pasar ekspor.

"Selain mengakselerasi dan menambah komoditas-komoditas pertanian kita untuk ekspor, kami mengajak para generasi milenial juga bisa terlibat dalam kegiatan ekspor. Kalau ada komoditas yang potensial, bisa langsung dilaporkan ke Dinas Pertanian setempat," katanya.

Barantan melepas sejumlah komoditas pertanian dengan total nilai Rp11,1 miliar yang telah memenuhi persyaratan kesehatan (sanitary and phytosanitary), salah satunya larva lalat. Kepala Barantan Ali Jamil menyebutkan komoditas yang diekspor kakao biji sebanyak 160 ton, kopra 96 ton, pinang biji sebanyak 81 ton, manggis 75 ton, olahan susu 17,3 ton, 3.108 batang dracaena dan yang paling menarik larva kering dari lalat tentara hitam (dried black soldier fly larvae) sebanyak 11,4 ton.

"Melalui Pelabuhan Tanjung Priok, hari ini kami melepas komoditas pertanian yang nilainya mencapai Rp11 miliar. Ada satu komoditas yang cukup membanggakan, yakni ekspor belatung atau larva yang dikirim ke Belanda," kata Ali.

Ali Jamil menjelaskan komoditas pertanian tersebut akan diekspor ke berbagai negara tujuan, yakni Tiongkok, Korea Selatan, Belanda, India, Thailand, Rusia dan Papua Nugini. Khusus untuk larva lalat, komoditas itu akan dikirim ke Belanda.

Jamil menyampaikan bahwa Barantan saat ini fokus menjalankan program peningkatan ekspor komoditas pertanian bernama "Agro Gemilang". Program ini bertujuan mempersiapkan para petani muda untuk memasuki pasar ekspor.

Biocycle, perusahaan yang mengekspor larva lalat, sudah kedua kalinya melakukan ekspor ke negeri Kincir Angin. Sekretaris Perusahaan Biocycle Elza Mayang, menilai pasar ekspor untuk larva lalat masih bisa diperluas ke negara lainnya selain Belanda.

"Larva lalat sebagai alternatif pakan ternak ini banyak kelebihannya karena memiliki kadar protein yang lebih tinggi sekitar 40 persen. Selain untuk ikan ternak juga bisa digunakan untuk ikan hias. Saat ini baru penjajakan dengan Belanda, tetapi tidak menutup kemungkinan bisa ke negara lainnya," kata Elza.

Dalam kesempatan yang sama Kepala Karantina Pertanian Tanjung Priok, Purwo Widiarto menyampaikan sepanjang tahun 2018, frekuensi ekspor komoditas tumbuhan ke luar negeri yang melalui Tanjung Priok sebanyak 12.700 kali. Frekuensi tersebut meningkat 8 persen dibandingkan 2017 yaitu 11.594 kali.

Selama 2018 telah dilakukan ekspor terhadap komoditas tumbuhan berupa kakao, pinang biji, buah manggis, kopra, dan dracena yang mencapai nilai Rp3 triliun. Komoditas dengan kuantitas tertinggi adalah kakao sebanyak 48.141 ton senilai Rp1,1 triliun.

BERITA TERKAIT

Distribusi dan Stabilitas Harga Ikan Selama Ramadhan Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memastikan akan terus mengawal ketersediaan serta kestabilan harga ikan. KKP menyebut bahwa…

Indonesia dan Sri Lanka Perkuat Hubungan Dagang Bilateral

NERACA Jakarta – Indonesia dan Sri Lanka meluncurkan perundingan Indonesia–Sri Lanka Preferential Trade Agreement (ISL–PTA). Penandatanganan dilaksanakan secara simultan melalui…

2023, Kontribusi Parekraf Terhadap PDB Mencapai 3,9 Persen

NERACA Jakarta – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno memaparkan realisasi program…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Distribusi dan Stabilitas Harga Ikan Selama Ramadhan Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memastikan akan terus mengawal ketersediaan serta kestabilan harga ikan. KKP menyebut bahwa…

Indonesia dan Sri Lanka Perkuat Hubungan Dagang Bilateral

NERACA Jakarta – Indonesia dan Sri Lanka meluncurkan perundingan Indonesia–Sri Lanka Preferential Trade Agreement (ISL–PTA). Penandatanganan dilaksanakan secara simultan melalui…

2023, Kontribusi Parekraf Terhadap PDB Mencapai 3,9 Persen

NERACA Jakarta – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno memaparkan realisasi program…