PELEMAHAN RUPIAH JADI PENYEBAB KENAIKAN TARIF - INACA: Harga Tiket Pesawat Turun 20-60%

Jakarta-Maskapai penerbangan di Indonesia akhirnya memutuskan untuk menurunkan kembali harga tiket penerbangan domestik, menyusul banyaknya protes netizen melalui serangkaian petisi di situs change.org. Sementara itu, pihak maskapai menuding pelemahan rupiah terhadap dolar AS menjadi penyebab terjadinya kenaikan harga tiket pesawat.

NERACA

Ketua Umum Indonesia National Air Carrier Association (INACA) Akshara Danadiputra mengakui, keputusan itu menyusul protes oleh netizen lewat serangkaian petisi di situs change.org. "Kami sudah mendengar keprihatinan masyarakat atas tingginya harga tiket nasional. Dan atas bantuan atau komitmen positif dari stakeholder, kami sejak Jumat (11/1) sudah menurunkan tarif harga domestik," ujarnya di Jakarta, Minggu (13/1).

Dia menjelaskan, rentang penurunan harga tiket domestik sekitar 20%-60% persen. Penurunan harga menyesuaikan kebijakan maskapai masing-masing. Keputusan ini berlaku untuk 34 maskapai yang tergabung dalam INACA. Diantaranya Garuda Indonesia, Citilink, Lion Air, Sriwijaya Air, dan Indonesia AirAsia.

Akshara memastikan, para maskapai tidak akan menurunkan pelayanan meski turun harga. Dengan penurunan ini, maskapai masih mengantungi keuntungan bersih sekitar 1-2% persen."Impact-nya tentu saja berpengaruh kepada kinerja, tapi kita sudah meminta semua airline untuk efisiensi," ujarnya.

Selain itu, Akshara mengisyaratkan pelemahan rupiah terhadap dolar AS menjadi biang keladi maskapai penerbangan menaikkan harga tiket pesawat.

Menurut dia, pelemahan rupiah tidak sebanding harga tiket pesawat domestik. "Dari 2016 sampai 2018 kurs kita sudah melemah sekitar 170%. Sedangkan maskapai penerbangan dari April 2016 tidak ada kenaikan," ujarnya.  

Padahal, beberapa harga komponen pokok dari penerbangan meroket. Misalnya, harga bahan bakar (avtur) yang sudah naik 165 persen sejak 2016 lalu. Belum lagi, pajak pertambahan nilai (PPN) yang ditanggung penerbangan domestik.

Faktor-faktor itulah yang menyebabkan harga tiket pesawat domestik menjadi mahal ketimbang penerbangan internasional. "Di dalam negeri, kita kena PPN, di luar tidak. Selain itu, suplai di domestik hanya delapan maskapai penerbangan terjadwal, kalau luar negeri kan banyak. Ini yang membuat perbedaan harga," tutur dia.  Faktor-faktor itu menggerus pendapatan bersih maskapai. Saat ini, mereka hanya bisa mengantungi pendapatan bersih 1-2%. Padahal, seharusnya, maskapai internasional bisa mengantungi hingga 3%.  

Perang Tarif Tiket

Sebelumnya, Menhub Budi Karya Sumadi mengatakan, selama ini maskapai penerbangan khususnya kelas Low Cost Carrier (LCC) melakukan perang tarif tiket pesawat, hal ini membawa dampak pada penetapan harga tiket. Ketika harga naik ada kesan kenaikannya tinggi, padahal besaran harga tersebut normal. Sementara itu, Bank Indonesia mengkhawatirkan kenaikan harga tiket pesawat berdampak pada laju inflasi meski tidak signifikan.

"Memang selama ini mereka perang tarif. Begitu harganya normal seolah-olah tinggi," ujar Menhub saat menghadiri silaturahmi nasional (Silatnas) dengan keluarga besar pengemudi Online di Jakarta, Sabtu (12/1)

Menurut Budi Karya, saat ini kenaikan harga tiket pesawat belum melewati tarif batas atas, dia pun meminta kenaikan tarif dilakukan secara bertahap. Pihaknya juga sedang membicarakan kondisi tarif tiket pesawat dengan maskapai. "Kita secara umum apa yg dilakukan itu masih dibawah tarif batas atas. namun demikian, saya memang ajak mereka untuk secara bijaksana melakukan kenaikan," ujarnya.

Dia mengungkapkan, kenaikan tarif tidak bisa dihindari karena maskapai harus menambal biaya operasi yang naik, namun dia menekankan kenaikan tarif tiket pesawat tidak terlalu tinggi sehingga tidak menimbulkan keresahan dimasyarakat karena kenaikan tarif yang berlebih. "Kalau ini terus-terusan perang harga akan jadi masalah. Jadi saya juga imbau masyarakat supaya juga memberikan toleransi selain airlane juga menaikkan jangan terlalu tinggi," ujarnya.

Sebelumnya masyarakat dihebohkan oleh tingginya harga tiket pesawat. Seperti sejumlah warga di Padang, Sumatera Barat kembali mengeluhkan mahalnya tiket pesawat udara rute Padang - Jakarta yang sudah terjadi sejak pertengahan Desember 2018 hingga Januari 2019.

Berdasarkan penelusuran di salah satu situs penyedia tiket daring di Padang, untuk kategori penerbangan berbiaya murah rute Padang - Jakarta dengan lama penerbangan 1 jam 50 menit dibanderol dengan harga Rp 1.134.000.

