NERACA
Jakarta – Sepanjang tahun 2018 kemarin, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) membukukan pendapatan US$776,7 juta atau sekitar Rp11,19 triliun (kurs 31 Desember 2018 Rp14.402 per dolar AS). Nilai itu tumbuh 23,44% year on year (yoy) dari 2017 sebesar US$627,33 juta. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.
Sedangkan laba mencapai US$65,51 juta atau sekitar Rp871,49 miliar. Perseroan juga membukukan laba bruto mengalami lonjakan menuju US$104 juta dari sebelumnya US$6,55 juta. Pada 2018, perusahaan pun membukukan laba US$60,51 juta, berbalik dari pencatatan rugi pada 2017 sebesar US$15,27 juta.
Perseroan membukukan EBITDA sebesar AS$235,7 juta terutama didorong oleh peningkatan harga jual feronikel dan kemampuan untuk menerapkan manajemen biaya yang hati-hati. Harga realisasi rata-rata pada tahun 2018 lebih tinggi 27% dibandingkan harga tahun 2017.”Kenaikan harga tentunya membawa dampak positif terhadap kinerja keuangan kami,” kata Nico Kanter, CEO dan Presiden Direktur INCO.
Perusahaan juga mengelola biaya secara hati-hati. Pada awal 2018, manajeman meluncurkan program tantangan US$50 juta target pengurangan biaya dalam tiga tahun. Sejak saat itu, perseroan telah melakukan serangkaian inisiatif untuk menghilangkan pemborosan operasional dan untuk meningkatkan efisiensi. Upaya itu telah berhasil menyumbang US$10,8 juta dari target US$50 juta pada tahun 2018.
Harga realisasi rata-rata pengiriman nikel dalam matte di tahun 2018 sebesar US$10.272 per ton, naik dari harga tahun 2017 sebesar US$8.106 per ton. Beban pokok pendapatan Perseroan di tahun 2018 meningkat sebesar AS$50,1 juta atau 8% dari AS$622,8 juta di tahun 2017 menjadi AS$672,9 juta."Hal ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar dan batubara," papar Nico.
Pada akhir tahun 2018, Vale menerima izin eksplorasi untuk Blok SorowakoSorowako, Bahadopi dan Pomalaa. Perusahaan juga menerima izin eksploitasi untuk Blok Sorowako, yang mengharuskan kami untuk membayar Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kehutanan. Pada tahun 2018, Vale memproduksi 74.806 metrik ton nikel dalam matte, turun hampir 3% dari produksi tahun lalu sebesar 76.807 metrik ton.
Penurunan ini terutama didorong oleh kandungan rata-rata nikel yang lebih rendah pada tahun 2018 dan dampak dari kegiatan pemeliharaan yang tidak terencana pada kuartal III/2018.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menempati posisi Top 3 tempat kerja terbaik untuk pengembangan karir di Indonesia versi…
NERACA Jakarta – Resmi mencatatkan sahamnya di pasar modal, PT Atlantis Subsea Indonesia Tbk (ATLA) membidik pendapatan tumbuh 20% pada…
NERACA Jakarta- Tensi ketegangan politik di kawasan timur tengah menjadi sentimen negatif terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa…
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menempati posisi Top 3 tempat kerja terbaik untuk pengembangan karir di Indonesia versi…
NERACA Jakarta – Resmi mencatatkan sahamnya di pasar modal, PT Atlantis Subsea Indonesia Tbk (ATLA) membidik pendapatan tumbuh 20% pada…
NERACA Jakarta- Tensi ketegangan politik di kawasan timur tengah menjadi sentimen negatif terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa…