Mometum Pilpres Tidak Pengaruhi Pasar

NERACA

Jakarta – Momentum tahun politik adanya pemilihan umum dan pemilihan presiden (Pilpres) di tahun 2019, diyakini tidak akan banyak berpengaruh terhadap industri pasar modal. Hal ini sangat beralasan, karena dalam sejarahnya pada momen pemilu lima tahunan ini aktivitas pasar modal tetap berjalan normal. “Kita optimis dengan adanya pilpres tidak akan mempengaruhi terhadap pasar modal. Kalau ada riak kecil, ya biasa," kata Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi di Jakarta, kemarin.

Malahan, pihak BEI Optimis pada tahun depan akan ada 35 perusahaan yang akan melaksanakan IPO."Saat ini kan 57 perusahaan kita targetnya di 35 perusahaan. Kita targetnya untuk 2019 di 35 perusahaan kita optimis lebih dari itu. Paling tidak kita memberikan sinyal paling tidak kita tetap optimis tidak ada pengurangan apa-apa," tutur dia.

Adapun, target investor pada tahun 2019 juga akan naik 30% dibandingkan tahun ini. Pada tahun ini, per 27 Desember jumlah investor pasar modal mencapai 851 investor. Kata Inarno, likuiditas perdagangan pasar saham domestik sepanjang tahun 2018 meningkat meski dibayangi ketidakpastian sentimen terutama dari global.

Disampaikannya, BEI mencatat rata-rata nilai transaksi harian pada 2018 ini naik 11% menjadi Rp8,5 triliun dibandingkan tahun sebelumnya. Menurutnya, pencapaian tersebut merupakan tertinggi di kawasan regional Asia, melampaui Thailand. Dia menambahkan, aktivitas perdagangan di BEI juga mengalami peningkatan, tercermin dari kenaikan rata-rata frekuensi perdagangan yang tumbuh 24% menjadi 387 ribu kali per hari.”Catatan itu juga menjadikan likuiditas perdagangan saham di BEI lebih tinggi di antara bursa-bursa lainnya di kawasan regional Asia," katanya.

Selain itu, lanjut dia, selama 2018 pihaknya juga telah mencatatkan sebanyak 57 perusahaan baru, yang merupakan pencatatan terbanyak sepanjang sejarah BEI setelah privatisasi tahun 1992. Berbagai 'milestone', kata Inarno, telah dicapai BEI di tengah tahun yang penuh dengan tantangan. Dirinya juga menyampaikan, salah satu terobosan besar pengembangan bisnis yang dilakukan BEI adalah percepatan penyelesaian transaksi (settlement) perdagangan bursa dari 3 hari (T+3) menjadi T+2.”Era baru penyelesaian transaksi T+2 ini berlaku mulai 26 November 2018 lalu. Percepatan transaksi itu berjalan sukses mendahului negara tetangga, seperti Singapura. Untuk Malaysia dan Jepang belum diterapkan, mungkin semester pertama tahun depan," paparnya.

Dalam rangka melindungi investor, lanjut dia, BEI mengeluarkan kebijakan dengan memberikan notasi khusus pada kode saham yang akan disebarkan melalui situs web BEI, data feed, dan remote trading. Dia menjelaskan, ragam notasi khusus mencerminkan status emiten bersangkutan, yang berhubungan dengan performa keuangan, informasi material dan compliance perusahaan tercatat.”Diharapkan, notasi khusus itu dapat menjadi indikator awal bagi investor dalam mengambil keputusan investasi di Pasar Modal Indonesia," ucapnya.

 

 

 

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…