Oleh: Galuh Ratnatika
Pembangunan infrastruktur dalam masa pemerintahan presiden Joko Widodo memang tidak main-main, khususnya untuk transportasi publik. Bahkan biaya yang dikeluarkan pemerintah pun mencapai triliunan. Namun, siapa sangka jika sarana transportasi publik yang dibangun dan telah diresmikan oleh pemerintah di beberapa daerah dengan biaya triliunan, hingga kini masih sepi penumpang.
Seperti Bandara Internasional Kertajati misalnya, bandara yang pembangunannya mangkrak sejak tahun 2003 ini, akhirnya diresmikan oleh Jokowi pada Mei 2018 lalu. Namun sampai saat ini, bandara yang digadang-gadang akan meningkatkan perekonomian dan menjadi kebanggaan masyarakat Jawa Barat, masih sepi penumpang. Padahal bandara yang pembangunannya menghabiskan anggaran sekitar Rp2,6 triliun itu, diproyeksikan akan menampung lebih dari 5,6 juta penumpang.
Kondisi tersebut tak jauh berbeda dengan Bandara Silangit, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, yang kini berganti nama menjadi Bandara Sisingamangaraja XII. Bandara yang juga sebagai pintu gerbang menuju kawasan wisata Danau Toba tersebut, hingga kini belum ramai penumpang. Hal itu membuat banyak maskapai mengeluh dan terpaksa menutup rute penerbangan. Pertanyaannya, apakah ada yang salah dalam perencanaan pembangunan kedua bandara tersebut sejak awal?
Realita yang harus dihadapi oleh pemerintah daerah terhadap kedua Bandara tersebut memang tidak sesuai ekspetasi. Bandara Kertajati sendiri saat ini mengalami penurunan load factor dan penurunan operasional sejumlah maskapai. Terlebih pemindahan penerbangan dari Bandara Husein Sastranegara ke Kertajati masih berlarut, bahkan pembangunan Tol Cisumdawu juga belum tuntas. Mungkinkah masalah tersebut menjadi penyebab sepinya Bandara Kertajati?
Sedangkan Bandara Silangit yang sebelumnya digadang-gadang akan menjadi gerbang bagi para wisatawan untuk mengunjungi Danau Toba juga tidak sesuai seperti yang diharapkan. Pasalnya, banyak para wisatawan yang lebih memilih jalur darat dibandingkan melalui jalur udara yang mana tiket pesawat pun masih terbilang mahal. Lantas, apa yang harus dilakukan pemerintah untuk menghidupkan kembali kedua bandara tersebut?
Sejatinya, bukan hanya bandara yang sepi, sarana transportasi LRT di Palembang yang dibangun pada masa pemerintahan Jokowi secara kilat dan diresmikan saat perhelatan Asian Games 2018 pun hingga kini masih sepi penumpang, dan justru dijadikan sebagai transportasi wisata. Jika demikian, apakah nantinya kedua bandara tersebut juga akan beralih fungsi? Atau adakah solusi lain untuk mempromosikannya? (www.watyutink.com)
Oleh: Naomi Leah Christine, Analis Sosial dan Politik Rekonsiliasi antar pihak pasca pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 menjadi…
Oleh : Nagita Salwa, Mahasiswa Jurusan Ekonomi dan Bisnis di PTS Pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah proses peningkatan output…
Oleh: Achmad Nur Hidayat MPP, CEO Narasi Institute Konflik gaza sejak Oktober 2023 kini berkembang menjadi kekacauan…
Oleh: Naomi Leah Christine, Analis Sosial dan Politik Rekonsiliasi antar pihak pasca pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 menjadi…
Oleh : Nagita Salwa, Mahasiswa Jurusan Ekonomi dan Bisnis di PTS Pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah proses peningkatan output…
Oleh: Achmad Nur Hidayat MPP, CEO Narasi Institute Konflik gaza sejak Oktober 2023 kini berkembang menjadi kekacauan…