Hanya Siap Menang

 

Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi

Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo

Hanya hitungan hari menuju pesta demokrasi pencoblosan pada 17 April. Baik pilpres atau pileg keduanya menjanjikan situasi yang terus memanas. Bahkan, kampanye model terbuka juga semakin memanaskan situasi. Imbasnya tentu sangat rasional yaitu arus investasi terjadi perlambatan, pertumbuhan ekonomi juga tertekan, meski inflasi masih bisa terkendali, setidaknya sampai triwulan pertama 2019. Oleh karena itu, berlasan jika situasi ini rentan terhadap perilaku wait and see, sementara ancaman people power jika pilpres terjadi kecurangan menambah ancaman kekacauan. Terkait hal ini, beralasan jika  kemudian pemerintah berharap agar masing-masing pihak bisa menahan diri dan tidak justru terbawa emosi sesaat dengan menuhankan kekerasan demi pemenangan pilpres.

Tidak bisa dipungkiri bahwa hajatan pesta demokrasi 5 tahunan cenderung berdampak sistemik terhadap iklim sospol dan ekonomi. Padahal, iklim sospol identik sinergi antara demokrasi – ekonomi dan ekonomi – demokrasi. Oleh karenanya, di semua negara yang melangsungkan pesta demokrasi dipastikan terjadi peningkatan intrik politik melalui perjuangan demokrasi. Bahkan, dendam kesumat bagi mereka yang dikalahkan sering terjadi. Padahal, diawal semua kubu yang bertarung selalu menjanjikan kampanye damai meski di akhir justru yang terjadi sebaliknya dan karenanya beralasan jika sejatinya ada pilihan wajib yang mutlak bagi para petarung yaitu siap menang dan tidak siap kalah.

Argumen yang mendasari adalah besarnya ongkos politik yang harus dikeluarkan demi jabatan periodik 5 tahunan. Paling tidak hal ini terbukti dengan adanya OTT dari salah satu calon dengan nominal Rp.8 miliar yang tersebar dalam recehan Rp.50.000 dan juga Rp.100.000. Dugaan yang muncul bahwa besaran nominal itu akan digunakan untuk serangan fajar. Fakta ini seolah menguatkan dugaan bahwa politik uang itu benar adanya dan bukan isapan jempol semata. Oleh karenanya tidak ada alasan yang menyebutkan bahwa politik uang susah untuk dibuktikan.

Logika demokrasi dengan ongkos yang sangat mahal maka sangat tidak logis jika dari sekian banyak kandidat wakil rakyat itu kemudian berujar siap menang dan siap kalah. Sangat tidak mungkin jika mereka siap kalah. Bukankah serangan fajar itu sendiri kian membukakan mata dunia bahwa mereka tidak siap kalah dan yang ada benar mereka hanya satu yaitu siap menang dan harus menang, entah dengan cara bagaimana dan cara apapun.

Logika ini juga semakin menguatkan bahwa ancaman nafsu demokrasi sangat berbahaya dan taruhannya adalah OTT KPK sampai akhirnya rompi orange disematkan dan borgol di tangan menjadi hiasan media sambil menunggu vonis puluhan tahun. Jika sudah demikian maka jangan salahkan parpol jika akhirnya juga harus pasang tarif bagi para kandidatnya karena memang hanya dari parpol gerbong demokrasi bisa dinaiki.

Siap menang bukan hanya menjadi menu wajib para caleg, tetapi juga capres dan realitas ini menjadi menu wajib dalam siklus periodik 5 tahunan. Akibatnya, semua mengumbar ujaran kebencian, hoaks, kampanye hitam, kampanye negatif dan sumpah serapah yang lainnya. Jika sudah demikian, janganlah salahkan jika kemudian angka golput cenderung terus meningkat setiap tahun dan jangan gegabah membuat fatwa haram atas golput itu sendiri karena sejatinya golput juga merupakan hak warga negara ketika pilihan yang harus diamanatkan justru disalahgunakan sehingga di tahun 2018 menjadi Tahun OTT. Jadi, ketika golput meningkat seharusnya pemerintah mawas diri dengan situasinya.

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…