Sentimen The Fed Rate - Pasar Obligasi Diprediksi Terkoreksi di 2019

NERACA

Jakarta – Kebijakan The Fed yang berencana menaikkan suku bunga acuan atau The Fed Rate masih menjadi sentimen negatif bagi pasar obligasi di tahun depan. Menurut ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Fikri C Permana, kenaikan suku bunga Amerika Serikat diprediksi hanya akan terjadi satu kali di tahun depan.”Kami memperkirakan kenaikan suku bunga The Fed di tahun depan kemungkinan, bahkan bisa satu kali,”ujarnya di Jakarta, kemarin.

Dia memprediksi, tahun depan Amerika akan lebih gencar melakukan stimulus ekonomi dengan menerbitkan surat utang di tahun depan. Kemudian, jika surat utang ini membanjiri pasar umumnya harga akan turun seiring dengan bertambahnya supply di pasar surat utang Amerika. Turunnya harga akan menyebabkan naiknya tingkat imbal hasil (yield) US Treasury.

Kenaikan yield US treasury dapat juga memicu kenaikan yield surat utang negara di pasar domestik. Jika kondisi tersebut terjadi berarti pasar obligasi Indonesia berpotensi terkoreksi juga, begitu juga dengan pasar obligasi korporasi.

Pefindo sendiri memperkirakan realisasi penerbitan surat utang sampai akhir tahun 2018 mencapai Rp130 sampai Rp135 triliun. Direktur Utama Pefindo, Salyadi Saputra mengatakan, sampai akhir November 2018, penerbitan di pasar surat utang mencapai Rp127,1 triliun yang meliputi obligasi korporasi, Medium Term Notes (MTN), dan sekuritisasi.”Penerbitan baru berasal dari obligasi korporasi sebesar Rp100,8 triliun. Sisanya berasal dari MTN sebesar Rp22,7 triliun dan sekuritisasi Rp3,6 triliun," paparnya.

Angka tersebut didominasi dari kontribusi industri keuangan, terutama dari sektor pembiayaan dan perbankan. Sementara penerbitan surat utang korporasi di 2019 diperkirakan cenderung stagnan di angka Rp135 miliar. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya kecenderungan suku bunga yang meningkat."Namun, jumlah surat utang yang jatuh tempo kami perkirakan sebesar Rp112,4 triliun. Kalau suku bunga tadi membuat bunga (cost of fund) korporasi menjadi lebih mahal, maka yang ini akan jadi pendorong bagi perusahaan untuk menerbitkan kembali surat utang sebagai refinancing," ujarnya.

Nantinya, dari sisi kualitas, perusahaan dengan peringkat AAA diperkirakan masih akan mendominasi. Tercatat sampai akhir November 2018, pasokan baru penerbitan surat utang sebagian besar berasal dari emiten dengan peringkat AAA dan AA. Secara rinci, porsi penerbitan baru surat utang korporasi peringkat AAA, yakni 45,4%. Peringkat AA 21,6%, kemudian A 28,3%, dan disusul peringkat BBB, yakni 4,7%."Berdasarkan peringkat tersebut, kualitas dari obligasi yang ada di pasar modal cenderung sangat baik jika dilihat dari sisi risiko,”ungkapnya.

BERITA TERKAIT

Summarecon Crown Gading - Primadona Properti di Utara Timur Jakarta

Summarecon Crown Gading yang merupakan kawasan terbaru Summarecon yang di Utara Timur Jakarta, kini semakin berkembang. Saat ini sedang berlangsung…

Pertumbuhan Logistik Tembus 8% - CKB Logistics Optimalkan Bisnis Lewat Kargo Udara

Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memperkirakan sektor logistik nasional tahun ini mengalami pertumbuhan tujuh sampai dengan delapan persen. Tak heran, bisnis…

Mitra Investindo Catat Laba Meningkat 212%

NERACA Jakarta - Perusahaan jasa pelayaran dan logistik PT Mitra Investindo Tbk (MITI) membukukan laba bersih yang meningkat signifikan 212% year…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Summarecon Crown Gading - Primadona Properti di Utara Timur Jakarta

Summarecon Crown Gading yang merupakan kawasan terbaru Summarecon yang di Utara Timur Jakarta, kini semakin berkembang. Saat ini sedang berlangsung…

Pertumbuhan Logistik Tembus 8% - CKB Logistics Optimalkan Bisnis Lewat Kargo Udara

Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memperkirakan sektor logistik nasional tahun ini mengalami pertumbuhan tujuh sampai dengan delapan persen. Tak heran, bisnis…

Mitra Investindo Catat Laba Meningkat 212%

NERACA Jakarta - Perusahaan jasa pelayaran dan logistik PT Mitra Investindo Tbk (MITI) membukukan laba bersih yang meningkat signifikan 212% year…