DAMPAK GENCARNYA ALIRAN MODAL ASING - Presiden: Nilai Rupiah Diprediksi Terus Menguat

Jakarta-Presiden Jokowi memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan terus menguat. Itu karena didukung dengan berbagai sentimen positif yang telah dibangun perlahan oleh pemerintah. "Saya sangat berbahagia sekali bahwa satu tahun belakangan ini konsolidasi sektor fiskal, moneter, dan pelaku-pelaku usaha industri pasar itu berjalan dengan baik. Konsolidasi seperti ini kalau terus dilakukan akan membuahkan hasil yang konkret," ujarnya di Jakarta, Senin (3/12).

NERACA

Presiden mengatakan, pemerintah akan terus mengoptimalkan potensi domestik untuk merespon ketidakpastian global. Terutama dalam upayanya mengatasi pelebaran defisit transaksi berjalan  (current account deficit-CAD).

"Kita juga kan produsen terbesar kelapa sawit di dunia, produksi CPO kita 42 juta ton per tahun. Ini kita usahakan hilirisasi untuk Biosolar 20 (B20). Kita wajibkan penggunaannya, berapa juta ton yang bisa kita hemat. Setelah itu kita akan mengejar B80 lalu B100. Sekali lagi, ini akan mengurangi CAD karena impor solar bisa dikurangi dan dihilangkan," ujarnya seperti dikutip Liputan6.com.

Tidak hanya itu. Jokowi mengatakan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak terlepas dari kepercayaan asing kepada kualitas ekonomi Indonesia. Hal ini terbukti dari aliran modal asing (capital inflow) yang kembali melalui berbagai instrumen investasi ke dalam negeri.
"Saya mendengar kalau arus modal infonya masuk kembali, jadi jangan kaget kalau dolar AS akan turun terus, tidak tahu sampai berapa," ujarnya.

Berdasarkan data transaksi di pasar uang antarbank kemarin, menunjukkan rupiah terapresiasi 0,31% di level Rp14.237-Rp 14.298 per US$. Sementara, beberapa hari terakhir investor asing memang mencatatkan beli bersih (net buy) di pasar saham hingga triliunan rupiah. Hanya saja, bila diakumulasi sejak awal tahun hingga akhir pekan lalu (30/11), investor asing masih tercatat jual bersih (net sell) sebesar Rp45,58 triliun.

Jokowi menyatakan pemerintah telah berusaha membangun kepercayaan di mata investor dengan tetap mengelola fiskal secara hati-hati. Dia semakin optimistis mengklaim ekonomi Indonesia saat ini semakin baik. "Inflasi sepanjang tahun 2018 diperkirakan 3,2%, yang kami bangun adalah kepercayaan," ujarnya.

Meski demikian, Presiden mengakui ekonomi Indonesia saat ini masih memiliki penyakit kronis yang perlu segera dibenahi; defisit transaksi berjalan. Jokowi menyadari pemerintah selama ini lamban dalam membangun industri dan hilirisasi supaya penyakit kronis tersebut tak mengganggu ekonomi dalam negeri. "Kita kan tahu ini sudah berpuluh-puluh tahun masalah defisit ini, sehingga dalam dua tahun ini saya konsentrasi di sini," ujarnya.

Karena itu, pemerintahan saat ini tengah berupaya mengatasi penyakit tersebut. Salah satu upaya konkret dilakukan dengan melaksanakan program pencampuran biodiesel ke BBM jenis solar (B20).

Kenaikan Impor
Sebelumnya Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan pengaruh impor migas terhadap depresiasi rupiah lebih besar ketimbang sektor nonmigas. Berdasarkan simulasi ReforMiner Institute, setiap kenaikan impor sebesar US$1 miliar dapat membuat rupiah melemah Rp455 per US$ untuk produk migas, dan Rp90 per US$ untuk produk nonmigas.

"Padahal porsi impor migas dibandingkan impor nonmigas lebih kecil. Impor migas porsinya hanya 20% (dari total impor), sedangkan impor nonmigas sebesar 80% (dari total impor), tetapi pengaruhnya (impor migas) lebih besar (terhadap pelemahan rupiah)," ujar Komaidi, Minggu (2/12)

Kondisi itu, menurut dia, disebabkan perbedaan volume ekspor. Meski sektor nonmigas memiliki kontribusi impor sebesar 80%, mereka menyumbang ekspor sekitar 90%. Dengan demikian, sektor nonmigas tidak menyerap banyak devisa dari pasar uang.

"Kalau sektor migas, karena kita sudah net importir jadi ekspornya sudah tidak bisa cover lagi, sehingga sebagian besar devisa minta ke pasar. Jadi ketika impor mogas naik US$1 miliar melemahkan rupiah sebesar Rp455 per US$,” ujarnya.  

Sebelumnya data BPS memaparkan nilai impor Oktober 2018 melambung hingga 20,6% dari US$14,25 miliar menjadi US$17,62 miliar pada periode yang sama. Peningkatan impor berasal dari impor migas mencapai US$2,91 miliar atau meningkat 26,97%. Sementara impor non migas naik 19,42% menjadi US$14,71 miliar.

Untuk nilai ekspor hanya meningkat 5,87% dari US$15,25 miliar pada September 2018 menjadi US$15,8 miliar pada Oktober 2018. Secara keseluruhan sumbangan ekspor terbesar masih berasal dari non migas dengan kontribusi mencapai 90,62%.

Suasana Tenang

Pada bagian lain, pertemuan kepala negara G20 di Argentina berhasil mencairkan suasana perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping mengambil keputusan gencatan senjata alias penundaan terhadap langkah-langkah kenaikan tarif selama 90 hari.

Menkeu Sri Mulyani Indrawati tentu menyambut baik hasil pertemuan tersebut meskipun tidak berarti ada penurunan tarif dagang kedua negara. Menurut dia, hal ini bisa menenangkan pasar yang sebelumnya banyak diguncang ketidakpastian. "Tidak berarti apa yang sudah dilakukan tarifnya sudah turun. Paling tidak memberikan 3 bulan atau 90 hari bagi kedua belah pihak melihat aspek kesepakatan yang bisa menenangkan dari sisi awal tahun," ujarnya kemarin.

Sri Mulyani melanjutkan, pertemuan G20 juga membawa solusi bagi fluktuasi harga minyak dunia yang terus terjadi. Arab Saudi dan Rusia dalam kesempatan tersebut, bersedia melakukan diskusi mengenai ketersediaan suplai minyak. "Dari sisi minyak ada Rusia ada Saudi Arabia yang mereka bisa melakukan diskusi mengenai bagaimana mereka akan melihat respons dari pasar minyak dengan adanya suplai kemudian proyeksi yang ada ke depan," ujarnya.

Menkeu juga mengingatkan, "Ini juga memunculkan suatu stabilitas dari sisi paling tidak kepastian supply demandnya. Sehingga harganya tidak velotile naik secara drastis," ujarnya.

Hal-hal positif hasil pertemuan G20 ini, menurut dia, masih dibayangi oleh sejumlah risiko. Sebab, mekanisme tersebut belum dianggap sebagai suatu mekanisme yang reliable atau dapat diandalkan. “Hal-hal positif ini masih dibayangi oleh hal-hal yang tidak pasti. Pertama, bahwa mekanisme tadi, multilateral, belum dianggap sebagai mekanisme yang reliable. Oleh karena itu, pesan dari G20 melakukan reformasi terhadap perdagangan dunia," ujarnya.

Terhadap data  inflasi November 2018 sebesar 0,27%, yang secara kumulatif tahun kalender berjalan tercatat 2,50% dan secara tahunan mencapai 3,23%, Sri Mulyani mengatakan inflasi tersebut masih berada dalam kisaran di APBN sebesar 3,5% plus minus 1%. Ini mengindikasikan Indonesia mampu menjaga ekonomi dengan baik. "Artinya Indonesia dari sisi track record karena ini 4 tahun berturut-turut inflasi di sekarang 3% di tengah gejolak minyak dan kurs yang naik turun," ujarnya.

Sri Mulyani mengatakan, inflasi ini menandakan Indonesia bisa menjaga kualitas ekonomi. Hal ini juga merupakan bentuk kredibilitas kebijakan moneter yang telah dilakukan oleh pemerintah. "Ini artinya Indonesia bisa jaga kualitas. Ini bentuk kredibilitas dari kebijakan moneter dan dari sektor riil pengadaan barang stabilitas," ujarnya.  bari/mohar/fba

 

BERITA TERKAIT

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…