NERACA
Jakarta – Guna mendanai ekspansi bisnisnya di tahun depan, perusahaan pembiayaaan PT Verena Multi Finance Tbk (VRNA) memilih aksi korporasi penerbitan saham baru atau rights issue di pasar menjadi sumber pendanaanya. Namun hingga saat ini, perseroan menyatakan bahwa proses pelaksanaan penambahan modal dengan HMETD II atau right issue Venera masih berjalan, namun belum mendapat pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Direktur Utama Verena Finance, Andi Harjono dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin mengungkapkan bahwa right issue tersebut dilakukan dengan tetap menggunakan buku laporan keuangan audit per 30/06/2018 sebagai dasar pelaksanaan aksi korporasi.“Sampai dengan informasi ini disampaikan, aksi korporasi right issue Venera masih menunggu pernyataan efektif dari OJK Pasar Modal dengan batas waktu maksimal adalah Senin awal pekan untuk aksi korporasi yang menggunakan buku laporan keuangan audit per 30/06/2018,” kata Andi.
Sebagai informasi, sebelumnya perseroan merencanakan akan melaksanakan Penawaran Umum Terbatas (PUT) II dengan HMETD pada 17/10/2018. Namun, rencana tersebut ditunda sebab Venera masih dalam proses perizinan OJK berkaitan dengan status Vneera sebagai perusahaan pembiayaan dan perusahaan terbuka. Venera akan melakukan aksi korporasi, yaitu penambahan modal dengan HMETD II (right issue), di mana IBJ Leasing Company Limited (IBJL) dari Jepang akan bertindak sebagai pembeli siaga.
Andi melanjutkan, usai pelaksanaan right issue tersebut, kepemlikan saham IBJL minimal akan menjadi 53,54% dan maksimal akan menjadi 63,63%. Sebagai informasi, dalam rights issue tersebut, perusahaan menawarkan 3,1 miliar saham biasa dengan nominal Rp 100. Harga penawaran Rp 140 per saham, artinya Verena bisa meraup dana segar Rp 434,3 miliar. Verena akan menggunakan sebagai dana senilai Rp 214,31 miliar untuk membeli saham IBJL pada PT IBJ Verena Finance (IBFJ) dan sedangkan sisanya Rp 220 miliar akan digunakan untuk modal kerja Verena Multi Finance.
Di kuartal tiga 2018, kinerja perseroan merosot dengan perolehan pendapatan dan laba yang turun signifikan dari tahun lalu. Tengok saja, sampai September 2018, Verena Multi Finance mencatatkan pendapatan Rp 177,98 miliar atau turun 26,7% dari tahun lalu. Penurunan ini juga diikuti kinerja laba perusahaan yang minus Rp 171,26 miliar, padahal di September tahun lalu masih positif di angka Rp 4,04 miliar.
Kata Andi Harjono, merosotnya kinerja pendapatan dan laba perusaha karena terjadi penurunan portofolio pembiayaan. “Penurunan itu terjadi karena penurunan portofolio pembiayaan. Meski demikian, kondisi likuiditas perusahaan masih baik, karena pendanaan berasal dari bank Panin dan bank lainnya,”ujarnya.
Merosotnya kinerja laba dan pendapatan telah berimbas pada penurunan aset perusahaan sebesar 32,5% menjadi Rp 1,18 triliun. Kondisi ini semakin diperberat oleh kenaikan beban perusahaan 50,72%, atau mencapai Rp 357,92 miliar.
Pameran virtual pertama Astra Financial, Tumbuh by Astra Financial yang digelar dua pekan mencatatkan lebih dari 2,5 juta kunjungan konsumen.…
Budaya mudik di Indonesia jelang libur lebaran selalu menyisakan masalah, khususnya potensi lonjakan volume kendaraan dan angka kecelakaan. Maka tak…
Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan transparansi dalam pengadaan barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia…
Pameran virtual pertama Astra Financial, Tumbuh by Astra Financial yang digelar dua pekan mencatatkan lebih dari 2,5 juta kunjungan konsumen.…
Budaya mudik di Indonesia jelang libur lebaran selalu menyisakan masalah, khususnya potensi lonjakan volume kendaraan dan angka kecelakaan. Maka tak…
Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan transparansi dalam pengadaan barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia…