Pacu Pertumbuhan Likuiditas - BEI Bakal Luncurkan Indeks Baru IDX80

NERACA

Jakarta –Berbagai pencapaian positif berhasil diraih PT Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang tahun 2018 kemarin. Dimana rata-rata nilai transaksi harian pada 2018 yang naik 11% menjadi Rp8,5 triliun dibandingkan tahun sebelumnya menjadi yang tertinggi di kawasan regional Asia, melampaui Thailand. Kemudian kenaikan rata-rata frekuensi perdagangan yang tumbuh 24% menjadi 387 ribu kali per hari juga lebih tinggi di antara bursa-bursa lainnya di kawasan regional Asia.

Maka melanjutkan keberhasilan tersebut dan juga meningkatkan likuiditas di pasar modal, pihak BEI berencana meluncurkan indeks baru IDX80 pada Februari 2019. Melalui indeks tersebut, BEI ingin mendorong peningkatan investasi di pasar modal. "IDX80 kurang lebih mirip LQ45, tapi konstituennya (emiten) lebih banyak. Di samping itu, ini juga menjadi indeks yang menerapkan indikator saham yang beredar di publik (free float) dalam hal syarat untuk penentuan bobot dari konstituen sejak rilis perdana," kata Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Laksono Widodo di Jakarta, kemarin.

Maka dengan hadirnya indeks tersebut, ke depan akan ada tiga indeks yang menggunakan indikator free float di BEI, yaitu IDX30, LQ45, dan IDX80. Namun berbeda dengan IDX80, implementasi tambahan indikator free float di IDX30 dan LQ45 diterapkan secara bertahap mulai Februari 2019. Berdasarkan draft penambahan indikator di indeks LQ45 dan IDX30, diinformasikan ke depan indikator untuk penentuan konstituen indeks tersebut akan meliputi faktor likuiditas, frekuensi transaksi, jumlah hari transaksi, aspek fundamental emiten, yang terdiri dari kinerja keuangan dan kepatuhan, serta aspek free float.

Khusus IDX80 yang akan diluncurkan pada Februari 2019, Laksono mengungkap bahwa BEI membuat sedikit perbedaan dari aspek batas bobot per emiten yang menjadi konstituennya. Apabila penerapan bobot maksimal yang berlaku di LQ45 dan IDX30 selama ini maksimum 15%, ke depan satu konstituen atau emiten yang masuk di IDX80 maksimum hanya bisa memiliki bobot sebanyak 9%.

Keputusan tersebut menurut Laksono, juga terkait dengan latar belakang BEI memutuskan pengadaan indeks baru tersebut pada 2019."Sebagai contoh, di perusahaa manajemen aset itu ada peraturan, tidak diperkenankan untuk memiliki exposure lebih dari 10% di satu saham. Sehingga, secara tidak langsung, keputusan BEI membuat IDX80 merupakan langkah untuk mengakomodasi kondisi bagi perusahaan manajemen aset," ungkap dia.

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…