Ekspor Pertanian Bersertifikasi Kesehatan Rp1,26 Triliun

NERACA

Jakarta – Ekspor produk pertanian bersertifikasi kesehatan mencapai Rp1,26 triliun pada Januari-Februari 2019 dengan total layanan sertifikasi berdasarkan data yang dirilis Karantina Pertanian Bandar Udara Soekarno Hatta sebanyak 2.254 kali.

"Ragam produk semakin banyak, seperti komoditas jengkol, daun jeruk purut, bahkan petai menunjukan tren jumlah dan tujuan negara yang meningkat," kata Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Ali Jamil di Terminal Kargo Bandara Soetta Cengkareng, Banten, disalin dari Antara.

Ia menjelaskan bahwa selama Januari-Februari 2019, produk pertanian yang diekspor melalui Bandara Soekarno Hatta baik media pembawa Karantina Hewan dan Karantina Tumbuhan telah mendapatkan percepatan layanan.

Sebagai salah satu tempat pengeluaran yang terbanyak baik dari sisi jumlah dan jenis, penerapan percepatan layanan karantina berupa "inline inspection" maupun layanan prioritas harus diterapkan. "Penguatan sistem perkarantinaan menjadi hal yang mutlak diterapkan guna mendorong percepatan ekspor," kata Ali Jamil.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Karantina Pertanian Soekarno Hatta, Imam Djajadi turut melepas 10 produk pertanian yang diekspor kali ini, masing-masing adalah sarang burung walet sebanyak 623,5 kilogram dengan nilai Rp26,87 miliar, buah manggis sebanyak 11,92 ton dengan nilai Rp487 juta, dan rambutan sebanyak 5,6 ton dengan nilai Rp204 juta.

Komoditas ekspor lainnya, yakni telur tetas sebanyak empat ton senilai Rp120 juta , vaksin 137 kemasan senilai Rp1,6 miliar, reptil sebanyak 31.173 ekor dengan nilai Rp1,1 miliar. Imam juga menyebutkan tiga komoditas pertanian yang mulai tumbuh atau "emerging commodities" yakni petai 930 kilogram senilai Rp52 juta, jengkol sebanyak 610 kilogram dengan nilai Rp34 juta, dan ubi cilembu 1.920 kilogram dengan nilai Rp80 juta. "Keseluruhan produk ekspor pertanian ini telah melewati proses karantina sesuai persyaratan negara tujuan ekspor, sehat, dan aman dilalulintaskan," ujar Imam.

Sementara itu, pemerintah perlu meningkatkan pengawasan terhadap harga komoditas agar tidak mendapatkan efek negatif dari berbagai dampak kondisi perekonomian global yang tidak menentu. DPR mendorong peningkatan pengawasan harga komoditas karena Indonesia saat ini masih terkendala dengan fluktuatifnya harga komoditas di pasaran.

"Ada kendala kita masih menghadapi harga komoditas yang fluktuatif. Ini yang membuat industrinya tidak sesuai seperti yang kita inginkan," kata Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Achmad Hafisz Thohir, disalin dari Antara.

Untuk itu, lanjut dia, pihaknya juga telah melakukan peninjauan ke berbagai daerah untuk mengetahui persoalan spesifik di setiap daerah. Politisi PAN itu berpendapat bahwa bila kondisi yang mengakibatkan fluktuasi harga terus terjadi, maka lambat laun akan mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Untuk itu, ia mengharapkan berbagai pihak terkait juga dapat mengatasi sejumlah kendala di dunia keuangan yang dapat membantu komoditas nasional.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan kinerja ekspor nasional masih terpengaruh oleh perlambatan ekonomi di negara-negara yang selama ini menjadi tujuan ekspor utama. "Perkembangan dunia cepat sekali, tapi 'adjustment'nya lambat," ujar Darmin di Jakarta, Jumat (15/2).

Ia menjelaskan negara-negara tujuan ekspor utama seperti China, Amerika Serikat, Jepang, Uni Eropa, dan India, sedang mengalami perlambatan ekonomi karena berbagai hal. Menurut dia, kondisi tersebut membuat permintaan dari China, yang menjadi negara tujuan ekspor nomor satu Indonesia, mengalami penurunan.

Padahal, tambah Darmin, tidak mungkin untuk mengalihkan ekspor ke negara tujuan lain dalam waktu singkat, karena kekhususan barang ekspor tersebut. "Memang produk yang kita ekspor ke China tidak mudah dialihkan ke negara lain, karena lebih banyak komoditas pertambangan dan perkebunan," kata Darmin.

Salah satu eksportir manggis PT Manggis Elok Utama, mengakui bahwa Thailand masih menjadi pesaing utama bagi pasar ekspor manggis Indonesia ke Tiongkok. "Ya tentu kita masih kalah dengan Thailand karena jarak. Mereka hitungan 3 hari sudah sampai pasar, sedangkan kita baru sampai Tiongkok 13 hari," kata Ihsan, perwakilan operasional dari PT Manggis Elok Utama pada pelepasan ekspor manggis di Sukabumi, Jawa Barat, disalin dari Antara di Jakarta.

BERITA TERKAIT

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…