Ketidakpastian Global Turun, Modal Asing Masuk Rp74,7 Triliun

 

 

NERACA

 

Jakarta - Modal asing yang masuk (capital inflow) ke Indonesia terus meningkat hingga Rp74,7 triliun di penghujung Maret 2019, di tengah meredanya ketidakpastian ekonomi global. Deputi Komisioner Stabilitas Sistem Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Yohanes Santoso Wibowo di Jakarta, Kamis (28/3), mengatakan, jumlah dana asing yang diinvestasikan ke Surat Berharga Negara (SBN) pemerintah mencapai Rp63,5 triliun, dan ke instrumen saham sebesar Rp 11,2 triliun. "Totalnya masih 'inflow' di Februari 2019. Dan sekarang pun masih ada 'inflow'," kata dia.

Ketidakpastian ekonomi global di awal tahun ini mereda sejak bank sentral America Serikat, The Fed, pada pertemuan penentuan kebijakannya pekan lalu kembali memberikan sinyalemen bahwa hanya ada sekali kenaikan suku bunga acuan dalam duia tahun ke depan. Longgarnya (dovish) arah kebijakan moneter The Fed juga berbarengan dengan moderasi yang dilakukan Bank Sentral Eropa menyusul perlambatan pertumbuhan ekonomi di Benua Biru tersebut.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 22 Maret berada di level 6.525,3 atau naik 5,3 persen dibandingkan pembukaan indeks pada awal tahun ini. Di pasar saham, sepanjang tiga bulan pertama 2019, investor asing melakukan pembelian bersih (net buy) senilai Rp 11,2 triliun. Menurut data OJK, pembelian terbesar terjadi pada Januari lalu sebesar Rp 13,8 triliun, kemudian sempat terjadi penjualan bersih (net sell) Rp 3,4 triliun pada Februari 2019. Lalu, sepanjang bulan ini hingga 22 Maret terjadi pembelian bersih senilai Rp 800 miliar.

Sementara di pasar SBN, peningkatan imbal hasil (yield) dan obligasi korporasi mulai tertahan di awal 2019, seiring masuknya investor asing yang cukup besar. Penurunan imbal hasil mencerminkan risiko investasi di suatu negara telah menurun. Penurunan imbal hasil itu juga menunjukkan biaya dana dari korporasi akan berkurang sehingga menimbulkan pendanaan yang lebih efisien.

Pada Februari lalu, rata-rata imbal hasil SBN telah turun 26,7 basis poin dengan pembelian bersih Rp32,8 triliun. Sementara sepanjang bulan ini hingga 22 Maret, imbal SBN telah turun 19,9 basis poin dengan pembelian bersih Rp14 triliun. Dalam periode Maret 2019 ini, mengingat ketidakpastian ekonomi global yang mereda, Rapat Dewan Komisioner (RDK) Otoritas Jasa Keuangan ( OJK) juga menyatakan stabilitas dan likuiditas sektor jasa keuangan dalam kondisi terjaga.

Pada Februari, kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan meneruskan tren perbaikan. Pertumbuhan kedit perbankan melanjutkan tren peningkatan dan penyaluran kredit perbankan tercatat tumbuh 12,13 persen (yoy). Sedangkan piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan tumbuh 4,61 persen. Adapun Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tercatat tumbuh 6,57 persen secara tahunan (yoy).

 

BERITA TERKAIT

HUT Ke 61, TASPEN Gelar Empat Kegiatan Sosial

HUT Ke 61, TASPEN Gelar Empat Kegiatan Sosial NERACA  Jakarta – PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) (TASPEN)…

Sektor Keuangan Siap Memitigasi Dampak Konflik Timur Tengah

    NERACA Jakarta – Rapat Dewan Komisioner Mingguan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 17 April 2024 menilai stabilitas sektor…

Rupiah Melemah, OJK Diminta Perhatikan Internal Bank

      NERACA Jakarta – Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan memandang bahwa…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

HUT Ke 61, TASPEN Gelar Empat Kegiatan Sosial

HUT Ke 61, TASPEN Gelar Empat Kegiatan Sosial NERACA  Jakarta – PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) (TASPEN)…

Sektor Keuangan Siap Memitigasi Dampak Konflik Timur Tengah

    NERACA Jakarta – Rapat Dewan Komisioner Mingguan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 17 April 2024 menilai stabilitas sektor…

Rupiah Melemah, OJK Diminta Perhatikan Internal Bank

      NERACA Jakarta – Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan memandang bahwa…