Meniti Asa Kualitas Pendidikan di Timur Indonesia

 

Mengawali pagi awal pekan nan cerah, Yetrin guru di SDN Sonraen, Kecamatan Amasari Selatan, Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) begitu semangat memberikan pelajaran matematika kepada muridnya. Kala itu, tidak ada raut muka dari anak murid yang muram dan terkesan penuh beban untuk menerima pelajaran matematika dari sang guru. Pasalnya, metode pelajaran yang diberikan lebih mudah dan menyenangkan. “Sekarang bukan lagi mengajar matematika dengan cara yang kaku, sehingga terkesan menakutkan,”cerita Yetrin.

Dirinya menyampaikan begitu percaya diri, bahwa pelajaran matematika yang disampaikannya akan lebih diterima siswanya karena menggunakan metode gampang, mengasyikkan dan menyenangkan (Gasing). Ya, berkat pengalamannya mendapatkan pengalaman belajar matematika secara khusus di Surya Institut di Tangerang, Jakarta membuka dirinya untuk mengajarkan matematika kepada siswanya lebih menyenangkan.

Diakuinya, mengajarkan anak-anak belajar matematika tidaklah mudah. Apalagi dirinya lulusan sastra bahasa Indonesia butuh waktu lebih lama untuk menguasai materi pelajaran. Namun kini dia justru bangga bisa mengajari para siswa-siswi untuk mempelajari matematika yang kerap dianggap sulit ini berkat metode Gasing. Dirinya merupakan salah satu guru yang mendapat binaan dari PT Astra Internasional Tbk untuk belajar matematika dengan metode Gasing. Dirinya merasa bangga menjadi bagian penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran di SDN Sonraen. Apalagi, persoalan terbesar pendidikan di NTT adalah tingginya angka putus sekolah dan rendahnya hasil uji kompetensi guru sekolah di NTT. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab Indeks Pembangunan Manusia di NTT yang masih rendah yaitu 65,2 atau di bawah rata-rata nasional sebesar 69,9.

Kekurangan ini disebabkan oleh banyak hal, seperti kondisi geografis, insfrastruktur, sarana prasarana dan hal-hal yang bersifat fisik lainnya. Saat ini, para guru diharapkan terus semangat dalam mengajar para muridnya agar dapat meningkatkan kualitas manusia di Kupang. Dia bercerita, setelah dua bulan mengikuti diklat metode Gasing ini memang ternyata dulu yang matematika rasa sulit sekarang lebih gampang dan asik. Dengan metode tersebut, anak cuma butuh 4 bulan untuk menguasai matematika secara keseluruhan jika dibandingkan menggunakan metode konvensional yang bisa membutuhkan waktu 6 tahun belajar.

Menurut Prof. Yohanes, metode gasing adalah metode pembelajaran matematika dengan langkah demi langkah yang membuat anak menguasai matematika secara gampang, asyik dan menyenangkan. Kunci metode gasing adalah proses langkah demi langkah yang disusun yang disusun sedemikian rupa sehingga penguasaan materi dibangun dari pemahaman materi sebelumnya.

Perubahan berkat belajar metode Gasing juga dirasakan Amelia Lituwina Nahak, atau yang biasa disapa Ela, siswi kelas 5 SDN Sonraen. Ela mengaku, saat ini tengah jatuh cinta terhadap pelajaran matematika. Rasa cintanya itu bahkan membawanya menjadi juara satu di Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat Kecamatan Amarasi Selatan. Kendati demikian, jauh sebelum Ela menjuarai OSN matematika, dia dikenal sebagai siswi yang enggan untuk melirik mata pelajaran tersebut. Kesulitan memahami matematika pernah menjadi bagian dari masa lalu Ela. Semua kendala itu kemudian teratasi saat Ela dipertemukan dengan Fisikawan kondang Prof Yohanes Surya.

