Kenaikan TDL Bakal Picu PHK Besar-besaran

NERACA

Jakarta – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memperkirakan, rencana kebijakan pemerintah menaikkan tarif dasar listrik (TDL) bakal memicu pengangguran besar-besaran. Apindo beralasan, jika pemerintah menaikkan TDL sebesar 10% pada Mei mendatang, pengusaha akan membayar antara Rp4,7 juta - Rp7,5 miliar hanya untuk biaya listrik. Biaya produksi yang membengkak ini bakal memaksa pengusaha merumahkan pekerjanya sehingga tingkat pengangguran semakin bertambah.

"Komponen energi merupakan salah satu komponen utama dalam produksi yang menentukan harga jual dan daya saing produk selain biaya bahan baku dan tenaga kerja. Jadi kalau naik semua, pasti ngaruh (ke pengurangan karyawan). Enggak ada cara lain. Apalagi kalau produk kita enggak bisa bersaing sama barang impor," ujar Ketua Apindo Sofjan Wanandi dalam jumpa pers tentang sikap Apindo terhadap Kenaikan TDL di Jakarta, Rabu (14/3).

Sofjan mengaku miris dengan rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dan TDL di tengah pelambatan ekonomi dunia, daya saing produk lokal, serta serbuan barang impor yang semakin menggila. “Pengusaha harus siap dengan kenaikan-kenaikan harga ini dalam sekejab. Maka dari itu tunda dululah. Tahun depan kita mungkin akan siap dengan kenaikan TDL 10% ini," terangnya.

Di tempat yang sama, ketika disinggung soal kinerja investasi di sektor riil terkait dengan kebijakan kenaikan TDL dan BBM, Ketua Asosiasi Pengusaha Tekstil Indonesia (API) Ade Sudrajat mensinyalir kebijakan itu akan berpengaruh terhadap investor asing yang akan menanamkan modalnya ke Indonesia. "Kita butuh kebijakan yang pro job, makanya kalau kita bersama pemerintah punya mindset yang sama, kita bisa punya industri yang kuat. Ekspor kita tumbuh, tetapi di tengah-tengah itu, ada juga beberapa pengusaha yang mau cabut karena rencana ini," ungkap Ade.

Ade menjelaskan, beberapa waktu lalu, ada investor asing yang akan menanamkan investasinya di bidang tekstil di Indonesia. Investor itu berasal dari Taiwan, Jepang, dan Korea. "Serapan tenaga kerjanya bisa lebih dari 10 ribu orang, itu yang langsung, belum multiplier effect-nya," jelasnya.

Hal senada diungkapkan Sekjen Asosiasi Gabungan Pengusaha Elektronik Yeane Kett. "Ada beberapa industri elektronika yang berencana menambah investasinya di Indonesia, namun naiknya TDL dikhawatirkan akan menjadikan adanya kaji ulang kelayakan dari realisasi rencana tersebut," ucap Yeane.

Di samping rencana kenaikan TDL, lanjut Yeane, ketidakjelasan sistem hukum di Indonesia juga membuat mereka ragu meneruskan rencananya berinvestasi di Indonesia. Di pasar elektronika saat ini, produk domestik saat ini hanya menguasai sekira 35% sedangkan sisanya dikuasai trader yang lebih suka mengimpor barang. "Sekitar 35% produk nasional, lainnya internasional. Terkait rencana investasi mereka ini, saya enggak tahu diundur sampai kapan investasinya karena kan lebih gampang jadi trader. Di bidang elektronik di Indonesia, lebih mudah jadi trader yang mengimpor barang memang, karena tidak ada aturan jelas yang mengatur," jelasnya.

Di tempat terpisah, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menuturkan kalangan pengusaha sudah setuju dengan rencana kenaikan harga BBM dan TDL yang sebentar lagi akan dilakukan. Dia menampik kabar yang beredar bahwa kalangan pengusaha tidak menyetujui wacana tersebut. "Apindo tidak menolak. Kapan ngomongnya. TDL? No, no. Tidak mungkin. Apindo mendukung kenaikan BBM, wong saya bicara langsung," ungkap Hatta di kantornya, Rabu.

Lebih jauh Hatta menjelaskan, pengusaha meminta agar kenaikan TDL dan BBM tidak dilakukan secara bersamaan. Namun terlepas dari itu, kalangan pengusaha mendukung rencana pemerintah dalam menaikkan BBM dan TDL. "Pengusaha hanya meminta agar TDL itu tidak bersamaan (naiknya). Hati-hati kalau ngomong. Tapi yang jelas BBM mendukung, Cuma meminta TDL tidak bersamaan," ujarnya.

Sebelumnya pemerintah memang mengusulkan kenaikan TDL sebesar 10% mulai Mei mendatang, atau sebulan setelah harga BBM naik pada April 2012. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik mengungkapkan, kenaikan tersebut akan dibagi selama tiga tahap per tiga bulan. “Di APBN Perubahan, BBM diusulkan naik April dan TDL diusulkan naik bulan berikutnya dan dicicil,” papar Jero Wacik di Gedung DPR pekan lalu.

Dia menambahkan, rencana pemerintah mengusulkan kenaikan tarif listrik pada Mei mendatang untuk meringankan beban masyarakat, mengingat bulan sebelumnya ada kenaikan BBM. Dia meyakini kenaikan TDL secara bertahap akan mudah diberlakukan karena langsung berhubungan dengan pelanggan.

Menanggapi rencana kenaikan itu, Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati menegaskan, pemerintah telah mempertimbang kan semua aspek dan dampak dalam mengambil setiap kebijakan, termasuk kenaikan BBM dan TTL secara berurutan.“Itu sudah dihitung dengan baik oleh pemerintah,” ucap Anny.

Meskipun Menteri ESDM telah mewacanakan kenaikan TDL pada Mei, Anny mengingatkan pemerintah belum bisa memastikan TDL bisa dinaikkan mulai Mei mendatang karena semuanya masih menunggu pembahasan dengan DPR. “Belum diputuskan,” terangnya.

NERACA

 

Jakarta – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memperkirakan, rencana kebijakan pemerintah menaikkan tarif dasar listrik (TDL) bakal memicu pengangguran besar-besaran. Apindo beralasan, jika pemerintah menaikkan TDL sebesar 10% pada Mei mendatang, pengusaha akan membayar antara Rp4,7 juta - Rp7,5 miliar hanya untuk biaya listrik. Biaya produksi yang membengkak ini bakal memaksa pengusaha merumahkan pekerjanya sehingga tingkat pengangguran semakin bertambah.

"Komponen energi merupakan salah satu komponen utama dalam produksi yang menentukan harga jual dan daya saing produk selain biaya bahan baku dan tenaga kerja. Jadi kalau naik semua, pasti ngaruh (ke pengurangan karyawan). Enggak ada cara lain. Apalagi kalau produk kita enggak bisa bersaing sama barang impor," ujar Ketua Apindo Sofjan Wanandi dalam jumpa pers tentang sikap Apindo terhadap Kenaikan TDL di Jakarta, Rabu (14/3).

Sofjan mengaku miris dengan rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dan TDL di tengah pelambatan ekonomi dunia, daya saing produk lokal, serta serbuan barang impor yang semakin menggila. “Pengusaha harus siap dengan kenaikan-kenaikan harga ini dalam sekejab. Maka dari itu tunda dululah. Tahun depan kita mungkin akan siap dengan kenaikan TDL 10% ini," terangnya.

Di tempat yang sama, ketika disinggung soal kinerja investasi di sektor riil terkait dengan kebijakan kenaikan TDL dan BBM, Ketua Asosiasi Pengusaha Tekstil Indonesia (API) Ade Sudrajat mensinyalir kebijakan itu akan berpengaruh terhadap investor asing yang akan menanamkan modalnya ke Indonesia. "Kita butuh kebijakan yang projob, makanya kalau kita bersama pemerintah punya mindset yang sama, kita bisa punya industri yang kuat. Ekspor kita tumbuh, tetapi di tengah-tengah itu, ada juga beberapa pengusaha yang mau cabut karena rencana ini," ungkap Ade.

