China Mesra dengan Arab Saudi, Indonesia Kebagian Apa?

Oleh: Ade Irwansyah

Masih belum lekang dalam ingatan betapa hebohnya kita waktu menyambut kedatangan penguasa Arab Saudi Raja Salman bin Abdulaziz al Saud pada 2017 lalu. Sang raja dan rombongannya berkunjung selama 13 hari, termasuk liburan ke Bali. Kunjungan itu membuahkan komitmen investasi Arab Saudi di Indonesia senilai sekitar Rp93 triliun.

Apa kabar realisasi investasi itu?

Entah. Yang jelas, penguasa masa depan Arab Saudi, putra mahkota Pangeran Mohammad bin Salman batal mengunjungi Indonesia. Seharusnya ia berkunjung pekan lalu, tapi ditunda tanpa alasan jelas. Namun, MBS, sapaannya, mengunjungi China. Apa ini menandakan sang pangeran memandang China lebih penting daripada Indonesia?

Arab Saudi, sebagai eksportir terbesar BBM China, pekan kemarin menandatangani kesepakatan investasi kilang dan pabrik petrokimia senilai 10 miliar dolar AS. Dalam kunjungan tiga hari ke China tahun 2017, tak lama usai dari Indonesia, Arab Saudi mengikat komitmen investasi senilai hampir Rp900 triliun atau 9 kali lipat lebih besar dari komitmen mereka ke Indonesia.

Yang perlu dicermati sebetulnya bukan hanya nilai investasi Arab Saudi yang lebih besar ke Tiongkok dibanding Indonesia. Untuk itu kita bisa mafhum, China punya potensi ekonomi lebih besar. Pasar China dengan semiliar lebih penduduk tentu lebih menarik. Namun, Indonesia adalah negeri dengan penduduk muslim terbanyak. Saban tahun, kita mengirim ratusan ribu jemaah haji dan umrah ke Arab Saudi. Bukankah secara ekonomi kita juga seharusnya penting buat Arab Saudi?

Sementara itu, kita tahu, China punya masalah dengan etnis Uighur. Negeri tirai bambu itu dituduh melakukan pelanggaran HAM serta diskriminasi rasial dan agama terhadap suku Uighur yang muslim. Beijing curiga masyarakat Uighur ingin melepaskan diri dari RRC. Dunia mengecam pelanggaran HAM atas etnis Uighur oleh pemerintah China. Namun, Arab Saudi memilih bersikap netral. Tidak pernah terdengar pemerintah Arab menekan Beijing soal Uighur. Bagi Riyadh, problem Uighur adalah masalah dalam negeri China.

Di lain pihak, Beijing juga sama sekali tak berkomentar soal pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi yang ditengarai diotaki sang pangeran. Keputusan Beijing untuk tak kian memanaskan suasana itu tampaknya amat dihargai Pangeran MBS.              

Indonesia sebetulnya sudah bersikap hati-hati menanggapi perkara Jamal Khashoggi tempo hari. Kita tak terang-terangan mengecam, namun meminta Arab Saudi transparan dalam menginvestigasi kematian Khashoggi. Apa bagi Pangeran MBS komentar Presiden Jokowi tentang Khashoggi itu mengecewakan sang pangeran hingga ia batal ke Jakarta pekan lalu?

China saat ini berambisi menjadi pemain tunggal percaturan global. China tengah menggalakkan inisiatif jalur sutra modern yang disebut "One Belt, One Road" (OBOR). Di tengah masyarakat internasional (baca: Barat) serempak mengecam Arab Saudi atas kasus Khashoggi, Beijing memilih strategi diam. Arab Saudi akhirnya mendapat konsesi dari sikap diam tersebut: investasi senilai 10 miliar dolar AS dan pengaruh yang kian besar di Timur Tengah.

Di saat Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump menggaungkan isoliasionisme, Beijing dengan jeli melihat peluang itu. Negara-negara Afrika, Asia Selatan, dan kini Timur Tengah mereka dekati. Kita, di Indonesia, tampaknya hanya jadi penonton di pinggir. Apa kita merasa sudah puas dengan posisi itu? (www.watyutink.com)

 

BERITA TERKAIT

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…

BERITA LAINNYA DI Opini

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…