Fitch Rating Beri Peringkat AAA Obligasi XL

NERACA

Jakarta – Lembaga pemeringkat PT Fitch Ratings Indonesia menetapkan peringkat nasional jangka panjang AAA (idn) atas penerbitan obligasi PT XL Axiata Tbk (EXCL) Rp 1 triliun dengan prospek stabil dan sukuk ijarah sebesar Rp 1 triliun. Informasi tersebut disampaikan Fitch Rating dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Penerbitan ini adalah tahap kedua dari rencana obligasi berkelanjutan dengan total nilai sebesar Rp 5 triliun dan sukuk berkelanjutan Rp 5 triliun yang telah diafirmasi dengan rating AAA(idn) pada 7 Januari 2019. EXCL akan menggunakan dana dari penerbitan ini untuk membiayai belanja modal yang terkait jaringan seperti pembelian base-station subsystem dan peralatan fibre-optic transmission.

Kata analis Fitch Ratings, Christie Pardede, peringkat dua instrumen itu sama dengan peringkat nasional jangka panjang XL di level AAA (idn) dikarenakan risiko gagal bayar dari surat-surat utang senior tanpa jaminan ini setara dengan peringkat XL dan sesuai dengan definisi peringkat dari Fitch. "Peringkat juga mempertimbangkan struktur dan dokumentasi sukuk," ujarnya.

Menurut Fitch, peringkat nasional di kategori AAA menunjukkan peringkat tertinggi yang diberikan Fitch pada skala peringkat nasional untuk Indonesia. Peringkat ini diberikan kepada emiten atau surat utang dengan ekspektasi risiko gagal bayar yang terendah relatif terhadap emiten atau surat utang lainnya di Indonesia.

Dalam pertimbangannya, Fitch menilai peringkat surat utang ini juga didorong peringkat dari induk usahanya, Axiata. Dimana peringkat XL di BBB merefleksikan keunggulan kredit dari induknya dengan kepemilikan saham 66,4% dan berbasis di Malaysia, Axiata Group Berhad.”Penilaian kami terhadap Axiata menggabungkan ekspektasi bahwa grup akan terus mengelola kebutuhan investasi untuk mempertahankan kekuatan kreditnya, walaupun marjin melemah dikarenakannya menurut penilaian kami."kata Christie.

Selain itu, pertumbuhan EBITDA grup Axiata juga menjadi pertimbangan. Investasi yang tinggi dan pengembalian kepada pemegang saham memberikan tekanan terhadap arus kas bebas perusahaan. Kami mungkin dapat mengambil tindakan pemeringkatan negatif jika hal ini tidak terjadi, yang akan mengarah pada tindakan yang terkait di level XL."

Tak hanya itu, Fitch juga menekankan adanya leverage perusahaan yang lebih tinggi. "Fitch memperkirakan FFO [funds from operation] adjusted net leverage naik di sekitar 2,5x di tahun 2019 dan 2020, sementara pada 2017 di level 2,3x." Fitch menekankan bahwa laju deleveraging EXCL cenderung melambat, dengan meningkatnya tekanan belanja modal dengan dilanjutkannya ekpansi, dan pertumbuhan EBITDA yang moderat.

Sebagai informasi, Hutang XL, termasuk utang lease liabilities adalah Rp 15 triliun hingga akhir September 2018, pinjaman dalam dolar AS terdiri dari pinjaman bank sebesar US$ 300 juta jatuh tempo di tahun 2019, yang telah terlindung hingga jatuh tempo, mengurangi eksposur terhadap fluktuasi valuta asing.

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…