Profesi Baru Era Milenial

Revolusi Industri 4.0, yang telah mengubah kehidupan manusia hingga ke tingkat paling dasar. Untuk itu, perlu adanya perubahan cara pandang dalam banyak hal. Mahasiswa harus menguasai tiga literasi yakni literasi data, literasi teknologi dan literasi bahasa.  Selama ini, data yang banyak tidak bisa dimanfaatkan dengan maksimal. Begitu juga dengan teknologi yang harus dikuasai. Sementara literasi bahasa perlu dikuasai.

 

NERACA

 

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan perguruan tinggi (PT) harus bersiap menghadapi kemunculan profesi baru. "Dengan memasuki era Revolusi Industri 4.0, era disrupsi teknologi, diperkirakan 75 hingga 375 juta orang di dunia akan beralih profesi, dan akan muncul profesi baru karena dampak pertumbuhan teknologi yang begitu cepat. Hal ini membuat perguruan tinggi dituntut untuk siap menghadapi perubahan teknologi," ujar Menristekdikti saat menghadiri Dies Natalis Universitas Pasundan (Unpas) di Bandung.

Mau tidak mau, suka atau tidak suka, teknologi akan hadir dalam kehidupan. Untuk itu, Nasir meminta pimpinan perguruan tinggi untuk terus meningkatkan kualitas dosen agar memiliki kompetensi inti yang akan dibutuhkan pada revolusi industri 4.0. Lulusan perguruan tinggi sangat bergantung dengan kualitas sistem pembelajaran di kampus dan kualitas dosen yang mengampu mata kuliah. "Realitanya di perkembangan teknologi saat ini masih banyak lulusan tidak memiliki kompetensi sesuai dengan apa yang diambil dalam bidangnya,” tambahnya.

Perguruan tinggi akan semakin dituntut untuk mempersiapkan para mahasiswanya atas pekerjaan yang belum ada, selain menciptakan iptek yang inovatif, adaptif, kompetitif sebagai konsep utama daya saing dan pembangunan bangsa.

Nasir menjelaskan, menghadapi tantangan tersebut Kemenristekdiki bersama perguruan tinggi harus mereformasi penyelenggaraan pendidikan tinggi, seperti: deregulasi, penyediaan pendidikan yang fleksibel dan berorientasi pada mahasiswa serta pangsa pasar, penajaman kurikulum, orientasi pada keterampilan yang teruji dan berdaya saing, pengembangan bidang ilmu strategis, revitalisasi kelembagaan, kemampuan pendidikan tinggi untuk menghasilkan riset dan inovasi yang kompetitif, sampai pada peningkatan keskolaran, kreativitas, kegiatan entrepreneurial, dan lain-lain.

Nasir juga mengatakan bahwa perguruan tinggi harus melakukan "link and match" atau keterhubungan dan penyesuaian dengan dunia industri agar lulusan yang dihasilkan terserap industri. "Saya sering ke Kamar Dagang Indonesia (KADIN), mereka mengeluhkan susahnya mencari tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan mereka," ujar Menristekdikti.

Nasir menjelaskan dunia industri membutuhkan banyak tenaga kerja, akan tetapi lulusan perguruan tinggi banyak yang tidak sesuai dengan kebutuhan dunia industri.

Dia mengatakan ada perbedaan yang jauh antara lulusan perguruan tinggi dan kebutuhan industri.

Untuk menjembatani hal itu, kata dia, pihaknya sudah melakukan berbagai perubahan peraturan. Mulai dari diubahnya peraturan mengenai nomenklatur program studi, sehingga perguruan tinggi bisa menyelenggarakan program studi kekinian. Kemudian, pihaknya juga mengajak para praktisi untuk mengajar di perguruan tinggi.

Menurut dia, sekarang untuk menjadi dosen tidak lagi harus lulusan pascasarjana, tetapi bisa lulusan diploma atau sarjana yang memiliki kompetensi yang baik di bidangnya. Kompetensi tersebut disetarakan melalui Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). "Sehingga nantinya dengan diajar praktisi yang ahli dibidangnya, maka lulusan yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan industri," katanya.

Dalam kesempatan itu, Menristekdikti juga menyinggung mengenai Revolusi Industri 4.0, yang telah mengubah kehidupan manusia hingga ke tingkat paling dasar. Untuk itu, perlu adanya perubahan cara pandang dalam banyak hal.

Nasir juga meminta mahasiswa untuk menguasai tiga literasi yakni literasi data, literasi teknologi dan literasi bahasa.  Menurut dia, selama ini, data yang banyak tidak bisa dimanfaatkan dengan maksimal. Begitu juga dengan teknologi yang harus dikuasai. Sementara literasi bahasa perlu dikuasai.

Ia juga meminta agar memasukkan literasi manusia, yang mana berisi dengan nilai-nilai kejujuran dan antikorupsi.

 

Perusahaan Rintisan

 

Sementara itu, Presiden Direktur Indosat Mega Media (IM2) Heri Sukmono mengatakan literasi digital di kalangan mahasiswa dan dosen akan meningkatkan jumlah perusahaan rintisan kaum milenial. "Para mahasiswa harus bisa melahirkan perusahaan rintisan milenial yang bisa memberikan solusi bagi masyarakat," ujar Heri dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta.

Literasi digital sendiri terdiri dari tiga aktivitas, yakni menemukan, mengevaluasi dan mengonsumsi konten digital, membuat konten digital, serta berkomunikasi atau membagikannya. Dengan kata lain, yakni kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk menemukan, mengevaluasi, membuat, dan mengomunikasikan yang membutuhkan keterampilan kognitif dan teknis.

Saat ini, kata dia, dunia mulai dihadapkan dengan Industri 5.0 atau era masyarakat cerdas (smart society). Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan juga harus masuk dan mulai melakukan penyesuaian ke era ini.

Oleh karena itu, pihaknya bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dalam bidang penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan vokasi dengan pembangunan dan peningkatan infrastruktur jaringan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK)

Dekan Fakultas Teknik UMM Dr Ahmad Mubin ST MT menyatakan perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan juga harus masuk dan mulai melakukan penyesuaian ke era ini. Dengan demikian smart university tidak hanya menunjang proses belajar-mengajar, tapi juga mendukung decision support system (DSS) atau sistem pengambilan keputusan yang membantu seorang pimpinan membuat keputusan. (ant)

 

BERITA TERKAIT

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…

BERITA LAINNYA DI

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…