Sikapi Rekomendasi Credit Suisse - Dirut BEI Masih Optimis Pasar Tumbuh Positif

NERACA

Jakarta – Di saat banyaknya pelaku pasar menuai kekhawatiran dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat dan China terus memanas, sebaliknya ada optimismen pelaku pasar modal dalam negeri akan pertumbuhan positif. Rupanya keyakinan yang sama juga disampaikan direktur utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Inarno Djayadi.

Dirinya menuturkan, posisi bursa saat ini justru optimis. Meski tidak menutup kemungkinan bahwa adanya perbedaan pendapatan mengenai kondisi pasar saat ini. "Saya sih optimis dan hal yang biasa saja mempunyai pendapat yang berbeda, tergantung bagaimana melihatnya,”ujarnya di Jakarta, kemarin.

Dirinya menegaskan, optimisme pasar tumbuh positif juga sejalan dengan optimisme JP Morgan atas bursa saham di emerging market meski masih diberatkan oleh kondisi perekonomian China yang melambat di 2019. Sebelumnya, Credit Suisse yang menurunkan rekomendasi terhadap pasar saham Indonesia menjadi 10% underweight (mengurangi bobot) dari sebelumnya 20% overweight (menambah bobot) karena penguatan signifikan pasar saham domestik sejak Mei 2018.

Beberapa pertimbangan Credit Suisse yakni penguatan rupiah sudah cukup signifikan sehingga sudah jenuh beli (overbought), saham Indonesia sedang ditransaksikan pada valuasi premium yang sudah tidak menarik (sudah mahal), pasar saham Indonesia sudah jenuh beli (overbought) dan jenuh dimiliki (over-owned) dibanding posisinya secara historis.

Sebaliknya, proyeksi berbeda disampaikan olah J.P. Morgan yang menilai pasar saham Indonesia akan menjadi salah satu negara di emerging market yang akan menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan dua digit di tahun ini negara-negara di tahun lalu melewati masa yang mendantang. Untuk itu, predikat overweight masih disematkan untuk Indonesia.

Analis Panin Sekuritas, William Hartanto menuturkan, selama tiga hari terakhir IHSG berhasil bertahan di atas 6.390 yang merupakan batas toleransi terakhir dari "support" psikologis atas efek "downgrade" dari Credit Suisse tersebut.”Kelihatannya dari perilaku pasar, mereka mulai mengabaikan 'downgrade' dari CS itu, apalagi setelah mulai ada bantahan dari broker asing lainnya kalau Indonesia masih layak investasi," ujar William.

Dirinya menuturkan, penurunan rekomendasi dari Credit Suisse pada Selasa (12/2) lalu, memang sempat membuat bursa saham domestik kacau. Semula secara teknikal, hampir semua saham yang memberikan sinyal naik, berubah jadi turun di hari itu juga dan efeknya masih terasa sampai kemarin.

Menurutnya, efek dari "downgrade" tersebut diperkirakan masih akan terasa hingga Jumat (15/2) akhir pekan.”Ini memang bukan urusan kecil karena Credit Suisse termasuk salah satu broker asing terbesar di Indonesia dan mereka tiba-tiba bilang "downgrade" yang beserta porsi investasi di Indonesia disarankan untuk dikurangi. Tentu ini akan membawa kepanikan terutama terhadap investor domestik," kata William.

 

 

 

 

BERITA TERKAIT

Laba Tumbuh 23% - OCBC NISP Bagikan Dividen Rp1,65 Triliun

NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…

Laba Bersih Indonesia Fibreboard Naik 3,9%

Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…

Laba Bersih PP Presisi Menyusut 4,97%

NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Laba Tumbuh 23% - OCBC NISP Bagikan Dividen Rp1,65 Triliun

NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…

Laba Bersih Indonesia Fibreboard Naik 3,9%

Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…

Laba Bersih PP Presisi Menyusut 4,97%

NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…