Menitik Asa Kehidupan di Balik Geliat Bisnis Tambang

Bagus, siswa kelas satu sekolah menengah pertama di Sintang, Kalimantan Barat harus pandai menghemat menggunakan lilin di malam hari selain minyak tanah sebagai pelita untuk mengulas pelajaran ataupun mengerjakan tugas pekerjaan dari sekolah. Pasalnya, apabila lilin habis, maka kegiatan belajar di malam hari pun harus terputus.”Lilin hanya dipakai di malam hari, selepas azan Magrib hingga jam 8 malam, setelah itu lilin dimatikan,”ceritanya.

Dia bercerita, penggunaan lilin selain kegiatan belajar ataupun mengaji tidak diperbolehkan. Adapun kegiatan selain itu, menurutnya harus dikerjakan di siang hari. Hal ini sangat beralasan karena desa tempat tinggalnya yaitu desa Sungai Pisau, Kecamatan Ketungau Hulu, Sintang, Kalimantan Barat belum merasakan aliran listrik. Alhasil kegiatan dan aktivitasnya sangat terbatas di malam hari. Begitu juga dengan kegiatan warganya, selepas azan Isya seperti desa mati, sepi, sunyi dan gelap. Ya, jangankan aliran internet seperti desa-desa lainnya, aliran listrik yang belum terjamah menjadikan warga desa Sungai Pisau sangat terisolir dan telat akan informasi.

Kondisi ini tentunya sangat ironis, sejak 73 tahun Indonesia merdeka masih ditemukan warganya belum teraliri listrik. Maka dampaknya membawa perekonomian juag tertinggal. Sebelumnya, tokoh adat setempat, Tinggak pernah mengatakan, warga sangat mendambakan dapat menikmati layanan listrik ke desa mereka. Padahal menurutnya, Desa Sungai Pisau, hanya berjarak 4,5 kilometer dari ibu kota Kecamatan Ketungau Hulu, dan dapat diakses oleh jalur jalan darat.

Desa Sungai Pisau sendiri termasuk kawasan yang tidak jauh dari wilayah perbatasan, Indonesia dan Malaysia, sekitar 180 KK belum menikmati listrik. Dengan kondisi demikian warga bertahan dengan apa adanya terutama untuk dapat menikmati kebutuhan listrik. Bagi warga yang mampu gunakan genset. Namun kondisi ini tidak dapat sepenuhnya dinikmati warga, sebab dengan kapasitas terbatas, genset hanya mampu menerangi pada malam hari.

Ya, apa yang dirasakan Budi juga dirasakan sama dengan Adrianus, warga Nanga Merakai, Kecamatan Ketungau yang mendambakan aliran listrik untuk menunjang kehidupan mereka. “Sudah cukup lama Indonesia merdeka, tapi sampai sekarang kami belum merasakan listrik,”ungkapnya. Desa Nanga Merakai merupakan pusat ibu kota Kecamatan Ketungau Tengah, dan itu merupakan salah satu kecamatan yang berbatasan dengan negara tetangga Malaysia. Desa Nanga Merakai sendiri terpisah oleh sungai Ketungau yang membentang selebar kurang lebih 80 meter. “Kecamatan Nanga Ketungau memilki 29 desa, di mana 13 desa diantaranya terletak dipusat kecamatan, sedangkan 16 lainnya berada diseberang sungai Ketungau. Hampir semua desa diseberang ini belum teraliri listrik. Sementara yang di sebelah sini warganya sudah menikmati listrik,” terangnya.

Cerita pahit warga desa di Kalimantan Barat yang belum teraliri listrik rupanya juga dirasakan di pulau Jawa yang sejatinya lebih awal teraliri listrik. Pasalnya, konsusmi listrik paling besar terdapat di pulau Jawa. Tengok saja, warga dusun Ngijo Krasak, Desa Mojoagung, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah belum pernah terjamah jaringan listrik. Selama ini, kehidupan di perkampungan yang dihuni sekitar 50 orang ini terus berlangsung tanpa jaringan listrik. Lokasi Dusun Ngijo Krasak terpencil dan berada di tengah area persawahan yang subur. Mayoritas warganya berprofesi sebagai buruh bangunan hingga buruh tani. “Sebenarnya kami iri dengan dusun lain yang sudah teraliri listrik. Tapi mau bagaimana lagi toh sampai sekarang juga tak ada listrik masuk di kampung kami," kata Sujoko (35).

Dia menuturkan, untuk bertahan di kegelapan terutama saat malam hari mereka cukup menyalakan api dari lilin serta penerangan tradisional sebut saja uplik (wadah kecil disumpal sumbu dengan bahan bakar minyak). Warga lain, Margono (90), mengaku prihatin dengan kondisi kampung halamannya yang tidak tersentuh jaringan listrik. Margono sendiri berangan-angan bisa segera menikmati fasilitas akan kebutuhan listrik. "Saya berkeluarga di Dusun Ngijo Krajan di tahun 1950. Hingga dua anak dan istri meninggal dunia, saya belum pernah menikmati fasilitas listrik di rumah sendiri. Sebelum saya tutup usia, semoga ada listrik masuk kampung kami," kata Margono.

