Pembuktian LG Sebagai AC Hemat Energi

 

 

 

NERACA

 

Jakarta – Penetrasi pasar Air Conditioner (AC) di Indonesia semakin meningkat. Kebutuhan akan pendingin udara ternyata banyak diminati oleh masyarakat baik kalangan atas maupun kalangan menengah bawah. Maka tak ayal para produsen elektronik berlomba-lomba menciptakan teknologi AC yang tak hanya ramah lingkungan namun juga hemat listrik. Pasalnya, AC “memakan” listrik yang tak sedikit sehingga membuat para pengguna AC mesti mengocek lebih dalam kantongnya hanya untuk membayar listrik.

Meski begitu, bukan berarti memakai AC berarti tagihan listrik akan melonjak luar biasa hingga terasa mencekik. Asal bijak memilih AC, Anda tak perlu khawatir "bokek". Sejumlah strategi untuk mengoptimalkan pemakaian AC yang ujungnya juga menghemat biaya, bisa pula dijalankan. Seperti penyesuaian ruangan dengan kapasitas AC, mengatur suhu ruangan hingga menggunakan teknologi terkini untuk menghemat listrik yang sudah tersemat di produk AC.

Teknologi inverter menjadi salah satu yang ditawarkan oleh produsen AC agar bisa menghemat listrik karena bisa mengatur penggunaan listrik sesuai kebutuhan pendinginan secara otomatis. Penggunaan daya pun jauh di bawah AC konvensional sehingga lebih hemat listrik. Sebagai ilustrasi, saat AC dipasang pada suhu 25 derajat celsius, maka kompresor akan bekerja untuk mencapai suhu tersebut. Jika suhu 25 derajat celsius sudah tercapai, AC konvensional akan mati seketika.

Sebaliknya, saat suhu ruangan naik, AC konvensional bakal kembali menyala untuk menstabilkan suhu. Aktivitas inilah biang pemborosan listrik yang berujung tagihan tinggi. Lain cerita jika menggunakan AC inverter. Dengan ilustrasi sama, AC inverter hanya akan menurunkan kecepatan putaran kompresor tanpa memutus daya saat suhu ruangan yang diinginkan tercapai. Suhu ruangan pun menjadi lebih stabil tidak tiba-tiba naik atau turun dan beban kerja kompresor lebih ringan. Penggunaan daya pada AC inverter lebih rendah pula.

Para produsen AC pun menerapkan teknologi inverter agar bisa memenuhi keinginan pasar. Melihat ceruk pasar inverter yang menjanjikan tersebut, PT LG Electronics Indonesia (LG) fokus untuk mengambil pasar tersebut, hasilnya menurut Growth from Knowledge (GfK), AC inverter LG berhasil menjadi pemimpin pasar mencapai 63 persen pada semester I 2018. Namun, dari sisi volume pasar baru mencapai 18 persen pada September 2018 dan diperkirakan baru mencapai 20 persen pada ahir tahun.

Keseriusan LG di pasar inverter dibuktikan dengan pengujian tingkat konsumsi listrik di lembaga Electric Power and Energy Studies (EPES) Universitas Indonesia (UI). “Bersanding dengan pengujian internal, langkah ini merupakan bagian upaya kami dalam memperkuat tingkat kepercayaan masyarakat akan manfaat AC berteknologi inverter pada hematnya tagihan listrik,” ujar President Director LG Electronics Indonesia, Seungmin Park, beberapa waktu lalu.

Ibarat makanan, hasil pengujian dari EPES UI bisa diibaratkan sebagai pengujian dari BPOM untuk membedakan mana makanan yang layak untuk dikonsumsi dan mana yang berbahaya kandungannya. Hasil pengujuan dari EPES UI menjadi legitimasi LG bahwa produknya telah diuji oleh lembaga kredibel sehingga bisa menambah kepercayaan masyarakat.

Didapuk sebagai Kepala EPES UI, Prof. Dr. Ir. Iwa Garniwa memutuskan bahwa AC dari LG mampu menghemat listrik dari 50 hingga 62 persen. “Dari berbagai pengujian inilah kami mendapatkan hasil Single Commercial Air Conditioning LG dengan kompresor inverter mampu menekan penggunaan listrik secara signifikan dibanding produk sejenis tanpa teknologi inverter,” kata Iwa yang juga sebagai pengamat energi.

Soal pengujiannya, EPES UI melakukan pengujian selama 2 bula dan melibatkan dua model Single Commercial Air Conditioning LG tipe ceiling cassette dan flor standing yang masing-masing memiliki kuat pendinginan 4PK dan 5PK menjadi subjeknya. Dua pengaturan suhu ditetapkan, 18°C dan 24°C, mewakili dua kutub temperatur yang biasa dimanfaatkan dalam pemakaian AC.

Menambah kejelian dalam hasil, periset EPES-UI membagi tiap kondisi temperatur ini ke dalam tiga beban pendinginan. Hal ini dibuat untuk semakin mendekati gambaran penggunaan nyata dengan perubahan kondisi suhu lingkungan sekitar sepanjang hari. Pengukuran beban pendinginan 20% mewakili suhu sekitar cenderung sejuk seperti di malam hari, 50% saat cuaca normal cenderung panas hingga beban pendinginan 100% yang mewakili saat AC bekerja pada cuaca terik.

Dorongan Pemerintah

Penggunaan inverter yang dapat menghemat listrik, tentunya menjadi salah satu tujuan pemerintah untuk mengkampanyekan hemat energi. Namun belum banyak masyarakat tersadarkan menerapkan hidup hemat energi, salah satunya di sektor penggunaan AC. Menurut Direktur Konservasi Energi, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM, Hariyanto, saat ini terdapat 2,5 juta unit AC yang dijual untuk kebutuhan rumah tangga. "Angka ini akan terus meningkat sejalan dengan kebutuhan masyarakat juga," kata dia.

Kendati demikian, yang dibutuhkan saat ini adalah efisiensi energi dari AC itu sendiri. Sebab, dengan adanya efisiensi energi, akan berpengaruh juga terhadap kehematan konsumsi listriknya. Sayangnya, dengan banyaknya jumlah AC yang terjual saat ini, hanya sebagian kecil yang sudah menerapkan efisiensi energi di dalam teknologi AC. "Saat ini teknologi AC yang pakai inventer atau hemat energi, baru 9 persen dari total penjualan. Selebihnya belum menggunakan inverter," terangnya. Ia pun berharap agar semua produsen AC dapat menyematkan teknologi inventer di dalamnya. Jika hal ini dibiarkan, maka akan berdampak terhadap peningkatan energi untuk skala rumah tangga.

Maka, sudah saatnya masyarakat untuk menerapkan gerakan hemat energi. Karena tak hanya memberikan keuntungan personal namun juga negara diuntungkan sehingga bisa mengaliri listrik ke seluruh pelosok wilayah Indonesia.

BERITA TERKAIT

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…