Jelang Tutup Tahun 2018 - Window Dressing Jadi Tren IHSG Menguat

NERACA

Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Kamis (27/12), ditutup menguat seiring investor asing yang mulai melakukan akumulasi beli. IHSG menguat sebesar 62,79 poin atau 1,02% menjadi 6.190,64. Sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak naik 7,94 poin atau 0,81% menjadi 987,99.

Kata direktur Indosurya Bersinar Sekuritas, William Surya Wijaya, investor asing yang kembali masuk ke pasar saham menjadi salah satu faktor yang menopang IHSG.”Dana asing mulai masuk ke pasar modal Indonesia, itu menunjukan ekspektasi positif bahwa fundamental perekonomian kita kondusif,”ujarnya di Jakarta, kemarin.

Berdasarkan data BEI, investor asing membukukan aksi beli atau "foreign net buy" sebesar Rp247,50 miliar. Dia menambahkan, apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turut menjadi faktor positif bagi pasar saham nasional.”Di tengah kondisi yang positif itu memberi harapan bahwa kinerja emiten akan mencatatkan hasil positif," jelasnya.

Sementara itu tercatat, frekuensi perdagangan saham kemarin sebanyak 382.034 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 21,78 miliar lembar saham senilai Rp9,83 triliun. Sebanyak 275 saham naik, 133 saham menurun, dan 132 saham tidak bergerak nilainya. Bursa regional, di antaranya indeks Nikkei ditutup menguat 750,50 poin (3,88%) ke 20.077,60, indeks hang Seng melemah 172,50 poin (0,67%) ke 25.478,90, dan indeks Strait Times menguat 33,59 poin (1,12%) ke posisi 3.044,74.

Di awal perdagangan, IHSG dibuka menguat 45,66 poin atau 0,75% menjadi 6.173,51. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak naik 11,40 poin atau 1,16% menjadi 991,45.”IHSG membuka peluang menguat akibat aksi 'window dressing' pada perdagangan saham hari ini," kata Kepala Riset Valbury Sekuritas, Alfiansyah.

Disampaikannya, Window dressing merupakan upaya pelaku pasar saham baik institusi maupun manajer investasi untuk menyajikan laporan keuangan di akhir tahun yang lebih baik. Caranya, pelaku pasar akan menjual saham yang dianggap berkinerja negatif dan menggantinya dengan saham yang memiliki kinerja positif.

Di sisi lain, dia menambahkan, pasar saham juga mendapat sentimen positif dari sinyal Federal Reserve (Fed) yang "dovish" terhadap suku bunganya, sehingga kenaikan pada 2019 diperkirakan hanya terjadi dua kali. Jika terealisasi, menurut dia, hal ini akan menurunkan "yield" obligasi AS dan mendorong arus modal ke negara berkembang, termasuk Indonesia.”Kami melihat hal ini akan menjadi sentimen positif bagi pasar tahun depan," katanya.

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…