BPDP Diharapkan Pacu Jumlah Peremajaan Luas Kebun Karet

NERACA

Jakarta – Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Arief Nugraha mengatakan, pembentukan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) karet mampu menambah luas lahan karet yang diremajakan. Jumlah luas lahan kebun karet yang diremajakan selama ini terhambat karena terbatasnya jumlah APBN.

Selama ini, rata-rata kemampuan pemerintah meremajakan karet petani per tahun hanya seluas 5.000 hektar saja. Padahal baru-baru ini Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintah menargetkan proses peremajaan lahan karet mencapai 50.000 hektar.

Untuk mengatasi keterbatasan anggaran ini, pemerintah sedang mencoba mencari pendanaan dari sektor lain. Salah satunya adalah mencoba menjual pohon karet yang akan diremajakan akan dijual untuk mendapatkan dana terkait peremajaan, hal ini sudah dijajaki dengan melakukan diskusi bersama Asosiasi Panel Kayu Indonesia (Apkindo).

“Selain menjual pohon yang akan diremajakan, pemerintah dapat mempertimbangkan untuk membentuk Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) untuk karet. Saat ini baru komoditas kelapa sawit yang memiliki BPDP. BPDP sendiri punya fungsi meremajakan, mengembangkan sumber daya manusia yang terlibat di dalam industri tanaman karet hingga mengembangkan riset,” terang Arief.

Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) merupakan unit organisasi non eselon di lingkungan Kementerian Keuangan yang bertugas untuk melaksanakan pengelolaan dana perkebunan kelapa sawit.  Mekanisme kerja BPDP untuk meremajakan karet adalah melalui penggunaan dana yang dipungut dari para pengusaha.

Mekanismenya adalah mengacu pada harga Crude Palm Oil (CPO) dunia, saat harga CPO dunia mencapai USD 570 per ton sampai USD 619, maka akan dipungut sebesar USD 25 untuk setiap 1 ton CPO yang diekspor. Saat harga CPO dunia berada di bawah USD 570 maka tidak ada pungutan. Berdasarkan data resmi dari BPDPKS 2018, jumlah pungutan sudah mencapai Rp 14,48 triliun. “Harga acuan yang akan ditetapkan untuk pungutan di komoditas karet diharapkan bisa diformulasikan saat badan ini terbentuk,” jelasnya.

Langkah pemerintah yang hanya akan meremajakan 60% tanaman karet dalam 1 hektar lahan juga sudah tepat. Lahan seluas 40% sisa nantinya akan ditanam komoditas lain. Tanaman karet baru dapat dikatakan produktif selama lima tahun, maka petani dapat memanfaatkan lahan seluas 40% tersebut untuk menanam tanaman lain sebagai sumber pendapatan, misalnya saja tanaman hortikultura, kopi dan juga kakao yang bisa beberapa kali panen dalam satu tahun.

Harga karet dunia saat ini sedang mengalami penurunan karena adanya oversupply produksi. Harga karet per Februari 2019 adalah USD 1,65 per kilogram. Berdasarkan data Pusat Penelitian Karet 2011, harga karet sempat tinggi yaitu sebesar USD 4 per kilogram.  Saat ini, pemerintah akan melakukan pengurangan luas lahan karet sebagai langkah awal untuk mengangkat harga karet dunia yang saat ini sangat rendah. Rendahnya harga ini juga berdampak pada petani karet, dikarenakan harga jual di petani karet juga menjadi rendah.

Bagi sebagian besar masyarakat Kalimantan Selatan, khususnya Kabupaten Tabalong, karet telah lama menjadi komoditas utama mereka untuk menggantungkan hidup.

Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabalong, luas kebun karet mencapai 49.116 hektare, namun rendahnya standar mutu karet yang dihasilkan menjadikan harga jualnya rendah sehingga memengaruhi tingkat kesejahteraan petani. Muhammad Zaini (60),  petani karet asal Desa Muara Uya, Kabupaten Tabalong, menjadi salah seorang yang berusaha mengubah nasib para petani karet di daerahnya.

Dengan berbekal pengetahuan dan keterampilan hasil studi banding di Palembang 2015, Zaini mulai eksis meningkatkan mutu karet melalui penggunaan bahan pembeku asap cair. "Hasil studi banding di Palembang penggunaan asap cair bisa meningkatkan mutu karet," jelas Zaini.

Bersama Yayasan Adaro Bangun Negeri (YABN) dan dinas terkait, Zaini bersama petani karet di daerahnya membentuk Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) yang diberi nama Fajar Menyingsing.

Sebagai pelaksana umum di UPPB Fajar Menyingsing, Zaini kini sudah membina sejumlah desa di Kabupaten Tabalong dalam penggunaan asap cair. Lelaki yang memiliki sembilan cucu ini mengajak para petani karet menerapkan penggunaan asap cair sebagai pengental karet yang sebelumnya terbiasa dengan pupuk urea ataupun tawas. Perlahan tapi pasti, ia terus-menerus mengajak masyarakat untuk menggunakan bahan serupa sebagai pengental karet di lingkungannya.

BERITA TERKAIT

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…

BERITA LAINNYA DI Industri

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…