NERACA
Jakarta – Bisnis penerbangan belum memberikan angin segar bagi kinerja keuangan PT Airasia Indonesia Tbk (CMPP). Pasalnya, sepanjang tahun 2018 kemarin, perseroan mencatakan rugi setelah pajak Rp907,3 miliar atau memburuk dibanding tahun 2017 merugi sebesar Rp465,5 miliar. Hal itu disebabkan kenaikan beban pendapatan sebesar 30,56% menjadi Rp5,514 triliun dari Rp4,22 triliun.
Direktur Utama CMPP, Dendy Kurniawan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin mengatakan, meningkatnya biaya operasional menjadi beban pada kinerja. Hal itu yang didorong oleh peningkatan harga minyak dunia dan pelemahan rupiah terhadap dolar AS di sepanjang tahun 2018.”Total beban avtur di naik 53% dengan harga avtur rata-rata sebesar US$ 85 per barel, “ujarnya.
Dirinya menambahkan, tahun 2018 merupakan tahun yang sangat penuh tantangan bagi operasional perseroan, dikarenakan rentetan bencana alam sepanjang tahun di Bali, Lombok dan Palu. Kemudian nencana-bencana ini berdampak terhadap keyakinan para wisatawan, terutama asing, untuk berkunjung ke Indonesia. Sehigga Profitabilitas perseroan juga sangat terdampak olehnya.
Perseroan, lanjutnya, masih mencatatkan pendapatan positif sebesar Rp4,20 triliun, naik 11% dibandingkan tahun 2017. Pertumbuhan pendapatan didukung peningkatan jumlah penumpang sebesar 13% menjadi 5.2 juta, seiring dengan pertumbuhan kapasitas sebesar 16% dibandingkan tahun sebelumnya. Rincinya, kapasitas kursi naik 50% (YoY) menjadi 2,09 juta, jumlah penumpang naik 56% menjadi 1,72 juta dan tingkat keterisian naik 3% (ppts) (YoY) menjadi 82%.
Sementara kapasitas kursi naik 16% (YoY) menjadi 6,41 juta , jumlah penumpang naik 13% menjadi 5,24 juta, tingkat keterisian turun 2 poin persen (ppts) (YoY) menjadi 82% dibandingkan harga rata-rata pada FY2017 sebesar US$ 64 per barel. Sedangkan, beban usaha lainnya seperti biaya sewa, pemeliharaan dan perbaikan pesawat juga meningkat disebabkan oleh pelemahan nilai tukar Rupiah dan tambahan armada pesawat pada 4Q18. Biaya per kursi yang tersedia tiap kilometer/ Cost per Available Seat Kilometers (“CASK”) termasuk avtur meningkat sebesar 15% year-on-year menjadi Rp625 sementara CASK tanpa avtur naik sebesar 5% menjadi Rp414.
Pada sisi lain, harga jual tiket rata-rata turun 3% year-on-year menjadi Rp621,530 yang disebabkan penambahan kapasitas besar-besaran sebesar 16% dan rentetan bencana alam yang silih berganti selama 2018. Sebagai informasi, tahun ini perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan mencapai 30%. Untuk itu, belanja modal sebesar Rp 150 miliar disiapkan perusahaan.
Dendy Kurniawan, Direktur Utama AirAsia pernah bilang, belanja modal perusahaan alias capital expenditure/capex tersebut akan digunakan untuk pembelian rotables spare part untuk pesawat dan computer hardware. Adapun dana tersebut nantinya berasal dari kas internal perusahaan. Terkait target tahun ini, Dendy menyebutkan bahwa perusahaan membidik pendapatan tumbuh 20-30% dibandingkan capian 2018.
NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…
Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…
NERACA Jakarta - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…
NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…
Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…
NERACA Jakarta - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…