Menurut siswi kelahiran 21 Juli 2007 itu, metode pembelajaran yang diberikan Prof Surya terhadap dirinya sama sekali tak membosankan. Tak seperti apa yang selama ini didapatnya di sekolah. Di sana, Ela diajarkan dengan metode matematika GASING (Gampang, Asyik, dan Menyenangkan). “Senang, pakai kertas,berhitung,” tambah Ela.

Program yang tengah diikuti Ela merupakan bagian dari program Kampung Berseri Astra di NTT dari PT Astra International Tbk. Selepas mengikuti pembinaan bersama Prof Surya di Jakarta, Ela menularkan apa yang didapatnya itu kepada teman-temannya. Ela sendiri mengaku sudah menjadi tutor bagi 27 teman sekelasnya. “Iya, ada 27 teman-teman yang Ela ajarkan,” ungkapnya.

 

Sementara itu, Kepala Sekolah SDN Sonraen Joseba Thao menuturkan, Ela memang terpilih karena nilai matematikanya tak terlalu memuaskan. Dengan adanya program dari Astra tersebut, kata dia, kemampuan matematika Ela justru mengalami peningkatan yang mumpuni. “Waktu dikirim Ela kelas empat, matematika terendah sekolah saya. Setelah kembali Ela malah sekarang matematika luar biasa,” jelas Joseba.

 

Melawan Keterbatasan

 

Joseba juga membenarkan bahwa Ela kini menjadi tutor bagi teman-temannya yang lain. Dengan cara seperti itu, kata dia, proses belajar mengajar menjadi lebih efektif. Pengetahuan pun tak disimpan sendiri, tetapi dibagikan kepada orang lain. “Awalnya Ela tidak suka matematika. Tetapi akhirnya setelah Ela kembali, malah lebih suka matematika dibandingkan pelajaran lain. Dan Ela juga jadi tutor sebaya bagi teman-teman lainnya,” ucap dia.

Sementara itu, Joseba menyebut, nilai rata-rata ujian nasional pada 2016 di sekolahnya cukup memprihatinkan. Sekolah yang dipimpinnya itu hanya mendapat nilai rata-rata sekolah 5,4. Jauh di bawah angka standar kelulusan nasional yang mencapai 6,0. Meski demikian, sambung dia, setelah adanya pembinaan dari YPA, yang meliputi dikirimkannnya sejumlah guru untuk dilatih di Jakarta, hingga dikirimkannya siswi seperti Ela, kegiatan belajar di sekolahnya menjadi lebih terarah. Sekolah tersebut pun akhirnya dapat meluluskan siswa-siswa dengan nilai yang memuaskan. “Saya punya siswa kelas 6 pada 2017 itu 23 siswa. Nilai rata-rata itu 6,7. Lulus semua. Kan di atas 6,0 lulus,”ujarnya.

Apa yang telah dilakukan Yetrin dan Ela telah membuktikan semangat dan harapan untuk mengejar pendidikan yang lebih baik harus ada ditengah kondisi keterbatasan. Apalagi desa Sonrean merupakan desa kecil yang jauh dari pusat perekonomian serta memiliki sarana dan prasarana yang terbilang minim. Untuk menuju desa ini dibutuhkan waktu sekitar 2 jam dari Kota Kupang, perjalanannya pun tidak mudah dan penuh tantangan. Kondisi jalan yang bisa dibilang jauh dari mulus dan harus melewati hutan, serta jauh dari perhatian masyarakat dan pemerintah, membuat Desa Sonraen ini mendapat gelar salah satu desa dengan tingkat gizi buruk yang cukup tinggi di NTT. “Sebuah perjuangan untuk membangun desa menjadi lebih baik adalah dengan membangun semangat membaca anak-anak. Di Desa Sonraen awalnya anak-anak sama sekali tidak suka membaca dan nilai Matematikanya rendah,” jelas Joseba Thao, Kepala SDN Sonraen, yang akrab disapa Mama Joseba.

