KPK Fasilitasi Kejari Jaksel Tangkap DPO Kasus Korupsi

KPK Fasilitasi Kejari Jaksel Tangkap DPO Kasus Korupsi

NERACA

Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memfasilitasi penyidik Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan (Kejari Jaksel) pada kegiatan penangkapan tersangka kasus korupsi Perdana Marcos (PM) yang telah masuk daftar pencarian orang (DPO).

"Satuan Tugas Koordinator Wilayah Penindakan KPK dengan dukungan Polsek Limo Cinere memfasilitasi penyidik Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan pada kegiatan penangkapan DPO Kejari Jakarta Selatan atas nama tersangka PM," kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah di Jakarta, Senin (28/1).

Febri menyatakan bahwa sebelumnya KPK melakukan pencarian berdasarkan permintaan dari Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan."DPO atas nama PM ditangkap di sebuah kantor di daerah Cinere Depok oleh tim gabungan dari Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan, tim Koorwil Penindakan KPK, dan tim Polsek limo pada Senin (28/1) sekitar pukul 10.00 WIB," ungkap Febri.

Perdana Marcos yang merupakan pihak swasta penyedia barang/jasa merupakan tersangka perkara korupsi pada kegiatan pekerjaan peningkatan trotoar dan saluran tepi wilayah Kecamatan Cilandak yang dilaksanakan oleh Suku Dinas Bina Marga Kota Administrasi Jakarta Selatan pada tahun anggaran 2015.

"PM ditetapkan sebagai tersangka sejak Juli 2016 dan dinyatakan DPO setelah beberapa kali dipanggil sebagai tersangka namun tidak datang, yaitu DPO sejak 2016," ucap Febri.

Untuk pihak pejabat pembuat komitmen (PPK) dan penyedia jasa lainnya telah terbukti bersalah melanggar Pasal 2, Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU 20/2001 dan telah dilakukan eksekusi pidana badan oleh Kejari Jakarta Selatan.”Kerugian negara yang ditimbulkan pada perkara ini adalah sekitar Rp4,4 miliar," kata Febri.

Setelah penangkapan tersebut, tersangka Perdana Marcos selanjutnya dibawa ke Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan dan dilanjutkan dengan pemeriksaan."Diduga sebelumnya tersangka PM berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya, bahkan mengubah identitas diri. Selama menjadi DPO, diduga tersangka PM masih mengikuti berbagai proyek dengan menggunakan beberapa perusahaan berbeda," ujar Febri.

Pada saat tim Koorwil Penindakan KPK mendapatkan informasi mengenai keberadaan DPO, kata dia, KPK bersama Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan langsung meluncur ke lokasi untuk melakukan penangkapan tersangka di wilayah hukum Kota Depok.

Ia menyatakan penangkapan DPO atas nama tersangka Perdana Marcos itu merupakan bentuk sinergi antara KPK, Kejaksaan, dan Polri dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi."Kerja sama seperti ini kami pandang sangat dibutuhkan dalam upaya pemberantasan korupsi, termasuk pencarian DPO dari kasus yang ditangani KPK, Polri, atau Kejaksaan," tutur dia. Ant

 

 

 

BERITA TERKAIT

Kejagung-Kementerian BUMN Rapatkan Pengelolaan "Smelter" Timah Sitaan

NERACA Pangkalpinang - Kejagung bersama Kementerian BUMN akan segera merapatkan pengelolaan aset pada lima smelter (peleburan) timah yang disita penyidik…

KPPU Kanwil I: Harga Beras Berpotensi Bentuk Keseimbangan Baru

NERACA Medan - Kepala Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kanwil I Ridho Pamungkas menyatakan harga beras berpotensi membentuk keseimbangan baru.…

DJKI Kembalikan 1.668 Kerat Gelas Bukti Sengketa Kekayaan Intelektual

NERACA Jakarta - Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM mengembalikan barang bukti sengketa kekayaan intelektual berupa 1.668…

BERITA LAINNYA DI Hukum Bisnis

Dua Pengendali Pungli Rutan KPK Sampaikan Permintaan Maaf Terbuka

NERACA Jakarta - Dua orang pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berstatus tersangka atas perannya sebagai pengendali dalam perkara pungutan…

Ahli Sebut Penuntasan Kasus Timah Jadi Pioner Perbaikan Sektor Tambang

NERACA Jakarta - Tenaga Ahli Jaksa Agung Barita Simanjuntak mengatakan penuntasan kasus megakorupsi timah dapat menjadi pioner dalam upaya perbaikan…

Akademisi UI: Korupsi Suatu Kecacatan dari Segi Moral dan Etika

NERACA Depok - Dosen Departemen Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB), Universitas Indonesia (UI) Dr. Meutia Irina Mukhlis mengatakan dalam…