Di Antara Menabung dan Berutang

Oleh: Fauzi Aziz

Pemerhati Ekonomi dan Industri

 

Literasi dan diskursus tentang ekonomi paling sederhana ketika kita bicara tentang stok likuiditas. Maka jawabannya adalah menabung sebanyak-banyaknya dan berutang sesedikit mungkin. Inilah cara mengatasi persoalan saving and invesment gap. Menjadi terlalu banyak tergantung pada pinjaman luar negeri karena kita belum berhasil menutup gap tersebut.

Dan, cenderung gemar menarik dana dari sumber likuiditas global karena kita terlalu percaya diri bahwa di situ banyak ragam likuiditas dapat ditarik untuk membiayai pembangunan dan investasi. Diskursus ini yang membuat kita menjadi benalu terhadap modal asing.

Membangun Masyarakat Ekonomi Indonesia (MEI) semestinya bersandar pada pilar politik, ekonomi dan budaya nasional. Bukan bersandar pada kekuatan global karena kita tidak mau menjadi obyek globalisasi. Kita bicara pada hal yang paling fundamental untuk menjadi MEI  yang kuat dan mandiri serta berdaya saing.

Belajar dari Jepang, Korsel, dan China, seperti digambarkan oleh Martin Jacques, penulis buku when China Rules The World, ketika membahas soal "Pertarungan Modernitas", ketiganya justru membangun dirinya dengan bersandar pada pilar Modernitas Lokal bukan pada modernitas Barat.

Ada beberapa  catatan menarik dari situ sebagai pembelajaran buat Indonesia. Pertama, jika dampak dari Baratisasi terbatas itu artinya masyarakat beserta modernitas mereka tetap individual dan distingtif. Kedua,  berarti berakar pada dan dibentuk oleh sejarah dan kebudayaan mereka sendiri. Ini berarti juga bahwa modernitas mereka tidak hanya bergantung pada pinjaman dari barat tetapi juga pada kemampuan untuk mentransformasi dan modernisasi diri sendiri.

Ketiga, dengan demikian dikatakan bahwa akar utama dari modernisasi, lebih banyak merupakan unsur dari dalam ketimbang asing. Keempat, Jika proses modernisasi tersebut hanya sekedar transplantasi, maka mereka tidak akan berhasil. Masyarakat harus yakin terlebih dahulu bahwa modernitas adalah milik mereka dan modernitas itu benar-benar bisa berakar, tumbuh dan berkembang dari sendi-sendi kekuatan dari dalam.

Inilah contoh yang baik untuk Indonesia yang masih terus akan membangun supaya tidak menjadi obyek globalisasi. Tulisan ini menjadi nyambung dengan tulisan sebelumnya yaitu pejah gesang nderek Indonesia. Artinya bermakna tidak pejah gesang nderek asing. Jepang, Korsel dan China melakukan hal yang kurang lebih sama, yaitu pejak gesang nderek Jepang, Korsel, dan China bagi masyarakatnya masing-masing. Monggo jika ada arah yang salah segera diperbaiki dalam merekonstruksi Indonesia. Jangan tidak jelas platform dan pilarnya karena kebelet ingin cepat mendapatkan hasil.

Utang memang tidak bisa dihindari, tapi risiko berutang juga harus dipikirkan. Jangan sampai kita terlalu jauh keenakan hidup bergantung pada utang luar negeri karena risk globalization impact-nya  harus dibayar oleh anak cucu kita karena faktor perubahan suku bunga, nilai tukar mata uang dan risiko gagal bayar.

BERITA TERKAIT

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

BERITA LAINNYA DI

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…