Manajemen Sampah Plastik

Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi., Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo

Tema debat Pilpres ke-2 Minggu (17/2) adalah ‘Energi, Pangan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Infrastruktur’. Terkait ini salah satunya yang sangat menarik adalah tentang persoalan limbah sampah yang selaras dengan tema lingkungan hidup. Isu limbah plastik setahun menjadikan Indonesisa darurat sampah dan ini menarik untuk dicermati. Berapa jumlah sampah plastik yang dihasilkan per hari? Pertanyaan ini wajar muncul karena persoalan sampah plastik menjadi ancaman terkait keseimbangan hidup dan lingkungan, tidak hanya di negara industri – maju, tetapi juga marak terjadi di negara miskin - berkembang. Indonesia juga tidak bisa mengelak dari persoalan sampah plastik dan muasal sampah plastik adalah dari rumah tangga.

Oleh karena itu, mereduksi ancaman sampah plastik harus dimulai dari rumah tangga. Betapa tidak, kasus di Bekasi misalnya dalam sehari sekitar 800 ton sampah plastik dihasilkan dan jumlah ini semakin besar jika dikalkulasi dengan daerah perkotaan Jakarta dan daerah penyangganya. Fakta ini menjadi pembenar tentang ancaman bencana sebagai akibat ketidakseimbangan alam, lingkungan dan tata kota. Yang menjadikan pertanyaan bagaimana komitmen perkotaan mereduksi sampah plastik dalam kesehariannya?

Ragam bencana di berbagai daerah di akhir sampai awal tahun  menjadi warning bahwa eksplorasi alam lingkungan ternyata telah melampaui ambang batas keseimbangan yang seharusnya dibutuhkan. Oleh karena itu, eksplorasi lingkungan yang hanya mengejar kepentingan ekonomi bisnis saja justru berdampak negatif terhadap kehidupan manusia. Artinya, bencana yang terjadi, mulai longsor sampai banjir tahunan adalah hubungan antara sebab akibat dari eksplorasi lingkungan.

Hal ini mengindikasikan mencari alasan dengan mengkambinghitamkan anomali cuaca adalah sesuatu yang tidak penting. Yang justru memicu pertanyaan bagaimana langkah ke depan?  Pertanyaan ini relevan dengan kampanye terkait tema World Environment Day 2018 lalu yaitu “Beat Plastic Pollution” karena manusia dan alam adalah satu kesatuan yang saling terkait dan sampah plastik adalah persoalan terkait industrialisasi yang berkembang saat ini dan karenanya sangat beralasan jika ini menjadi tema dalam debat pilpres 2019.

Sensasi

Persoalan tentang lingkungan telah menjadi isu klasik karena lingkungan pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu lingkungan yang dapat diperbaharui dan juga lingkungan yang tidak dapat diperbaharui. Eksistensi lingkungan tidak bisa lepas dari ekonomi dan begitu juga sebaliknya sehingga ada sinergi antara lingkungan dan ekonomi. Realitas ini dijabarkan dalam bentuk ketersediaan lingkungan sebagai sumber daya yang membantu ketersedian bahan baku untuk proses produksi dan industrialisasi.

Di sisi lain lingkungan juga menjadi tempat pembuangan akhir dari hasil produksi dan industrialisasi itu sendiri. Persoalannya yaitu ketika kemampuan lingkungan makin dieksplorasi dan dieksploitasi sehingga tidak mampu menanggung beban maka ketidakseimbangan terjadi dan tentu ini memberikan dampak negatif terhadap kehidupan dan bencana adalah bukti nyatanya. Fakta ini menjadi dasar kampanye dari tema World Environment Day tahun 2018 lalu yaitu “Beat Plastic Pollution” dan relevan dengan tema debat kedua pilpres 2019.

Fakta eksplorasi dan eksploitasi lingkungan tersebut justru makin meningkat di era otda. Salah satu konsekuensi dari pemberlakuan otda adalah menjamurnya industrialisasi yang terjadi di daerah sebagai akibat dari kemudahan prosedural investasi. Di sisi lain era otda juga berdampak pada kerusakan ekosistem dan lingkungan hidup akibat industrialisasi itu sendiri, termasuk juga akibat dari maraknya migrasi yang terjadi. Oleh karena itu, hal utama yang menjadi pertimbangan dari kondisi ini maka kota butuh hutan kota sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi dampak negatif industrialisasi.

Terkait ini, maka warning dari bencana yang terjadi di akhir 2018 dan di awal 2019 menjadi momentum introspeksi atas semua ancaman kerusakan lingkungan dan eksplorasi lingkungan yang berlebihan agar kita lebih peduli dengan keseimbangan lingkungan secara berkelanjutan, termasuk salah satunya adalah ancaman sampah plastik yang semakin meningkat.

