Kendala Masalah Administrasi - BEI Sebut Ada 9 Emisi Obligasi Tertunda

NERACA

Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengakui di sisa akhir tahun ini, banyak aksi korporasi emiten yang tertunda. Berdasarkan data dari BEI, ada sembilan emisi dengan nilai Rp 5 triliun yang rencananya akan diterbitkan akhir tahun ini terunda. Dimana penundanaan penerbitan obligasi dikarenakan masalah administarasi.

Hal inipun diakui langsung direktur penilaian perusahaan BEI, Nyoman Yetna, ada pergeseran jadwal pencatatan obligasi dengan kendalanya hampir sama dengan penundaan IPO saham yakni hanya masalah administrasi,"Penyebab tertundanya pencatatan fundraising adalah kelengkapan dokumen yang masih minim, informasi penting yang belum disampaikan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta keputusan korporasi untuk menunda,”ujarnya di Jakarta, kemarin.

Disampaikannya, akhir tahun dinilai sebagai momentum yang kurang tepat untuk melakukan fundraising di mana hari kerja terpangkas sehingga aktivitas investor juga cukup terbatas. Alhasil, korporasi memutuskan untuk menunda sampai tahun depan. "Jadi ini murni bolanya ada di mereka [korporasi]. Kebanyakan permasalahan ada di dokumentasi, atau ada informasi yang belum disampaikan sehingga harus disusulkan," tegasnya.

Obligasi terakhir yang dicatatkan di pasar modal adalah Obligasi Berkelanjutan I Angkasa Pura II Tahap I Tahun 2018 oleh PT Angkasa Pura II (Persero). Surat utang itu tercatat di bursa pada 13 Desember lalu. Perseroan mengklaim bahwa permintaan yang masuk saat masa bookbuilding obligasi tersebut sangat baik, yakni mencapai Rp2 triliun, atau kelebihan permintaan 1,66 kali dari penawaran Rp750 miliar.

Adapun obligasi yang tertunda diantaranya adalah Obligasi Berkelanjutan I Bank NTT Tahap I Tahun 2018 dan Obligasi Berkelanjutan II Tiphone Tahap I Tahun 2018 senilai yang masing masing senilai Rp500 miliar. Kemudian Obligasi Berkelanjutan IV Mandiri Tunas Finance Tahap I senilai Rp1 triliun, Obligasi Berkelanjutan II Chandra Asri Petrochemical Tahap I Tahun 2018 senilai Rp500 miliar, dan Obligasi Berkelanjutan III WOM Finance Tahap I Tahun 2018 senilai Rp800 miliar.

Selain itu ada juga Obligasi Berkelanjutan II Bank Sulselbar Tahap I senilai Rp750 miliar, Obligasi I Kapuas Prima Coal Tahun 2018 senilai Rp600 miliar, Obligasi Berkelanjutan II Bank UOB Tahap I senilai Rp100 miliar, dan Obligasi Tridomain Performance Materials Tahun 2018 senilai Rp250 miliar.

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…