Sambut 2019 Dengan Penuh Optimisme

Presiden Joko Widodo menyambut tahun 2019 dengan semangat optimisme. "Ya seperti hari-hari biasa. Seperti hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu. Enggak ada (perayaan khusus), yang paling penting 2019 optimis, optimis, optimis," demikian Presiden dalam siaran pers dari Deputi Protokol, Pers dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin yang diterima Antara di Jakarta pada Selasa (1/1) dini hari.

Pada malam pergantian tahun 2018 ke 2019, Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo tidak memiliki agenda khusus. Presiden dan Ibu Iriana ditemani putra bungsu, Kaesang Pangarep, berada di Wisma Bayurini, Istana Kepresidenan Bogor.

Pada kesempatan ini, Presiden mengundang beberapa pedagang angkringan ke Istana Bogor. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu bersama anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) serta pegawai Istana Kepresidenan Bogor santap malam bersama dengan menu kuliner angkringan dan sate.

Sekitar pukul 22.10 WIB, Presiden yang tampil santai memakai sarung dan kaos putih dibalut jaket hitam, keluar menuju halaman Wisma Bayurini.

Dia kemudian ikut bergabung bersama para Paspampres, polisi, dan pegawai Istana Bogor yang sedang mengantre untuk mengambil makanan. "Silakan, silakan. Ambil yang banyak," ujar Presiden kepada salah seorang Paspampres yang mengantre di depannya.

Sate ayam, sate kambing, dan sate sapi menjadi salah satu menu yang disajikan malam itu. Selain itu ada juga bakmi dengkul, dan wedang ronde.

Selesai santap malam dan berinteraksi dengan pedagang dan para Paspampres, Presiden kembali ke dalam Wisma Bayurini.

Sementara itu, salah seorang Asisten Ajudan Presiden Kapten Teddy Indra Wijaya mengatakan bahwa keluarga Presiden Jokowi memang tidak merayakan momen pergantian tahun secara khusus. "Kalau buat Bapak (Presiden) dan keluarga itu ya memang nggak merayakan tahun baru. Malam tahun baru ya biasa saja, seperti malam-malam lainnya. Seperti malam ini, kita semuanya di kediaman Bapak di Istana Bogor, ditraktir Bapak," ujar Teddy.

Sementara, pada saat pergantian tahun dari 2017 ke 2018, Presiden dan keluarga berada di Istana Gedung Agung, Yogyakarta bersama keluarga. Pada saat itu, cucu Presiden dari pasangan Gibran Rakabumingraka dan Selvi Ananda, Jan Ethes Sri Narendra, turut bersama Presiden.

Sementara Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto optimistis pertumbuhan industri manufaktur mampu tumbuh di tahun politik 2019.

Beberapa investor bahkan tetap yakin menanamkan modalnya karena melihat kondisi politik dan ekonomi di Indonesia yang dinilai stabil menjelang tahun politik. "Jadi, kita harus lebih optimistis termasuk kepada para pelaku industri, supaya bisa mengambil peluang," kata Airlangga lewat keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu.

Airlangga memaparkan Indonesia punya pengalaman sebelum dan pascareformasi. Khusus dalam 20 tahun ini, Indonesia telah empat kali Pemilu dan hampir setiap dua tahun ada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), yang seluruhnya berjalan lancar dan demokratis.

Untuk itu, Menperin meyakini, pelaksanaan Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) yang digelar serentak pada 17 April 2019, juga akan berjalan aman dan damai sehingga mendukung roda perekonomian guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Airlangga menyebutkan salah satu katalis kuat yang mampu mendongkrak pertumbuhan industri tahun depan, terutama adalah melonjaknya konsumsi makanan dan minuman (mamin) serta tekstil dan produk tekstil (TPT). "Komoditas itu yang umumnya banyak dibutuhkan saat musim kampanye," ujarnya.

Kemenperin mencatat pada tahun 2014 dengan adanya momentum Pemilu, industri pengolahan naik menjadi 5,61 persen dibanding capaian tahun sebelumnya sebesar 5,45 persen. Adapun sektor yang menopang lonjakan tersebut, antara lain industri mamin, industri TPT, serta industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki.

"Kondisi perekonomian sekarang memang sudah jauh berbeda jika dibandingkan dengan tahun 2000-an. Artinya, ada realita norma baru. Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini tidak lagi double digit. Rata-rata kontribusi industri manufaktur terhadap perekonomian di seluruh negara berkisar 17 persen," paparnya.

Merujuk data World Bank Tahun 2017, lima negara yang industrinya mampu menyumbang di atas rata-rata tersebut, yakni China (28,8 persen), Korea Selatan (27 persen), Jepang (21 persen), Jerman (20,6 persen), dan Indonesia (20,5 persen). "Pertumbuhan di China saat ini juga single digit. Sekarang PDB kita sudah masuk klub USD1 triliun. Indonesia adalah negara besar, saat ini berada dalam kelompok G20 dan berada di peringkat ke-16 ekonomi dunia," jelasnya.

Menperin memprediksi di tahun 2019, industri pengolahan nonmigas akan tumbuh hingga 5,4 persen atau di atas pertumbuhan ekonomi yang dipatok pada angka 5,3 persen. Sektor industri yang memberi kontribusi tinggi, di antaranya industri mamin bakal tumbuh sebesar 9,86 persen.

Selanjutnya, pertumbuhan industri mesin diharapkan akan menembus 7 persen, industri TPT sebesar 5,61 persen, industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki 5,40 persen, serta industri barang logam, komputer, dan barang elektronika 3,81 persen.

"Pada tahun depan, kami juga akan genjot sektor itu agar mampu meningkatkan nilai ekspor, terutama yang punya kapasitas lebih. Selain itu dapat mendorong pengoptimalan tingkat komponen dalam negeri (TKDN)," tuturnya.

Airlangga menegaskan Indonesia masih menjadi negara tujuan utama investasi khususnya di sektor industri manufaktur. "Pada era pemerintahan Bapak Jokowi, di klaster Cilegon, sudah ada beberapa tambahan investasi. Misalnya, Posco dan Krakatau Steel sebesar 3 miliar dolar AS dan beberapa waktu lalu Lotte melakukan ground breaking senilai 3,5 miliar dolar AS. Jadi, dari segi mother of industry, kita semakin kuat," ungkapnya.

Menperin berharap upaya itu diharapkan dapat memberikan efek kepercayaan diri kepada investor lain karena dilakukan menjelang tahun politik. "Artinya, investor tidak perlu lagi menunggu, bahwa kondisi ekonomi dan politik Indonesia dinilai stabil. Nah, ini kesempatan Indonesia untuk terus memacu investasi," imbuhnya.

Hingga Desember 2018, investasi industri nonmigas diperkirakan mencapai Rp226,18 triliun. Selain menumbuhkan populasi industri, investasi dapat memperdalam struktur industri di dalam negeri sehingga berperan sebagai substitusi impor.

"Populasi industri besar dan sedang bertambah sebesar 6 ribu unit usaha. Industri kecil mengalami penambahan jumlah industri yang mendapatkan izin sebanyak 10 ribu unit usaha," paparnya. Dari capaian tersebut, total tenaga kerja di sektor industri yang telah terserap sebanyak 18,25 juta orang. Jumlah tersebut naik 17,4 persen dibanding tahun 2015 di angka 15,54 juta orang. (ant)

 

 

BERITA TERKAIT

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…

BERITA LAINNYA DI

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…