Industri Nasional Siap Hadapi Persaingan Global

NERACA

Jakarta – Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menegaskan industri nasional telah siap menghadapi pesaingan perdagangan internasional di era industri 4.0. Mendag mengatakan perdagangan di era industri 4.0 penuh dengan ketidakpastian. Terbukti dengan adanya perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Selain itu, jugadampak keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) yang diprediksi membuat ekonomi dunia turun. "Industri kita siap menghadapi. Industri otomotif, tekstil telah menyiapkan diri dan melakukan perubahan yang cukup besar. Sementara 'footware', industri elektronik juga sudah mulai. Kita sebagai tempat yang menarik bagi investasi," kata Mendag saat menjadi pembicara di Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS), sebagaimana disalin dari Antara.

Sementara untuk industri pertanian, dia mengakui teknologi pertanian dari Thailand sudah cukup maju, namun bukan berarti Indonesia tidak mempersiapkannya. "Yang pasti, kita tidak usah berkecil hati karena impor mayoritas dari bahan baku dan bahan modal. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan investasi meningkat, baru dinikmati tahun-tahun depan," ujarnya.

Untuk itu, Enggar meminta impor bahan baku dan bahan modal jangan dihalangi, karena memang itu yang diperlukan. "Presiden Joko Widodo selalu memberi catatan bahwa ketergantungan akan bahan baku itu harus segera diatasi atau dibuat industri pengganti," ujarnya. Selain itu, untuk impor bahan konsumsi harus lebih berhati-hati. Ada ancaman bahwa pada tahun 2030 tidak boleh lagi ada produk bio diesel. Hal itu juga keputusan parlemen.

Sementara itu, Implementasi industri 4.0 tidak hanya memiliki potensi luar biasa dalam mendorong perubahan kebijakan industri manufaktur, tetapi juga mampu mengubah berbagai aspek dalam kehidupan peradaban manusia. Untuk itu, Indonesia perlu menyiapkan diri dalam upaya mengambil peluang di era digital saat ini guna memacu pertumbuhan ekonomi nasional.

“Kita telah melihat banyak negara, baik negara maju maupun negara berkembang, menyerap pergerakan ini ke dalam agenda nasional mereka, untuk merevolusi strategi industri dan meningkatkan daya saing dalam pasar global,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada peringatan Hari Pendidikan Tinggi Teknik (HPTT) ke-73 di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Jumat (22/2).

Menurut Menperin, Indonesia sudah siap memasuki era industri 4.0. Hal ini ditandai melalui peluncuran peta jalan Making Indonesia 4.0 oleh Presiden Joko Widodo pada 4 April 2018. Peta jalan tersebut menjadi strategi dan arah yang jelas dalam upaya merevitalisasi sektor manufaktur.

“Roadmap ini untuk mewujudkan aspirasi besar yang hendak kita capai dengan aplikasi industri 4.0 di Indonesia, yaitu  menjadi peringkat 10 besar ekonomi dunia pada 2030 dengan meningkatkan nett export, meningkatkan kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB, mencapai produktivitas yang kompetitif. Ini merupakan hasil dari penerapan teknologi dan inovasi,” ungkapnya.

Airlangga menegaskan, Indonesia memiliki potensi besar untuk menerapkan industri 4.0, karena sedang menikmati bonus demografi hingga tahun 2030. “Negara-negara seperti China, Jepang dan Korea mengalami booming pertumbuhan pada saat bonus demografi dan masa ini adalah peak performance bagi Indonesia untuk mengakselerasi ekonominya,” tuturnya.

Selain meningkatkan nett export sebesar 10 persen atau 13 kali lipat dibandingkan saat ini, sasaran Making Indonesia 4.0 juga meliputi peningkatan produktivitas tenaga kerja hingga dua kali lipat dibandingkan peningkatan biaya tenaga kerja, dan alokasi aktivitas R&D teknologi dan inovasi sebesar 2% dari PDB.

“Sangatlah jelas bahwa aspirasi tersebut adalah lompatan yang besar, kerja keras yang luar biasa yang perlu didukung oleh segenap pemangku kepentingan yang ada,” ujarnya. Airlangga menambahkan, penerapan industri 4.0 juga akan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi hingga 1-2 persen, penyerapan tambahan lebih dari 10 juta tenaga kerja, dan peningkatan kontribusi industri manufaktur pada perekonomian.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…