Warga setempat berharap agar pemerintah sudi membuka jaringan listrik yang belum juga terealisasi di Dusun Ngijo Krajan. Mereka sudah tak sabar untuk bisa segera mengakses kebutuhan listrik seperti halnya wilayah lain. Apa yang menjadi keluhan warga seperti Adrianus, Sujoko dan Margono direspon serius pemerintah dengan memprioritaskan proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) untuk percepat aliran listrik di seluruh pelosok Indonesia. Dimana pemerintah menargetkan pembangunan pembangkit listrik 35 ribu megawatt yang sejatinya di tahun 2019 mundur jadi tahun 2024.

Gencarnya pembangunan proyek PLTU guna mendukung proyek pemerintah akan memacu peningkatan konsumsi batu bara sebagai bahan bakar besar pula. Apalagi, produksi listrik terbesar di Indonesia masih mengandalkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berbahan bakar batu bara. Berangkat dari hal tersebut, pertambangan batu bara sebagai bagian dari sumber kehidupan manusia akan meningkat setelah sebelumnya sempat lesu karena dampak kondisi ekonomi global.

 

Konsumsi Meningkat

 

Ketua Umum Indonesian Mining Association (IMA), Ido Hutabarat memproyeksikan sektor pertambangan akan mengalami kebangkitan seiring tingginya permintaan akan batubara sebagai sumber energi premier pembangkit tenaga listrik. Maraknya pembangunan dan perubahan pola hidup di masyarakat mendorong naiknya angka konsumsi listrik di dalam negeri. Oleh karena itu, geliat pasar komoditas yang membaik dan meningkatnya permintaan pasar akan produk tambang mendorong kebangkitan industri pertambangan di Indonesia.

Menurutnya, dengan kekayaan sumber daya mineral dan batubara membuat Indonesia menjadi salah satu tujuan investasi favorit para investor. Sektor pertambangan, kata Ido Hutabarat, merupakan salah satu industri yang memiliki kontribusi terbesar dalam perekonomian Indonesia, didukung kondisi geologi yang sempuna menjadikan Indonesia kaya akan sumber daya alam dan mineral. Kekayaan mineral yang besar membuat Indonesia banyak dilirik dan diminati oleh para investor.

Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), konsumsi batu bara pada PLTU semester pertama 2018‎ mencapai‎ 41,4 juta ton atau mencapai 46% dari target konsumsi batu bara untuk sektor kelistrikan pada tahun 2018 sebesar 90 juta ton. Adapun untuk seluruh konsumsi batu bara dalam negeri mencapai 53,45 juta ton sampai Juni. Sedangkan target konsumsinya sampai akhir 2018 mencapai 104 juta ton. Dimana batubara mayoritas diserap oleh PLTU. Selain itu batu bara dikonsumsi industri semen, pupuk, tekstil, kertas dan briket.

Tingginya konsumsi batu bara untuk proyek PLTU, diakui direktur pengadaan strategis 2 PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero), Supangkat Iwan Santoso. Dirinya memproyeksikan kebutuhan batu bara untuk pembangkit listrik PLN akan meningkat sekitar 8% pada tahun 2019. Penyebabnya adalah dua Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang akan beroperasi tahun depan.

Di tahun 2019, kebutuhan bara bara mencapai 100 juta ton. Sedangkan, tahun 2018 kebutuhannya 92 juta ton dan hingga Oktober 2018 serapannya baru 66 juta ton. Dua pembangkit yang akan beroperasi tahun depan, diantaranya PLTU Cilacap yang memiliki kapasitas 1.000 Megawatt (MW). Pembangkit ini akan beroperasi pada September 2019.

Selain itu, PLTU Jawa VII yang memiliki kapasitas 1000 MW. Permbangkit ini beroperasi sekitar bulan Oktober 2019. Pembangkit ini akan menyerap sekitar 4 juta ton. Ini karena baru beroperasi menjelang akhir tahun. Jika beroperasi awal tahun, kebutuhan batu bara bisa mencapai 14 juta ton.

Faktor lain yang membuat konsumsi batu bara meningkat adalah kinerja PLTU pada proyek kelistrikan Fast Track Program (FTP) 1. Proyek tersebut juga membutuhkan lebih banyak batu bara. Penggunaan pembangkit batu bara ini juga tidak hanya di Indonesia bagian barat, tapi di timur juga. “Karena pulau kecil butuh pembangkit tulang punggung yang beroperasi terus. Itu kan harus pilih yang murah," kata Iwan.

Melihat potensi pasar domestik yang besar pula, banyak perusahaan pertambangan berlomba-lomba menggenjot kapasitas produksi batu bara dengan lebih banyak melakukan eksplorasi tambang.Sebut saja, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang menargetkan produksi batubara di 2019 berkisar dari 28,05 juta ton hingga 29,32 juta ton atau meningkat sekitar 10% dari target tahun 2018 sebesar 25,5 juta ton. Hal yang sama juga dilakukan PT Adaro Energy Tbk yang menargetkan produksi batu bara di 2018 sebesar 54 juta -56 juta ton. Sampai dengan kuartal III/2018, perusahaan memproduksi batu bara sejumlah 38,98 juta ton, turun 1% yoy dari sebelumnya 39,36 juta ton.

Geliat permintaan tambang menjadi angin segar bagi pelaku pertambangan. Maka dengan demikian, kejayaan harga batu bara sebagai sumber kehidupan masyarakat kembali terulang karena batu bara secara tidak langsung sudah menjadi kebutuhan masyarakat dan pelaku industri lainnya.

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…