Ditopang Sentimen Rupiah - Aksi Beli Investor Bikin IHSG Kembali Perkasa

NERACA

Jakarta –  Di tengah terkoreksinya bursa regional Asia, justru sebaliknya indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (13/3) kemarin ditutup menguat sebesar 23,8 poin atau 0,37% menjadi 6.377,58, sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak naik 2,05 poin atau 0,21% menjadi 996,07.”Pada perdagangan Rabu, indeks harga saham gabungan berhasil ditutup menguat seiring dengan berlanjutnya penguatan rupiah dan naiknya sebagian besar harga komoditas seperti minyak mentah, nikel, timah, emas serta batu bara," kata analis Indopremier Sekuritas, Mino di Jakarta, kemarin.

Selain itu, lanjut Mino, aksi beli investor terhadap saham-saham yang sudah mengalami jenuh jual, juga turut menjadi tambahan katalis positif di pasar. Penutupan IHSG sendiri diiringi aksi jual saham investor asing yang ditunjukkan dengan aksi jual bersih atau "net foreign sell" sebesar Rp731,36 miliar. Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 403.914 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 15,62 miliar lembar saham senilai Rp8,99 triliun. Sebanyak 189 saham naik, 187 saham menurun, dan 165 saham tidak bergerak nilainya.

Sementara itu, bursa regional Asia antara lain indeks Nikkei ditutup melemah 213,45 poin (0,99%) ke 21.290,24, indeks Hang Seng melemah 113,42 poin (0,39%) ke 28.807,45, dan indeks Straits Times melemah 16,66 poin (0,52%) ke posisi 3.195,59. Sebaliknya pada pembukaan perdagangan, IHSG dibuka melemah 10,65 poin atau 0,17% ke posisi 6.343,12. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 2,75 poin atau 0,28% menjadi 991,27.

Kata Kepala Riset Valbury Sekuritas, Alfiansyah, faktor dari dalam negeri berkenaan dengan defisit neraca perdagangan melebar serta sentimen global yang masih diwarnai ketidakpasatian terutama sikap kontroversi Trump yang dipandang bisa mengancam kedudukannya sebagai presiden, menjadi salah satu sentimen negatif bagi pasar dan bisa menyulikan bagi IHSG untuk bisa melaju ke zona hijau.
Defisit neraca perdagangan kumulatif Januari- Desember 2018 merupakan yang terparah sepanjang sejarah Indonesia, yang diakibatkan kegiatan impor yang jauh lebih tinggi dibandingkan ekspor. Faktor tersebut disebabkan kinerja impor khususnya barang modal dan bahan baku meningkat signifikan.
Peningkatan impor ini, sejalan dengan prioritas pemerintah membangun infrastruktur. Impor barang modal dan bahan baku masing-masing naik sebesar 22% dan 20%. Di sisi lain, sepanjang 2018, nilai ekspor barang Indonesia turun 1,04% (yoy) sedangkan impor barang tercatat naik 12,1% (yoy).”Hal ini menjadi kendala bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia menyusul adanya koreksi pada neraca perdagangan," kata Alfiansyah.

Sementara itu dari AS, Ketua House of Representatif AS Nancy Pelosi mengatakan Presiden AS Donald Trump tidak perlu dimakzulkan kecuali untuk alasan yang sangat besar sekali dan bipartisan. Pelosi meyakini bahwa memakzulkan dapat memecah belah negara, tetapi tetap berpendapat Trump tidak cocok menduduki jabatan presiden.

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…