Awal yang terbilang sulit mencoba membangun sebuah kebiasaan untuk membuat anak-anak rajin membaca dan semangat belajar. Proses membangun minat baca anak-anak berawal dari kebiasaan membaca setiap 5 menit sebelum pelajaran dimulai. Mama Joseba membebaskan anak-anak untuk memilih buku yang dibaca. Hal itu berguna untuk membangun inisiatif anak untuk membaca. 

Head of Environtemt Social Responsibility Astra International, Riza Deliansyah menuturkan, desa Sonraen sendiri merupakan tempat asa dan harapan bertumbuh. Sebuah tempat yang tengah dibina PT Astra International Tbk di bawah program Kampung Berseri Astra (KBA). Dikenal dengan salah satu desa tingkat gizi buruk yang cukup tinggi di NTT menjadi alasan Astra tergerak untuk membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat di sana. Di desa tersebut, kata dia, Astra berfokus pada pengembangan pendidikan.”Setiap daerah itu kita mencoba menciptakan Kampung Berseri Astra (KBA). Ada empat hal, pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan kewirausahaan. Di sini (Desa Sonraen) kebetulan Yayasan Pendidikan Astra (YPA) ngurusin pendidikan,” ujar Riza

Menurut Riza, upaya YPA dalam membangun Desa Berseri tak hanya dilakukan dengan cara mendirikan bangunan fisik semata. Namun juga dilakukan dengan cara memberikan pelatihan pada siswa dan guru yang ada di beberapa sekolah binaan di desa tersebut. Ke depannya, Riza menyebut, pembinaan itu akan berlangsung dalam kurun waktu lima tahun. Pembinaan akan berupa pendampingan dan evaluasi terhadap siswa dan guru di sana. Desa Sonraen sendiri dibina oleh Astra sejak 2016, sehingga diharapkan akan menjadi desa mandiri yang memiliki sumber daya yang tangguh pada 2021.

Kendati demikian, fokus di pendidikan juga bukan satu-satunya yang diberikan di desa Sonraen. Sebab, dalam praktiknya Astra turut membina ibu-ibu setempat untuk dapat menghasilkan hasil tenun yang mumpuni. Selain itu, Astra juga memberikan sapi dan sumur untuk irigasi warga setempat.”Program total 5 tahun ya menjadi level tertentu secara total. Tetapi yang terjadi sekarang setiap tahun evaluasi. Skenario besarnya 5 tahun,” jelas dia.

 

 

 

BERITA TERKAIT

Berkolaborasi Wujudkan Mudik Sehat dan Aman

Budaya mudik di Indonesia jelang libur lebaran selalu menyisakan masalah, khususnya potensi lonjakan volume kendaraan dan angka kecelakaan. Maka tak…

Gandeng Kerjasama Telkom - LKPP Rilis Sistem E-Katalog Versi 6.0 Yang Lebih Responsif

Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan transparansi dalam pengadaan barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia…

Summarecon Crown Gading - Primadona Properti di Utara Timur Jakarta

Summarecon Crown Gading yang merupakan kawasan terbaru Summarecon yang di Utara Timur Jakarta, kini semakin berkembang. Saat ini sedang berlangsung…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Berkolaborasi Wujudkan Mudik Sehat dan Aman

Budaya mudik di Indonesia jelang libur lebaran selalu menyisakan masalah, khususnya potensi lonjakan volume kendaraan dan angka kecelakaan. Maka tak…

Gandeng Kerjasama Telkom - LKPP Rilis Sistem E-Katalog Versi 6.0 Yang Lebih Responsif

Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan transparansi dalam pengadaan barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia…

Summarecon Crown Gading - Primadona Properti di Utara Timur Jakarta

Summarecon Crown Gading yang merupakan kawasan terbaru Summarecon yang di Utara Timur Jakarta, kini semakin berkembang. Saat ini sedang berlangsung…