NERACA
Jakarta – Sentimen nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) menjadi faktor sentimen terhadap performance kinerja keuangan sebuah perusahaan. Hal inilah yang dirasakan PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) atau Latinusa yang mencatatkan rugi sepanjang tahun 2018 kemarin akibat rugi selisih kurs. Oleh karena itu, emiten produsen kemasan ini menaruh asa nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tahun ini dapat stabil agar bisa menekan rugi selisih kurs atau bahkan berhasil membukukan untung.
Direktur Keuangan NIKL, Jetrinaldi mengatakan, pada tahun ini kinerja keuangan kembali membaik seiring dengan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang stabil.“Jika kurs stabil, maka rugi kurs perseroan hanya US$600 ribu,”ujarnya di Jakarta, kemarin.
Disamping itu, jelas dia, kinerja perseroan akan meningkat seiring dengan utiilisasi produksi ke level 100%, sedangkan pada tahun 2018 baru mencapai 85%. Tercatat pada tahun lalu, dari kapasitas produksi 165.000 ton utilisasi baru mencapai 85% dan tahun ini akan di genjot sampai 100%. Kemudian untuk mendukung peningkatan kapasitas produksi, perseroan telah menyiapan belanja modal sekitar US$ 3,6 juta untuk perawatan mesin produksi.
Adapun sumber dananya, kata Jetrinaldi, berasal dari Bank-Bank asal Jepang yang sangat mendukung perseroan. Sementara Investor Relations Latinusa, Wuri Wuryani pernah bilang, perseroan tetap optimis menjalankan bisnisnya di 2019. Dimana sektor makanan dan minuman memang mendominasi bisnis perseroan, sebagai gambaran pada tahun 2017 yang lalu sebanyak 23,68% penjualan tinplate Latinusa mengisi segmen kemasan susu, diikuti 20,02% untuk kaleng biskuit dan permen, 19,81% untuk sektor makanan lainnya, 16,86% sektor bahan kimia dan 13,01% untuk kaleng cat.
Sementara sisa penjualan untuk produsen kaleng umum, minyak goreng serta buah dan minuman yang masing-masing porsinya 4,52%, 1,58%, dan 0,53%. Hingga Desember 2017 tercatat konsumsi kaleng nasional mencapai 240.000 ton, dimana pangsa pasar perseroan di tanah air mencapai 61,78%, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 2016 sebesar 60,50%.
Bicara soal segmen geografis, penjualan lokal masih mendominasi pendapatan perseroan sebanyak 99,99% dari total revenue sampai September 2018 kemarin. Beberapa pelanggan yang menyerap banyak produk Latinusa di kuartal tiga 2018 ialah PT Indonesia Multi Color Painting sebesar US$ 22,79 juta dan PT United Can senilai US$ 19,24 juta.
Seperti diketahui, NIKL mengalami rugi sebesar US$,1,57 juta pada tahun 2018. Hal itu disebabkan tahun 2018 mengalami rugi kurs memcapai US$ 2,8 juta. Kondisi ini berbalik dibandingkan periode yang sama tahun 2017 masih membukukan laba bersih US$ 1,359 juta. Disebutkan, penjualan tercatat sebesar US$ 163,135 juta atau naik 7,94% dibandingkan akhir Desember 2017 yang tercatat sebesar US$ 151,792 juta. Sedangkan beban pokok pendapatan mengalami kenaikan 9,21% dari US$ 141,57 juta menjadi US$ 154,76 juta. Adapun kewajiban perseroan tercatat sebesar US$ 104,7 juta atau naik 23,8% dibanding akhir tahun 2017 yang tercatat sebesar US$ 84,4 juta.
NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…
Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…
NERACA Jakarta - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…
NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…
Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…
NERACA Jakarta - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…