Berburu Cuan di Tahun Politik - Investor Muda Perlu Petakan Porsi Investasi

NERACA

Jakarta – Pesatnya pertumbuhan investor saham di kalangan anak muda atau lebih dikenal generasi milenial, tentunya menjadi potensi pasar untuk pertumbuhan industri pasar modal lebih pesat lagi. Namun bagi para pemula, khususnya dominasi investor muda dalam industri pasar modal belum memperhitungkan lebih matang dalam berburu cuan di tahun politik saat ini.

Menurut CEO Jagartha Advisors, FX Iwan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin mengatakan, para investor muda perlu strategi untuk memaksimalkan portofolionya. Berbagai kemudahan untuk membeli beragam instrumen investasi juga menjadi faktor aktivitas transaksi investor. Disampaikannya, seorang investor perlu memperhatikan beberapa hal seperti pergerakan nilai tukar rupiah, saham, obligasi dan reksa dana yang cukup fluktuatif.”Saya rasa ini adalah waktu yang tepat bagi para investor muda untuk melatih kepekaan pada isu-isu domestik dan eksternal, karena dari sini kita bisa melihat faktor penggerak naik turunnya nilai investasi. Misalnya saja, dilihat dari kondisi global, peningkatan suku masih bisa berlanjut, sehingga obligasi jangka panjang perlu dihindari,”paparnya.

Idealnya, kata Iwan, jika memperhatikan kinerja tahun lalu, tahun ini investor bisa membagi porsi portofolionya di saham, obligasi dan peer to peer lending. Untuk porsi masing-masing yakni 60% di reksa dana saham atau saham langsung, 30% di obligasi ritel, 10% pada instrumen P2P lending,” paparnya.

Namun, sebaiknya investor juga selalu mengetahui profil risiko dan tujuan investasi karena ini akan berdampak pada pembagian porsi portofolionya. Salah satu instrument yang bisa jadi pilihan adalah instrumen jangka menengah seperti obligasi ritel. “SBR 005 kini tengah ditawarkan dengan nilai minimum pesanan yang cukup terjangkau. Investor milenial bisa menjadikan opsi ini sebagai pilihan yang strategis bagi profil risiko menengah ke bawah karena nilai kupon yang mengambang dengan kupon minimal.” tambah Iwan

Instrumen investasi di reksadana saham atau saham langsung cocok bagi profil risiko agresif. Menurut Iwan, pasar saham di tahun 2019 punya potensi naik di atas rata-rata dibandingkan dengan instrumen lainnya, seperti deposito atau obligasi jangka pendek dan panjang. Selain itu, ada lagi instrumen investasi yang mungkin bisa dieksplorasi oleh investor pemula, yakni masuk ke portofolio peer to peer lending.

Hanya saja, Iwan mengingatkan agar investor jeli melihat risiko yang relative lebih besar di bisnis P2P ini. “Kuncinya bukan semata pada instrumen apa yang dipilih tetapi proporsi untuk membangun investasi. Saat ini tidak ada patokan khusus dan pasti akan porsi yang ideal, karena semua orang punya tujuan investasi yang berbeda-beda. Perencanaan yang baik bisa dipastikan akan membantu inverstor merealisasikan tujuan-tujuan tersebut,”jelas Iwan.

BERITA TERKAIT

Laba Tumbuh 23% - OCBC NISP Bagikan Dividen Rp1,65 Triliun

NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…

Laba Bersih Indonesia Fibreboard Naik 3,9%

Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…

Laba Bersih PP Presisi Menyusut 4,97%

NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Laba Tumbuh 23% - OCBC NISP Bagikan Dividen Rp1,65 Triliun

NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…

Laba Bersih Indonesia Fibreboard Naik 3,9%

Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…

Laba Bersih PP Presisi Menyusut 4,97%

NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…