Petani Minta Pemerintah Serap Produk Hortikultura Strategis

NERACA

Jakarta – Serikat Petani Indonesia (SPI) meminta pemerintah menyerap produk hortikultura strategis seperti cabai agar petani tidak lagi terbebani persoalan distribusi dan fluktuasi harga. "Bukan hanya beras, tapi juga komoditas lainnya, misalnya produk holtikultura yang bernilai strategis," ujar Sekretaris Umum SPI Agus Ruli Ardiansyah dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, disalin dari Antara.

Ia mengatakan kepastian daya serap pemerintah atas komoditas holtikultura seperti cabai menjadi penting, karena tingkat fluktuatif harga, yang tinggi. "Persoalan anjloknya harga, tanaman holtikultura lebih tinggi dibanding tanaman pangan," katanya.

Selain itu, pemerintah juga bisa memberikan pelatihan kepada petani untuk mengatur pola tanam atau tidak terjadi produksi berlebih, yang menyebabkan jatuhnya harga. Dengan upaya ini, Agus mengharapkan persoalan distribusi dan harga yang diduga menjadi penyebab terjadinya aksi demonstrasi petani cabai di Demak, Jateng, tidak terjadi lagi.

Dalam kesempatan terpisah, Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Suwandi mengatakan permasalahan yang terjadi akibat pembuangan cabai di Demak sudah selesai. Suwandi mengatakan tidak ada persoalan distribusi yang menyebabkan kenaikan harga cabai dan kegaduhan di tingkat petani. "Kemarin yang harganya bagus itu sudah Rp18 ribu. Sudah senang semua. Barang sudah selesai, jangan heboh," ujarnya.

Suwandi mengakui komoditas hortikultura strategis seperti cabai memang rentan terhadap perubahan iklim dan harganya mudah bergejolak. Namun, pemerintah sudah melakukan berbagai strategi untuk mengatasi stabilitas harga cabai mulai dari menyiapkan benih unggul, mengatur pola tanam, hingga pengolahan ketika stok berlebih. "Walaupun kita sudah mengatur supaya pasokan tiap bulan itu 'flat' dengan pola tanam, tapi iklim, ada juga hujan, kemarau, dan kering," katanya.

Sementara itu Kementerian Perindustrian mengangkat potensi industri pengolahan komoditas hortikultura di Provinsi Gorontalo. Langkah strategis ini sejalan dengan kebijakan hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri, sekaligus juga menjadi solusi guna mendongkrak harga komoditas seperti kopra dalam jangka panjang.

“Kami bertekad untuk fokus mendorong sektor industri pengolahan produk hortikultura di Gorontalo. Selain karena potensi alamnya yang melimpah, produk industri kita harus berbasis bahan baku dalam negeri dengan kualitas yang mampu kompetitif di pasar ekspor,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika melakukan kunjungan kerja di Gorontalo, disalin dari siaran resmi.

Menperin menegaskan, pihaknya terus menggenjot diversifikasi pada produk komoditas hortikultura untuk memenuhi permintaan ekspor. Selain itu, produksi hortikultura akan dimaksimalkan untuk memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman di dalam negeri.

Sebagai penyerap produk hasil pertanian dan perkebunan, industri makanan dan minuman memiliki konsistensi kinerja yang gemilang dengan mampu mengatrol baik pertumbuhan industri pengolahan nonmigas maupun ekonomi nasional. Hal ini terlihat dari kontribusi sektor makanan dan minuman sebesar 35,73 persen terhadap PDB industri non-migas pada triwulan III tahun 2018.

“Kita juga harus mengurangi ketergantungan impor bahan baku produk pertanian sehingga bisa meningkatkan efisiensi di semua rantai nilai industri,” jelasnya. Sepanjang tahun 2018, nilai ekspor produk hortikultura segar dan olahan diproyeksi mencapai Rp2,23 miliar.

Berdasarkan data Pemerintah Provinsi Gorontalo, pada tahun 2018, jumlah industri skala besar dan sedang terdapat 20 perusahaan dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 7.693 orang. Sedangkan, industri mikro dan kecil mencapai 12.360 unit usaha dengan melibatkan 31.910 tenaga kerja.

Sektor perkebunan kelapa menjadi prospek andalan berlangsungnya produksi pabrik tepung kelapa dan nata de coco di Kabupaten Gorontalo. Sementara itu, di Provinsi Gorontalo, juga terdapat satu kawasan industri yaitu Kawasan Industri Agro Terpadu (KIAT) di Kabupaten Bone Bolango.

Didampingi Gubernur Gorontalo Rusli Habibie, Menperin berkesempatan untuk meninjau dan berdialog langsung dengan para pengusaha dan karyawan PT Royal Coconut dan PT Harvest Gorontalo Indonesia (HGI).

“Terbukti dengan investasi Rp500 miliar, PT HGI bisa menghasilkan devisa ekspor sebesar Rp1,5 triliun. Selain itu, kami meninjau pabrik tepung kelapa PT Royal Coconut yang investasi awalnya Rp100 miliar, saat ini ekspornya mencapai Rp300 miliar,” papar Airlangga.

BERITA TERKAIT

Distribusi dan Stabilitas Harga Ikan Selama Ramadhan Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memastikan akan terus mengawal ketersediaan serta kestabilan harga ikan. KKP menyebut bahwa…

Indonesia dan Sri Lanka Perkuat Hubungan Dagang Bilateral

NERACA Jakarta – Indonesia dan Sri Lanka meluncurkan perundingan Indonesia–Sri Lanka Preferential Trade Agreement (ISL–PTA). Penandatanganan dilaksanakan secara simultan melalui…

2023, Kontribusi Parekraf Terhadap PDB Mencapai 3,9 Persen

NERACA Jakarta – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno memaparkan realisasi program…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Distribusi dan Stabilitas Harga Ikan Selama Ramadhan Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memastikan akan terus mengawal ketersediaan serta kestabilan harga ikan. KKP menyebut bahwa…

Indonesia dan Sri Lanka Perkuat Hubungan Dagang Bilateral

NERACA Jakarta – Indonesia dan Sri Lanka meluncurkan perundingan Indonesia–Sri Lanka Preferential Trade Agreement (ISL–PTA). Penandatanganan dilaksanakan secara simultan melalui…

2023, Kontribusi Parekraf Terhadap PDB Mencapai 3,9 Persen

NERACA Jakarta – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno memaparkan realisasi program…