Ekonomi Rawan Politisasi

 

Oleh: Ambara Purusottama

School of Business and Economics

Universitas Prasetiya Mulya

 

                Sejak memasuki hingar bingar politik, situasi ekonomi nasional menjadi rawan hembusan isu miring yang ditujukan untuk mendapatkan suara pada saat pemilu nanti. Pihak petahana dan oposisi banyak mengangkat isu ekonomi dalam kampanyenya, baik debat terbuka dan kunjungan lapangan. Pada prinsipnya mengangkat ekonomi sebagai konten kampanye sangatlah baik namun perlunya etika dan moral dalam penggunaan isu tersebut. Hasilnya, saling menyerang pun menjadi hal yang tidak terhindarkan dan bagaikan debat kusir yang tidak berujung. Padahal korban kampanye tersebut tidak lain adalah rakyanya sendiri, rakyat Indonesia. Pendidikan politik yang beretika perlu dikedepankan agar menjadi pembelajaran bagi para kontestan politik.

                Petahana selalu muncul dengan konsep celah keidealan sebuah negara dengan apa yang sudah dilakukan petahana saat ini. Konsep tersebut sangatlah baik digunakan jika diikuti dengan konsep ekonomi yang tepat. Isu penggunaan hutang dan kebocoran uang negara menjadi amunisi yang seringkali digunakan untuk meraih dukungan rakyat sebanyak-banyaknya. Akan tetapi oposisi perlu merenungkan kembali amunisi yang digunakan. Disaat yang sama, seharusnya masyarakat juga bisa memaknai setiap materi kampanye yang diterima. Kurangnya pemahaman akan konsep ekonomi dan keuangan membuat seakan-akan perekonomian bangsa ini sedang siaga penuh. Padahal jika melihat dari indikator ekonomi saat ini meskipun ada guncangan ekonomi namun statusnya masih wajar adanya.

                Hutang pemerintah terus mengalami kenaikan pada periode petahana menjadi sasaran empuk untuk diserbu. Hutang yang terus merangkak naik semenjak terpilih memang mengagetkan masyarakat.  Faktanya, hutang Indonesia saat ini sudah tembus lebih dari 4.000 triliun. Situasi yang tidak biasa ini dan kurangnya pemahaman masyarakat menganggap kondisi ekonomi nasional sudah dalam masuk status darurat. Kencangnya pemberitaan akan hutang juga turut memberikan persepsi yang tidak baik di masyarakat. Pandangan petahana dengan menggunakan pembiayaan dengan mekanisme hutang memang tidak salah karena hutang adalah instrumen pendanaan yang memiliki biaya modal yang lebih murah dibandingkan dengan instrumen pembiayaan lainnya.

                Pandangan akan manfaat pembangunan dari pembiayaan hutang sebaiknya diselaraskan dengan kondisi masyarakat sehingga resistensi dan kegelisahan masyarakat dapat dikurangi. Pemberian pemahaman yang cukup dan tidak tergesa-gesa menjadi cara yang paling licin agar program petahana dapat diterima masyarakat. Investasi memang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kemajuan sebuah negara. Belanja negara yang terus digenjot dari sektor infrastruktur diharapkan menjadi mesin bangsa untuk peningkatan ekonomi ke tingkat yang lebih baik. Meskipun hutang bangsa ini tidak terlampau besar dibandingkan dengan negara-negara lain namun hutang acapkali dialergi oleh sebagian masyarakat. Hutang dipersepsikan sebagai instrumen yang melemahkan bukan mendorong perekonomian.

                Petahana sendiri perlu mengevaluasi kinerjanya dengan harapan yang ditentukan sejak. Tidak menggunakan data-data yang tidak valid sehingga mampu menciptakan persepsi positif dan argumentatif. Permainan data sebaiknya dihindari karena menjadi penjegal sewaktu-waktu dan yang terpenting tidak memberikan pendidikan politik yang baik bagi masyarakat. Secara prinsip, politik pada prinsipnya merupakan pandangan yang baik. Akan tetapi tidak jarang bagi sebagian kalangan menggunakan cara-cara yang kurang baik sehingga menodai kebaikan politik. Para kontestan politik saat ini harus belajar untuk menyampaikan sesuatu yang benar dan juga dengan cara yang benar demi keberlangsungan bangsa ini di masa yang akan datang.

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…