PTBA Bukukan Laba Bersih Rp5,02 Triliun

NERACA

Jakarta – Sepanjang tahun 2018, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan laba bersih sebesar Rp5,02 triliun atau naik 12,3% dibanding tahun 2017 yang tercatat sebesar Rp4,47 triliun.  Hal itu ditopang pendapatan usaha sebesar Rp 21,17 triliun, yang terdiri dari penjualan batu bara domestik sebesar 49%, penjualan batu bara ekspor 48% dan sisanya 3% dari aktivitas bisnis lainnya.

Kata Direktur Utama PTBA, Arviyan Arifin, kinerja operasional sepanjang 2018 mencatat produksi meningkat lebih dari 2,12 juta ton dan penjualan ekspor meningkat lebih dari 1,54 juta ton dengan angkutan batu bara melalui Kereta Api naik lebih dari 1,32 juta ton dari periode yang sama tahun sebelumnya,”Pertumbuhan laba bersih itu didorong kenaikan pendapatan usaha dari penjualan ekspor hingga lebih dari Rp 2,44 triliun, serta efisiensi yang berkelanjutan,"ujarnya di Jakarta, kemarin.

Adapun dari sisi EBITDA PTBA tercatat naik 11% dibanding tahun sebelumnya menjadi sebesar Rp 7,59 triliun. Sedangkan cash and equivalent per 31 Desember 2018 tercatat Rp 6,30 triliun.  Lebih lanjut disebutkan, emiten batu bara ini masih fokus pada pasar ekspor ke India, Korea Selatan, Hong Kong dan Thailand, ditengah pembatasan ekspor yang dilakukan oleh China, selaku pasar ekspor terbesar.

Kemudian dalam rangka meningkatkan pendapatan dan nilai bisnisnya, perseroan tengah melakukan hilirisasi produk batubaranya. Dimana ada dua proyek hilirisasi yang tengah dikelola PTBA yakni, proyek gasifikasi di tambang Peranap dan tambang Tanjung Enim. Maka dalam mendanai proyek tersebut, kata Arviyan Arifin, perseroan membutuhkan belanja modal sekitar US% 5,8 miliar atau setara Rp 81,2 triliun.”Belanja modal investasi itu masih dalam kajian yang lebih detail. Tapi perkiraan untuk tambang Peranap US$ 2,7 miliar, lalu yang Tanjung Enim US$ 3,1 miliar. Di Tanjung Enim lebih mahal karena produknya lebih variatif,"kata Arviyan.

Adapun untuk proyek gasifikasi di Tanjung Enim bertujuan untuk mengubah produk batubara menjadi syngas sebagai feedstock untuk jadi pupuk urea. Lalu batubara juga bisa diubah menjadi polypropylene dan Dimethyl ether (DME), yang bisa dipakai sebagai substitusi elpiji.

Untuk proyek hilirisasi di Tanjung Enim, PTBA telah menandatangani Head of Agreement dengan Pertamina, PT Pupuk Indonesia, dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk pada 8 Desember 2017 dan telah dilanjutkan dengan pencanangan pembangunan pabrik coal to urea-DME-Polypropelene di mulut tambang. Konsumsi batu bara nya diperkirakan mencapai 6,2 juta ton per tahun.

Sementara untuk proyek hilirisasi tambang di Peranap, PTBA akan memproduksi batubara berkalori rendah dan mengolahnya menjadi DME. Untuk proyek tersebut, PTBA bekerjasama dengan Pertamina selaku offtaker DME dan Air-Products sebagai pemilik teknologi gasifikasi batubara.

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…