KKP Sebut Produksi Udang Alami Banyak Tantangan

NERACA

Jakarta – Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Sjarief Widjaja mengungkapkan bahwa produksi udang saat ini mengalami banyak tantangan. "Tantangannya banyak, karena produksi udang kita pertama, mengalami persoalan cuaca," ujar Sjarief saat meresmikan teknologi Microbubble udang Vaname ultra-intensif di Jakarta, disalin dari Antara.

Faktor yang kedua, lanjutnya, persoalan kualitas air dimana daerah-daerah pesisir saat ini sudah mulai dimasuki banyak kepentingan seperti industri, perumahan dan peruntukan-peruntukan lainnya sehingga limbahnya terbuang ke laut. "Kalau kualitas airnya tidak bagus dengan area sangat luas, maka kemungkinan timbulnya penyakit dan berbagai hal lainnya menjadi tinggi," katanya.

Namun, menurut Kepala BRSDM itu, dengan teknologi Microbubble yang memanfaatkan integrasi 'Recirculating Aquaculture System' atau RAS yang didesain oleh peneliti Pusat Riset Perikanan (Pusriskan), budidaya udang seperti Vaname bisa dilakukan di halaman belakang rumah.

"Tapi kalau di halaman belakang rumah, skala ekosistemnya terkendali maka kesempatan untuk berhasil lebih banyak," kata Sjarief usai meninjau langsung udang Vaname hasil budidaya dengan menggunakan teknologi Microbubble.

Dalam sambutannya, Sjarief menjelaskan bahwa teknologi tersebut mampu mengatasi kendala-kendala yang dihadapi pembudidaya udang seperti biaya listrik yang tinggi, modal besar, limbah yang tidak dikelola dengan baikm serangan penyakit serta daya dukung lingkungan yang menurun.

Selain itu, dia berharap hasil penemuan ini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya dapat menjadi mata pencaharian alternatif bagi para nelayan di kawasan pesisir yang sekarang sudah mulai berkurang hasil tangkapannya.

Dengan adanya teknologi Microbubble dalam kolam ukuran volume 49 meter kubik selama 60 hari, proses pembesaran mampu menghasilkan udang berukuran berat 14 gram per ekor dari berat awal 0,5 gram serta meraup keuntungan bersih sekitar 94,3 juta per tahun hanya dengan nilai investasi awal sekitar Rp31 juta.

Teknologi ini dapat dikembangkan dengan kepadatan 1000 ekor per meter kubik (ultra-intensif), sehingga produktivitas yang dihasilkan sangat tinggi. Sebelum adanya invensi teknologi tersebut, budidaya udang Vaname tertinggi dicapai pada budidaya Supra intensif dengan kepadatan 400 ekor per meter kubik.

KKP segera uji coba teknologi Microbubble budi daya udang Vaname ultra-intensif di beberapa wilayah Jakarta. "Ini akan segera (diujicobakan) pada awal Januari, saya akan bergerak masuk ke Muara Angke, Cilincing, Kamal Muara, dan sebagainya," kata Sjarief Widjaja.

Dia lebih lanjut menjelaskan bahwa pihaknya akan memilih lokasi-lokasi yang bisa ditempatkan teknologi Microbubble tersebut, di samping mengenai standar pakan, benih, kemudian air dan teknologinya tetap dikendalikan oleh pihaknya mengingat hal tersebut masih dalam skala ujicoba.

"Begitu sudah terpasang, kemudian sudah mulai tampak hasilnya baru saya menghadap (Gubernur DKI Jakarta)," kata Syarief usai meninjau langsung udang Vaname hasil budi daya yang menggunakan teknologi Microbubble dengan integrasi "Recirculating Aquaculture System" atau RAS.

Rencana akan mengujicoba hasil penemuan teknologi Microbubble tersebut disinggung oleh Sjarief dalam pidato sambutannya saat meluncurkan secara resmi teknologi tersebut. "Setelah begitu mulai panen kita menghadap Gubernur, kita sampaikan ini adalah salah satu peluncuran kampung Vaname di Jakarta," ujarnya.

Alasan dipilihnya kota Jakarta sebagai lokasi ujicoba teknologi ini, menurut Sjarief karena ekosistem perairan di kota itu sudah mengkhawatirkan dan membuat nelayan terpaksa melaut dalam jarak yang jauh.

"Salah satunya karena ekosistem perairannya sudah sangat berat dalam arti kualitas airnya sudah tidak bagus, banyak sampah plastik sehingga nelayan terpaksa harus jauh ke lautnya untuk memperoleh pendapatan. Ini sangat tidak baik untuk ekonomi mereka," kata Sjarief. Menurut Kepala BRSDM tersebut, salah satu keunggulan teknologi budidaya udang tersebut yakni bisa diaplikasikan di tengah perkotaan yang jauh dari sumber air laut mengingat pengelolaan media air budidaya dilakukan secara berkelanjutan.

Dengan adanya teknologi Microbubble dalam kolam ukuran volume 49 meter kubik selama 60 hari pembesaran mampu menghasilkan udang berukuran berat 14 gram per ekor dari berat awal 0,5 gram.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…