Di era otda ini, pemkot dan pemkab di banyak provinsi belum mengelola kotanya secara bersama–sama dengan warga. Bahkan dalam banyak hal, pemkot dan pemkab sepertinya menganggap masyarakat lebih menjadi sebagai sumber masalah atau sekedar subjek, dan akumulasi angka perorangan dalam menentukan kebijakan kotanya. Oleh karena itu, pemda kini masih banyak dinilai represif dalam menjalankan kebijakan perkotaannya.

Padahal, partisipasi publik pada konteks good urban governance sangat diperlukan bagi berjalannya sebuah kebijakan, termasuk kontinuitas terjaminnya kelestarian ekosistem dan keseimbangan lingkungan hidup. Oleh karena itu, wajar jika muncul kekhawatiran terhadap berbagai ancaman dibalik tingginya modernitas di perkotaan, misalnya tentang dampak transportasi yang semakin padat, polusi, pencemaran dan juga ancaman banjir, serta yang semakin runyam adalah penggunaan kantong plastik yang menjadi muara dari peningkatan sampah plastik di perkotaan di Indonesia.

Kepentingan

Perkembangan perkotaan di Indonesia memang mengalami kemajuan yang sangat pesat meski di sisi lain juga memicu dampak yang tidak kecil. Bahkan perkembangan ini juga tidak bisa lepas dari tuntutan era global. Sejak itu perkembangan kota telah menjalani 2 metamorfosis yang signifikan yaitu: desentralisasi dan urbanisasi. Padahal, urbanisasi ini memicu dampak signifikan terhadap ancaman kerusakan lingkungan hidup dan kondisi ketidakseimbangan ekosistem.

Hal terjadi karena faktor kebutuhan terhadap perumahan dan permukiman yang menggerus lahan, termasuk ketersediaan lahan pertanian. Terkait ini kajian tentang otda, migrasi - urbanisasi dan lingkungan menjadi sesuatu yang sangat penting sehingga relevan dengan kampanye dari tema World Environment Day 2018 lalu yaitu “Beat Plastic Pollution” karena konsumsi plastik saat ini semakin tinggi. Yang menjadi pertanyaan bagaimana kota mengantisipasi problem pelik migrasi - urbanisasi dan tuntutan keseimbangan ekosistem dan lingkungan hidup, serta antisipasi bencana?

Banyak pemda di era otda yang cenderung reaktif mensikapi perubahan itu semua dan masyarakat menjadi korban. Oleh karena itu, tidak ada kata terlambat mengantisipasi kerusakan lingkungan yang lebih parah, terutama dari ancaman sampah plastik yang juga muncul dari kesalahan rumah tangga dalam penggunaan kantong plastik. Sinergi antara ekonomi dan lingkungan seharusnya menjadi pembelajaran untuk semua bahwa kerusakan lingkungan sebagai dampak eksplorasi dan eksploitasinya justru akan menjadi ancaman serius bagi kehidupan.

Pembangunan perkotaan dan industrialisasi di era otda seharusnya mampu memperhatikan semua ancaman tersebut sehingga orientasi ke depan terhadap pembangunan perkotaan dan prospek industrialisasi bisa lebih ramah terhadap lingkungan demi masa depan yang lebih baik sehingga kampanye terkait “Beat Plastic Pollution” menjadi benar adanya dan ulasan tentang darurat sampah menjadi warning untuk pembangunan ke depan.

 

BERITA TERKAIT

Bansos Pangan atau Beras oleh Bapanas dan Bulog Langgar UU Pangan dan UU Kesejahteraan Sosial?

  Oleh: Anthony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Presiden Joko Widodo memutuskan perpanjangan pemberian Bantuan Sosial…

Pembangunan Papua Jadi Daya Tarik Investasi dan Ekonomi

  Oleh : Clara Anastasya Wompere, Pemerhati Ekonomi Pembangunan   Bumi Cenderawasih memang menjadi fokus pembangunan yang signifikan di era…

Pastikan Stabilitas Harga dan Stok Beras, Pemerintah Komitmen Ketahanan Pangan

  Oleh : Nesya Alisha, Pengamat Pangan Mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia sangat penting karena memiliki dampak besar pada stabilitas…

BERITA LAINNYA DI Opini

Bansos Pangan atau Beras oleh Bapanas dan Bulog Langgar UU Pangan dan UU Kesejahteraan Sosial?

  Oleh: Anthony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Presiden Joko Widodo memutuskan perpanjangan pemberian Bantuan Sosial…

Pembangunan Papua Jadi Daya Tarik Investasi dan Ekonomi

  Oleh : Clara Anastasya Wompere, Pemerhati Ekonomi Pembangunan   Bumi Cenderawasih memang menjadi fokus pembangunan yang signifikan di era…

Pastikan Stabilitas Harga dan Stok Beras, Pemerintah Komitmen Ketahanan Pangan

  Oleh : Nesya Alisha, Pengamat Pangan Mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia sangat penting karena memiliki dampak besar pada stabilitas…