Ade menjelaskan, beberapa waktu lalu, ada investor asing yang akan menanamkan investasinya di bidang tekstil di Indonesia. Investor itu berasal dari Taiwan, Jepang, dan Korea. "Serapan tenaga kerjanya bisa lebih dari 10 ribu orang, itu yang langsung, belum multiplier effect-nya," jelasnya.

Hal senada diungkapkan Sekjen Asosiasi Gabungan Pengusaha Elektronik Yeane Kett. "Ada beberapa industri elektronika yang berencana menambah investasinya di Indonesia, namun naiknya TDL dikhawatirkan akan menjadikan adanya kaji ulang kelayakan dari realisasi rencana tersebut," ucap Yeane.

Di samping rencana kenaikan TDL, lanjut Yeane, ketidakjelasan sistem hukum di Indonesia juga membuat mereka ragu meneruskan rencananya berinvestasi di Indonesia. Di pasar elektronika saat ini, produk domestik saat ini hanya menguasai sekira 35% sedangkan sisanya dikuasai trader yang lebih suka mengimpor barang. "35% produk nasional, lainnya internasional. Terkait rencana investasi mereka ini, saya enggak tahu diundur sampai kapan investasinya karena kan lebih gampang jadi trader. Di bidang elektronik di Indonesia, lebih mudah jadi trader yang mengimpor barang memang, karena tidak ada aturan jelas yang mengatur," jelasnya.

Di tempat terpisah, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menuturkan kalangan pengusaha sudah setuju dengan rencana kenaikan harga BBM dan TDL yang sebentar lagi akan dilakukan. Dia menampik kabar yang beredar bahwa kalangan pengusaha tidak menyetujui wacana tersebut. "Apindo tidak menolak. Kapan ngomongnya. TDL? No, no. Tidak mungkin. Apindo mendukung kenaikan BBM, wong saya bicara langsung," ungkap Hatta di kantornya, Rabu.

Lebih jauh Hatta menjelaskan, pengusaha meminta agar kenaikan TDL dan BBM tidak dilakukan secara bersamaan. Namun terlepas dari itu, kalangan pengusaha mendukung rencana pemerintah dalam menaikkan BBM dan TDL. "Pengusaha hanya meminta agar TDL itu tidak bersamaan (naiknya). Hati-hati kalau ngomong. Tapi yang jelas BBM mendukung, Cuma meminta TDL tidak bersamaan," ujarnya.

Sebelumnya pemerintah memang mengusulkan kenaikan TDL sebesar 10% mulai Mei mendatang, atau sebulan setelah harga BBM naik pada April 2012. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik mengungkapkan, kenaikan tersebut akan dibagi selama tiga tahap per tiga bulan. “Di APBN Perubahan, BBM diusulkan naik April dan TDL diusulkan naik bulan berikutnya dan dicicil,” papar Jero Wacik di Gedung DPR pekan lalu.

Dia menambahkan, rencana pemerintah mengusulkan kenaikan tarif listrik pada Mei mendatang untuk meringankan beban masyarakat, mengingat bulan sebelumnya ada kenaikan BBM. Dia meyakini kenaikan TDL secara bertahap akan mudah diberlakukan karena langsung berhubungan dengan pelanggan.

Menanggapi rencana kenaikan itu, Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati menegaskan, pemerintah telah mempertimbang kan semua aspek dan dampak dalam mengambil setiap kebijakan, termasuk kenaikan BBM dan TTL secara berurutan.“Itu sudah dihitung dengan baik oleh pemerintah,” ucap Anny.

Meskipun Menteri ESDM telah mewacanakan kenaikan TDL pada Mei, Anny mengingatkan pemerintah belum bisa memastikan TDL bisa dinaikkan mulai Mei mendatang karena semuanya masih menunggu pembahasan dengan DPR. “Belum diputuskan,” terangnya.

Kenaikan TDL Bakal Picu PHK Besar-besaran

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…