Dunia Usaha - Otomatisasi dalam Revolusi Industri 4.0 Tidak Bisa Dihindari

NERACA

Jakarta – Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai Revolusi Industri 4.0 merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari dan harus dijalani. Wapres juga menyebut bahwa otomatisasi yang merupakan bagian dari Industri 4.0 tidak bisa dihindari, namun dirinya berpesan bahwa Indonesia juga harus berhati-hati dalam menyikapi otomatisasi untuk hal-hal tersebut karena tidak semua Industri 4.0 harus robot.

"Ini (Industri 4.0) adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari, negara kita masih cukup (jumlahnya) tenaga kerjanya dan ini malah menjadi keuntungan," kata Wapres Jusuf Kalla kepada wartawan di Jakarta, disalin dari Antara.

"Kalau semua robotik siapa yang bekerja, kalau tidak ada yang bekerja maka siapa yang mau menjadi konsumen? Pendapat tidak ada. Maka harus diciptakan produktivitas yang lain, di bidang pertanian dan sebagainya. Kita harus memilih otomatisasi yang dapat menimbulkan lapangan kerja baru," ujar Wapres.

Terkait Revolusi industri yang dipengaruhi kemajuan teknologi, Wapres mencontohkan bagaimana ketika semua orang memiliki handphone, otomatis warung-warung telepon alias Wartel hilang, namun digantikan penjual-penjual pulsa telepon. Wapres Jusuf Kalla membuka sekaligus menjadi keynote speaker dalam gelaran Seminar dan Dialog Nasional "Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia" terkait Revolusi Industri 4.0.

Dalam pidatonya, Wapres menyampaikan agar perkumpulan-perkumpulan alumni terutama alumni perguruan tinggi harus memberikan pandangan-pandangan kepada kampus serta almamater agar beradaptasi sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat. "Jangan almamater, kampus atau universitas mengajarkan A padahal kebutuhannya B. Sedangkan yang mengetahui kebutuhannya tentu kitalah para alumni ini, apalagi ilmu pengetahuan selalu berubah sangat jelas apalagi teknologi," kata Wapres.

Seminar dan dialog nasional tersebut turut dihadiri oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi serta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, pengusaha Chairul Tanjung dan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Hariyadi Sukamdani.

Sebelumnya, Industri manufaktur berperan penting dalam upaya menggenjot nilai investasi dan ekspor sehingga menjadi sektor andalan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen merevitalisasi industri manufaktur melalui pelaksanaan peta jalan Making Indonesia 4.0 agar juga siap memasuki era revolusi industri 4.0.

“Saat ini, sektor industri berkontribusi terhadap PDB sebesar 20 persen, kemudian untuk perpajakan sekitar 30 persen, dan ekspor hingga 74 persen. Capaian ini yang terbesar disumbangkan dari lima sektor manufaktur di dalam Making Indonesia 4.0,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada Diskusi Outlook Perekonomian Indonesia 2019 di Jakarta, disalin dari siaran resmi.

Kelima sektor yang dimaksud itu, yakni industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, dan industri elektronika. Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, selain sektor-sektor tersebut, ada beberapa sektor lain yang juga punya potensi besar dalam menopang perekonomian nasional melalui kinerja ekspornya. “Seperti industri perhiasan dan industri pengolahan ikan,” sebutnya.

Menanggapi hal tersebut, Airlangga menyampaikan bahwa quickwins peningkatan ekspor bisa dilakukan melalui pengembangan ekspor produk hortikultura seperti pengalengan buah-buahan dan ekspor buah segar yang dilakukan di Lampung dan akan direplikasi di daerah lain. "Selain itu, otomotif juga punya kapasitas yang potensial. Ini memerlukan regulasi," kata Menperin.

Menperin menegaskan, pemerintah bertekad untuk terus menciptkan iklim bisnis yang kondusif dan memberikan kemudahan perizinan usaha agar dapat lebih menarik investasi. Sepanjang tahun 2018, diproyeksi penanaman modal dari sektor industri manufaktur mencapai Rp226,18 triliun.

“Kalau kita lihat, beberapa provinsi pertumbuhan ekonominya mampu lebih tinggi dari pertumbuhan nasional. Misalnya, Jawa Barat, Banten, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara, karena di daerah tersebut ada kawasan industri. Ini di luar Jawa Timur. Jadi, ada output industri,” paparnya.

Airlangga menjelaskan, aktivitas industri senantiasa konsisten memberikan efek berantai yang luas bagi perekonomian baik di daerah maupun nasional. Misalnya, peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa negara. Hal ini tidak terlepas dari peran peningkatan investasi sektor manufaktur.

“Indonesia saat ini masih menjadi negara tujuan utama untuk investasi. Ada beberapa investor yang sudah menyatakan minatnya ingin masuk, seperti dari Eropa dan Asia. Jadi, akan ada penambahan kapasitas baru di sektor industri otomotif, alas kaki, dan garmen,” ungkapnya.

BERITA TERKAIT

2024 Pertamina Siap Salurkan Subsidi Energi Tepat Sasaran

NERACA Jakarta – Pertamina siap menjalankan penugasan Pemerintah menyalurkan subsidi energi 2024 tepat sasaran. Melalui PT Pertamina Patra Niaga sebagai…

Pemurnian Nikel di Kalimantan Timur Terima Tambahan Pasokan Listrik - TINGKATKAN HILIRISASI

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong industri untuk meningkatkan nilai tambah melalui…

IKM Furnitur Perlu Ciptakan Produk Inovatif dan Ramah Lingkungan

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) aktif memberikan fasilitasi akses promosi dan pemasaran kepada industri kecil dan menengah (IKM) furnitur…

BERITA LAINNYA DI Industri

2024 Pertamina Siap Salurkan Subsidi Energi Tepat Sasaran

NERACA Jakarta – Pertamina siap menjalankan penugasan Pemerintah menyalurkan subsidi energi 2024 tepat sasaran. Melalui PT Pertamina Patra Niaga sebagai…

Pemurnian Nikel di Kalimantan Timur Terima Tambahan Pasokan Listrik - TINGKATKAN HILIRISASI

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong industri untuk meningkatkan nilai tambah melalui…

IKM Furnitur Perlu Ciptakan Produk Inovatif dan Ramah Lingkungan

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) aktif memberikan fasilitasi akses promosi dan pemasaran kepada industri kecil dan menengah (IKM) furnitur…