Uniknya, ada maskapai untuk rute Padang - Jakarta transit di Kuala Lumpur dengan lama perjalanan 7 jam 45 menit malah harga tiketnya hanya Rp 1.124.000 atau lebih murah dari penerbangan langsung. "Masa saya mau ke Jakarta karena ingin murah harus lewat Malaysia dulu, mesti punya paspor dulu, ini kan sudah tidak masuk akal secara logika," kata Ardi, salah seorang warga Padang seperti dikutip dari Antara.

Sementara untuk jadwal penerbangan pekan depan berdasarkan pantauan di situs penyedia tiket harga tiket masih tetap bertahan di angka Rp 1.134.000 untuk kategori penerbangan berbiaya murah kelas ekonomi. Tak hanya itu, saat dicek jadwal penerbangan pada 31 Januari 2019 harga masih sama yakni Rp 1.134.000. Sedangkan untuk harga tiket penerbangan kategori layanan penuh kelas ekonomi pada pekan depan berada pada kisaran Rp 1.921.00 dan saat dicek untuk keberangkatan 31 Januari harganya masih sama.

Budi Karya mengatakan, pemerintah tidak akan menaikan tarif batas atas untuk tiket pesawat terbang. Di mana pemerintah terakhir kali menaikan tarif batas atas sudah empat tahun lalu. "Batas atas udah 4 tahun yang lalu, jadi sebenarnya tarif-tarif ini adalah tarif yang sudah kita berlakukan empat tahun yang lalu," ujarnya.

Menurut dia, meski sudah empat tahun tarif batas atas tiket pesawat tidak dinaikan, pemerintah tetap tidak menaikan tarif batas atas pada tahun ini. Dengan begitu usulan kenaikan tarif batas atas oleh sejumlah pihak tidak dikabulkan. "Jadi kira justru tadinya ada usulan menaikkan batas atas saya nggak berikan. Saya sudah putuskan tahun ini tidak ada kenaikan batas atas," tutur dia.

Budi Karya mengungkapkan, tidak dinaikannya tarif batas atas untuk menjaga daya beli masyarakat. Terkait dengaan kenaikan harga tiket pesawat yang dialami beberapa maskapai, khususnya LCC, dia memandang masih di bawah tarif batas atas tiket pesawat. Meski begitu dia meminta maskapai tidak terlalu tinggi menaikan tarifnya. "Ya saya pikir daya beli masyaraka juga masih tertentu dan belum begitu naik, sehingga dan harganya masih masuk dalam. Harga pokok mereka. Jadi batas atas itu masih bisa menjangkau kebutuhan mereka," ujarnya.

Pada bagian lain, Bank Indonesia (BI) menilai sistem bagasi berbayar yang kemungkinan bakal mengerek harga tiket maskapai berbiaya murah (LCC) bakal berdampak pada inflasi. Namun, dampaknya diperkirakan tak akan besar jika diimbangin dengan harga bahan pangan yang terjaga.

Sebelumnya, maskapai Lion Air dan Wings Air akan menerapkan kebijakan bagasi berbayar mulai 22 Januari 2019 mendatang. Maskapai Citilink juga berencana mengambil langkah yang sama. "(Kenaikan tiket pesawat) berdampak kepada inflasi. Tetapi tentunya itu tidak akan berdampak besar kepada kenaikan inflasi sampai keluar dari kisaran target kami," ujar Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo di Jakarta seperti dikutip CNNIndonesia.com, Jumat (11/1).

Dody menjelaskan BI pada tahun ini menargetkan inflasi berada di kisaran 2,5-4,5%. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga BI, inflasi pada minggu pertama Januari 2019 relatif rendah yaitu hanya 0,53% secara bulanan dan 3,03% secara tahunan. bari/mohar/fba

 

BERITA TERKAIT

DUGAAN KORUPSI DANA KREDIT DI LPEI: - Kejagung Ingatkan 6 Perusahaan Terindikasi Fraud

Jakarta-Setelah mengungkapkan empat perusahaan berpotensi fraud, Jaksa Agung Sanitiar Burhanudin mengungkapkan ada enam perusahaan lagi yang berpeluang fraud dalam kasus…

Jakarta Jadi Kota Bisnis Dunia Perlu Rencana Jangka Panjang

NERACA Jakarta – Pasca beralihnya ibu kota dari Jakarta ke IKN di Kalimantan membuat status Jakarta berubah menjadi kota bisnis.…

LAPORAN BPS: - Februari 2024, Kelapa Sawit Penopang Ekspor

NERACA Jakarta –  Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor sektor pertanian pada Februari 2024 mengalami peningkatan sebesar 16,91 persen…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

DUGAAN KORUPSI DANA KREDIT DI LPEI: - Kejagung Ingatkan 6 Perusahaan Terindikasi Fraud

Jakarta-Setelah mengungkapkan empat perusahaan berpotensi fraud, Jaksa Agung Sanitiar Burhanudin mengungkapkan ada enam perusahaan lagi yang berpeluang fraud dalam kasus…

Jakarta Jadi Kota Bisnis Dunia Perlu Rencana Jangka Panjang

NERACA Jakarta – Pasca beralihnya ibu kota dari Jakarta ke IKN di Kalimantan membuat status Jakarta berubah menjadi kota bisnis.…

LAPORAN BPS: - Februari 2024, Kelapa Sawit Penopang Ekspor

NERACA Jakarta –  Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor sektor pertanian pada Februari 2024 mengalami peningkatan sebesar 16,91 persen…