Gapkindo Sumsel Dukung Rencana Peremajaan Lahan Karet

Gapkindo Sumsel Dukung Rencana Peremajaan Lahan Karet 

NERACA

Palembang - Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mendukung rencana pemerintah untuk meremajakan 1.200 hektare lahan karet pada 2019.

Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel Alex Kurniawan Eddy mengatakan sudah seharusnya peremajaan kebun karet dilakukan karena rata-rata kebun karet berusia 30 tahun ke atas."Rata-rata di Indonesia dalam satu hektare kebun hanya mampu menghasilkan sekitar 900 kilogram karet per tahun. Sementara di negara pesaing seperti Thailand dalam satu hektar mampu memproduksi 1,7-2 ton karet," kata dia di Palembang, dikutip dari Antara, kemarin.

Oleh karena itu, di saat harga jatuh di pasaran internasional maka akan sangat terasa bagi petani Indonesia."Saat ini petani karet sedang berat karena harga hanya berkisar Rp6.500 per kilogram," kata dia.

Sebanyak 1.200 hektare kebun karet di Sumatera Selatan akan diremajakan pada 2019 menggunakan dana APBN sebesar Rp13 miliar.

Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Dinas Perkebunan Sumsel Rudi Arpian mengatakan pemerintah pusat kembali mengucurkan alokasi untuk peremajaan (replanting) kebun karet di Sumatera Selatan untuk meningkatkan kembali produksi karet di tingkat petani."Awal tahun dananya sudah mulai dikucurkan. Jumlah ini meningkat cukup besar dari tahun 2018 yang hanya Rp4 miliar untuk 410 hektar kebun karet petani," kata dia.

Peningkatan tersebut, kata dia, merupakan salah satu komitmen dari pemerintah guna meningkatkan produktivitas karet petani. Meskipun, peremajaan yang dilakukan belum bisa langsung mendukung kebutuhan secara keseluruhan."Jumlah kebun karet petani yang masuk kategori tanaman tua atau rusak mencapai 192.222 hektare dari total lahan perkebunan karet yang ada di Sumsel mencapai 1,3 juta hektare," kata dia.

Hampir serupa dengan peremajaan sawit, nantinya petani akan mendapatkan subsidi sekitar Rp25.000.000 per hektare dengan batasan maksimal dua hektare tiap petani. Sementara berdasarkan Pusat Penelitian (Puslit) karet Sumbawa peremajaan kebun membutuhkan biaya kurang dari Rp50.000.000 per hektare.

Selain itu, petani juga dapat memanfaatkan sumber dana tambahan melalui penjualan batang karet tua, dimana dalam 100 batangnya dapat dijual dengan harga sekitar Rp16.000.000. Rata-rata dalam satu hektare itu bisa mencapai 500 batang.

Ia melanjutkan sembari menunggu masa produksi sekitar 4-5 tahun, petani dapat memanfaatkan lahan perkebunannya untuk tumpang sari menanam kopi, jagung, dan singkong."Dengan begitu petani tetap mendapatkan pemasukan sembari menunggu kebun karet mereka berproduksi," kata dia. Ant

BERITA TERKAIT

Sabet Penghargaan Asuransi, IFG Life Tegaskan Komitmen Pulihkan Kepercayaan Publik

  NERACA Jakarta-Dalam menjalankan bisnisnya, IFG Life menjunjung tinggi tata kelola yang baik dan manajemen risiko yang kuat dan penuh…

Apkasi Ajak Penyedia Barang/Jasa Ikut APN 2024 Rebut Peluang PBJ Pemerintah

NERACA Jakarta - Dalam rangka meningkatkan serapan anggaran belanja di pemerintah daerah, Apkasi mengajak pihak swasta khususnya penyedia barang/jasa untuk…

bjb Ajak Ratusan Mahasiswa UNS Menjadi Enterpreneur Handal

NERACA Solo - Bicara UMKM berarti berbicara ekosistem usaha yang tercipta secara baik. Usaha tanpa pola yang baik akan membuat…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Daerah

Sabet Penghargaan Asuransi, IFG Life Tegaskan Komitmen Pulihkan Kepercayaan Publik

  NERACA Jakarta-Dalam menjalankan bisnisnya, IFG Life menjunjung tinggi tata kelola yang baik dan manajemen risiko yang kuat dan penuh…

Apkasi Ajak Penyedia Barang/Jasa Ikut APN 2024 Rebut Peluang PBJ Pemerintah

NERACA Jakarta - Dalam rangka meningkatkan serapan anggaran belanja di pemerintah daerah, Apkasi mengajak pihak swasta khususnya penyedia barang/jasa untuk…

bjb Ajak Ratusan Mahasiswa UNS Menjadi Enterpreneur Handal

NERACA Solo - Bicara UMKM berarti berbicara ekosistem usaha yang tercipta secara baik. Usaha tanpa pola yang baik akan membuat…