Niaga Internasional - Indonesia Terus Dorong Ekspor Produk Kerajinan ke Pasar Jepang

NERACA

Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus berupaya mendorong ekspor produk kerajinan ke Jepang. Kurangnya pemahaman pelaku usaha terhadap tren dan preferensi konsumen Jepang dan kurangnya konsistensi terhadap kualitas dan proses produksi yang masih manual menjadi kendala sektor kerajinan Indonesia dalam memenuhi standar pasar Jepang.

Upaya tersebut antar lain melalui seminar sehari dengan tema “Penetrasi Produk Kerajinan Indonesia ke Pasar Jepang” di Yogyakarta. “Seminar ini merupakan salah satu upaya meningkatkan ekspor produk kerajinan Indonesia ke pasar Jepang. Dalam seminar ini pelaku usaha mendapatkan informasi mengenai selera konsumen Jepang dan kiat-kiat berbisnis dengan importir Jepang,” ungkap Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Kemendag Marolop Nainggolan sebagaimana disalin dari Antara.

Seminar tersebut digelar atas kerja sama Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional dengan Japan External Trade Organization (Jetro), Asosiasi Eksportir dan Produsen Kerajinan Indonesia (ASEPHI), serta Forum Meubel, Kerajinan dan Seni (Formekers) Yogyakarta.

Marolop menjelaskan, kurangnya pemahaman pelaku usaha terhadap tren dan preferensi konsumen Jepang yang memiliki keunikan dengan tingkat kualitas yang tinggi membuat pelaku usaha kerajinan Indonesia mengalami kesulitan dalam menembus pasar Jepang.

Namun, pasar Jepang masih menjadi andalan bagi sektor kerajinan Indonesia. Indonesia saat ini menjadi pemasok terbesar ketujuh untuk produk kerajinan ke Jepang dengan nilai sekitar 49,07 juta dolar AS pada 2018.

Jika dibandingkan dengan negara lainnya, Indonesia memiliki keunggulan tersendiri dengan berlimpahnya bahan baku alami, harga produk kerajinan yang cukup bersaing di pasar Internasional dan desain produk yang kreatif dan bernilai seni tinggi. Seminar yang diikuti sekitar 70 peserta dari kalangan pelaku usaha usaha kecil menengah ini, dihadiri salah satu perusahaan Jepang yaitu Natural Bliss Inc, yang diwakili Naohiko Sugimoto.

Pada kesempatan ini, Sugimoto membagikan informasi mengenai kiat menembus pasar Jepang dan melakukan kurasi produk kerajinan yang dibawa peserta seminar. Sugimoto menyampaikan pola konsumsi masyarakat Jepang telah berubah dari konsumsi produk menjadi konsumsi pengalaman. Menurutnya, konsumen Jepang memandang suatu produk memiliki konsep pleasurable, memorable, and meaningful. Cerita, foto, serta asal usul suatu produk menjadi salah satu cara menarik konsumen Jepang.

Menurut Sugimoto produk kerajinan di Jepang mempunyai kriteria khusus yang harus diperhatikan produsen kerajinan Indonesia. Kriteria tersebut antara lain desain yang minimalis, warna yang natural, sederhana, berukuran yang tidak terlalu besar, bertekstur halus, tidak ada tambahan bahan kimia dan tidak berbau tajam, serta memprioritaskan kualitas.

Selain itu, produk kerajinan yang dijual harus praktis dan dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, mengikuti siklus musim di Jepang, serta dapat dikemas sebagai kado atau hadiah mengingat masyarakat Jepang mempunyai budaya memberikan hadiah. “Dengan hadirnya buyer Jepang pada kegiatan ini, diharapkan nantinya produsen kerajinan Yogyakarta dapat bermitra bisnis dengan Natural Bliss Inc milik Sugimoto,” tambah Marolop.

Sebelumnya, industri furnitur dan kerajinan nasional mampu mendobrak pasar internasional melalui berbagai produk unggulannya yang dinilai memiliki kualitas yang baik dan desain menarik. Kekuatan sektor ini didukung melalui ketersediaan sumber daya alam yang melimpah, sumber daya manusia terampil, dan keragaman corak dari budaya lokal. 

“Kemajuan industri furnitur dan kerajinan Indonesia bukan hanya usaha dari pemerintah semata, namun juga semua pihak dari hulu ke hilir,” kata Direktur Jenderal Indusri, Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih di Jakarta, Minggu (17/3).

Kemenperin mencatat, neraca perdagangan industri furnitur mengalami surplus pada Januari 2019, dengan nilai ekspor sebesar USD113,36 juta. Adapun nilai ekspor tersebut, naik 8,2 persen dibanding capaian pada Desember tahun 2018. Sepanjang tahun lalu, nilai ekspor furnitur nasional menembus hingga USD1,69 miliar atau naik 4 persen dibanding raihan 2017.

Selanjutnya, nilai ekspor dari produk kriya nasional pada Januari-November 2018 mampu mencapai USD823 juta, naik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD820 juta. Industri kerajinan di Indonesia jumlahnya cukup banyak, yakni lebih dari 700 ribu unit usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 1,32 juta orang.

BERITA TERKAIT

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…