Kaji Perubahan Lot Saham - BEI Targetkan Rampung di Semester Pertama

NERACA

Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah melakukan kajian terhadap perubahan batas bawah harga saham dan jumlah saham dalam satu lot. Kajian tersebut diharapkan rampung dalam semester I 2019.”Akhir semester I ini kami putuskan apakah akan merubah peraturan batas bawah harga saham dan jumlah saham dalam satu lot,” kata Direktur Pengembangan BEI, Hasan Fawzi di Jakarta, kemarin.

Lebih lanjut Hasan menjelaskan, kajian batas bawah harga saham tersebut terkait dengan mekanisme perdagangan jika harga saham di bawah Rp50 per lembar.”JIka harga saham di bawah Rp50 per lembar, nah bagaimana batasan auto reject-nya, sebab jika harga Rp1 naik menjadi Rp2 sudah naik 100%, padahal batasan auto reject hanya 35%,” jelasnya.

Dengan demikian, kata dia, tidak menutup kemungkinan jumlah fraksi saham akan diatur ulang untuk menyesuaikan kondisi tersebut.“Ya bisa saja fraksi saham akan di tambah dari saat ini empat fraksi,”ungkapnya. Nantinya, kajian tersebut untuk menyesuaikan praktik yang berlaku di bursa-bursa dunia lainnya yang menerapkan tidak ada batas bawah harga saham.

Selain itu, kata Hasan, ada beberapa saham yang sudah di posisi Rp50 dan tidak diperdagangkan lagi, Padahal beberapa investor ingin bertransaksi. Sedangkan kajian jumlah saham dalam satu lot, jelas dia, terkait efektivitas dan tingkat kepraktisan pelaksanaannya.”Selain itu, kita lihat harga saham kita tidak mahal dan masih terjangkau. Tapi disisi lain, diharapkan penurunan jumlah saham dalam satu lot diharapkan dapat meningkatkan nilai transaksi seperti saat berubah satu lot menjadi 100 lembar saham,”katanya.

Menurutnya, dengan jumlah 100 saham per lot saat ini pun masih cukup terjangkau oleh investor. Pasalnya, sekitar 570-an emiten dari total 620 emiten di pasar modal Indonesia harganya masih di bawah Rp5.000 per saham. Artinya, investor masih bisa membeli mayoritas saham di bursa dengan nilai investasi Rp500.000. Menurutnya, nilai tersebut mestinya tidak terlalu tinggi bagi investor. Padahal, tujuan penurunan jumlah saham per lot adalah untuk meningkatkan aksesibilitas investor terhadap saham emiten.

Hasan mengatakan, catatan lainnya adalah bahwa penurunan jumlah saham per lot akan meningkatkan secara signifikan frekuensi transaksi, sebab nilai saham per lot menjadi semakin rendah sehingga makin terjangkau. Hal ini akan turut mempengaruhi biaya operasional yang ditanggung oleh pihak perantara atau sekuritas anggota bursa dan bankkustodian, sebab kegiatan operasional di back office makin tinggi seiring dengan naiknya frekuensi, tetapi nilai transaksi belum tentu lebih tinggi. “Kalau pertimbangannya penurunan jumlah saham per lot itu belum dibutuhkan karena cost effectiveness, tentu lot yang sekarang ini rasanya masih menjadi pilihan yang ideal. Namun, tentu kita akan tetap melakukan kajian itu dan akan disimpulkan dalam waktu dekat ini juga, semester pertama,” ujar Hasan.

 

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…