Pendapatan Chandra Asri Capai US$ 2,54 Miliar

NERACA

Jakarta – Sepanjang tahun 2018, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) membukukan kenaikan pendapatan bersih 5,16% menjadi US$2,54 miliar dibandingkan tahun. Sebaliknya laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$181,65 juta, lebih rendah 42,99% dari tahun sebelumnya 2017 sebesar US$318,62 juta. 

Perseroan dalam laporan keuangan yang dirilis di Jakarta, kemarin menyebutkan, penurunan laba tidak bisa lepas dari derita rugi atas instrumen keuangan derivatif sebesar US$4,79 juta, dari sebelumnya US$1,21 juta pada 2017.  Selain itu, perseroan juga mencatatkan beban pokok pendapatan sebesar US$2,15 miliar, naik 14,90% dari US$1,87 miliar pada tahun sebelumnya. Adapun, beban penjualan turun 8,55% menjadi US$38,75 juta dan beban umum dan administrasi sebesar US$36,98 juta. Perseroan mencatatkan beban keuangan naik 42,31%, dari US$36,04 juta pada 2017 menjadi US$51,28 juta pada 2018.

Kemudian total aset perseroan per 31 Desember 2018 sebesar US$3,17 miliar, naik 6,23% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar US$2,99 miliar. Total liabilitas dan ekuitas masing-masing sebesar US$1,40 miliar dan US$1,77 miliar. Tahun ini, emiten petrokomia terintegrasi ini mengalokasikan belanja modal atau (capital expenditure/capex) sekitar US$ 400 juta-US$ 450 juta (Rp 5,80 triliun-Rp 6,52 triliun, kurs Rp 14/500/US$).

Kata Direktur Chandra Asri Petrochemical, Suryandi, perusahaan sudah menganggarkan dana tersebut dari kas internal dan dana pinjaman yang belum lama ini didapat perusahaan. Dimana capex tersebut didapatkan dari fasilitas kredit Jepang yang spesifik digunakan untuk membiayai pembangunan pabrik polyethylene baru.

Dana tersebut untuk kebutuhan penambahan kapasitas pabrik polyethylene dengan kapasitas produksi sebesar 400 ribu ton per tahun. Pengerjaan pabrik ini tengah dikebut lantaran target penyelesaiannya dipatok pada akhir 2019 nanti. Sebagai informasi, untuk membiayai parik ini perusahaan mendapatkan fasilitas kredit dari The Japan Bank for International Cooperation (JBIC) dan BNP Paribas (cabang Tokyo) senilai US$ 380 juta (Rp 5,51 triliun). Selain itu, kebutuhan capex ini juga akan digunakan untuk mencicil pembangunan pabrik barunya, Chandra Asri Perkasa 2. Menurut rencana, pabrik tersebut nantinya akan memiliki kapasitas produksi mencapai 1,1 juta ton per tahunnya.

BERITA TERKAIT

Sukses Pengembangan Karyawan - BTN Tempati Posisi Top 3 Untuk Pengembangan Karier

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menempati posisi Top 3 tempat kerja terbaik untuk pengembangan karir di Indonesia versi…

Atlantis Subsea Bidik Pendapatan Tumbuh 20%

NERACA Jakarta – Resmi mencatatkan sahamnya di pasar modal, PT Atlantis Subsea Indonesia Tbk (ATLA) membidik pendapatan tumbuh 20% pada…

Tensi Politik Timur Tengah Penyebab Anjloknya IHSG

NERACA Jakarta- Tensi ketegangan politik di kawasan timur tengah menjadi sentimen negatif terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sukses Pengembangan Karyawan - BTN Tempati Posisi Top 3 Untuk Pengembangan Karier

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menempati posisi Top 3 tempat kerja terbaik untuk pengembangan karir di Indonesia versi…

Atlantis Subsea Bidik Pendapatan Tumbuh 20%

NERACA Jakarta – Resmi mencatatkan sahamnya di pasar modal, PT Atlantis Subsea Indonesia Tbk (ATLA) membidik pendapatan tumbuh 20% pada…

Tensi Politik Timur Tengah Penyebab Anjloknya IHSG

NERACA Jakarta- Tensi ketegangan politik di kawasan timur tengah menjadi sentimen negatif terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa…