RI Dinilai Rasakan Dampak Positif Perang Dagang AS-Tiongkok

NERACA

Jakarta – Head of Research dari London Capital Group Jasper Lawler menilai bahwa perekonomian Indonesia mendapatkan dampak positif dari perang dagang Amerika Serikat (AS) - Tiongkok. Secara ekonomi Indonesia sebenarnya merasakan dampak positif dari perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok," ujar Jasper dalam keterangan resminya, disalin dari Antara.

Dia lebih lanjut menjelaskan bahwa sebagai negara yang berorientasi ekspor, Indonesia dapat memperoleh beberapa pasar impor AS dari Tiongkok dimana barang-barang saat ini lebih mahal karena tarif.

Namun dia mewanti-wanti jika perang dagang antara AS dan Tiongkok berlarut-larut, maka Indonesia akan terkena dampak negatifnya akibat perlambatan arus investasi global. "Namun, jika perang dagang ini meningkat secara serius, yang mana menurut kami mungkin terjadi, maka itu dapat berdampak negatif terhadap Indonesia melalui perlambatan arus investasi global," kata Jasper.

Menuju perayaan Natal dan tahun baru 2019, pasar dihadapkan pada rangkaian peristiwa menggemparkan baik secara global maupun secara domestik. Pasar secara global dihadapkan pada banyak hal yang cukup berisiko, seperti peristiwa perang dagang antara AS dan Tiongkok, isu-isu politik di Eropa dan voting Parlemen Inggris terkait proposal Brexit yang sebelumnya diagendakan pada tanggal 11 Desember kembali ditunda dan tak berkesudahan.

Menjelang Natal dan pergantian tahun sangat sulit untuk menentukan waktu yang tepat di pasar pada saat ini, tetapi secara fundamental kami pikir pasar telah meningkat secara artifisial karena suku bunga global yang lebih rendah. Pasar telah ditopang oleh easy money dan siap untuk koreksi substansial ketika suku bunga naik, atau saat ini, kemudian setelah leg berikutnya yang lebih tinggi," tutur Jasper.

Namun, menurutnya, hal-hal tersebut menjadi menarik bagi pasar saham dan berbagai instrumen didalamnya mengingat ini merupakan waktu yang tepat untuk menyusun strategi jangka pendek dan menengah.

Pengembangan industri manufaktur merupakan salah satu solusi efektif dalam meningkatkan ekspor beragam komoditas bernilai tambah, mengatasi tekanan ekonomi global, serta memacu pertumbuhan ekonomi nasional.

"Ke depan industri manufaktur yang harus kita perkuat, supaya dalam tekanan ekonomi global sekuat apapun kita bisa kuat berdiri di atas telapak kaki kita sendiri," kata Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Achmad Hafisz Tohir, disalin dari Antara.

Menurut Achmad Hafisz Tohir, pihaknya menginginkan pemerintah memprioritaskan pembangunan, pengembangan dan peningkatan industri manufaktur, di mana bahan baku diubah menjadi barang jadi dalam skala yang besar.

Dengan demikian, ekonomi Indonesia juga akan semakin kokoh dan kuat serta tidak terpengaruh oleh tekanan ekonomi global. "Pertumbuhan Indonesia pada akhir tahun ini agak tertekan, dan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan," katanya.

Ia mengungkapkan, Komisi XI DPR RI mengharapkan agar pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh 5,3 persen atau minimal 5,18 persen. Politisi PAN itu berpendapat bahwa saat ini masih mengandalkan industri ekstraktif berbasis hasil sumber daya alam.

Sebelumnya, pemerintah menyatakan fokus untuk memacu pengembangan industri manufaktur agar menjadi sektor yang berdaya saing global dan utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

"Kita baru kembali menjadikan industri manufaktur sebagai sektor 'mainstream' dalam pembangunan nasional. Sehingga Kementerian Perindustrian tidak sendirian dalam upaya menjalankan pengembangan industri," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.

Supaya mencapai sasaran tersebut, diperlukan langkah kolaborasi dan sinergi antara pemangku kepentingan mulai dari pihak pemerintah, pelaku usaha, akademisi hingga masyarakat.

Airlangga menyebutkan, langkah strategis yang perlu dilakukan guna mendongkrak daya saing industri manufaktur nasional, antara lain menjaga ketersediaan bahan baku baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri, agar tidak mengganggu jalannya proses produksi.

Kemudian, dibutuhkan biaya energi yang lebih kompetitif, seperti listrik dan gas industri. "Pemerintah juga menciptakan iklim investasi kondusif melalui pemberian fasilitas insentif fiskal berupa tax holiday dan tax allowance," katanya.

Kementerian Perindustrian bertekad untuk terus mengakselerasi pembangunan kawasan industri di luar Jawa dengan tujuan dapat mendorong pemerataan infrastruktur dan ekonomi di seluruh Indonesia. Pada tahun 2019, ditargetkan sebanyak 18 kawasan industri di luar Jawa sudah dapat beroperasi, yang di antaranya saat ini 8 kawasan industri dalam tahap konstruksi dan 10 masih tahap perencanaan.

BERITA TERKAIT

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…